Ucapan Cinta

2331 Words
Arya juga Nadia semakin hari semakin terang-terangan menunjukan kebersamaan mereka, bahkan kali ini mereka tidak lagi canggung untuk sekedar b******u di tempat umum. Dan Zafira pilih pura-pura tidak melihat mereka dan justru menarik lengan Alfian untuk kembali ke restoran di mana ibu dan ayah Alfian masih menunggu. "Ayo Mas. Tante pasti sudah sangat menginginkan salad nya!" Imbuh Zafira mengalihkan fokus Alfian sambil menarik lengan Alfian tanpa ingin melihat ke arah Arya dan Nadia di kejauhan sana. "Fira. Tunggu dulu. Apa itu Arya?" Tanya Alfian tapi Zafira malah pura-pura tidak melihat ke arah yang Alfian tunjuk. "Mana?" Tanya Zafira sengaja celingukan. "Itu, Fira. Yang lagi jalan sama cewek gaun putih itu." Ucap Alfian tapi Zafira benar-benar hanya celingukan dan tetep mengatakan tidak melihat Arya dan Nadia. "Mana. Aku gak liat." Ucap Zafira. "Udah ah. Mungkin kau salah liat. Gak mungkin Mas Arya ada di tempat seperti ini di jam kantor. Itu mungkin orang yang hanya mirip dengan Mas Arya." Sambung Zafira mencoba mengalihkan pandangan Alfian agar mau berbalik dan mereka bisa kembali ke restoran di mana pak Antonio dan istrinya sedang menunggu untuk menyelesaikan makan siang mereka. "Tidak Zafira. Tidak mungkin aku salah liat. Tadi itu beneran Mas Arya. Dia bersama wanita lain dan aku melihatnya secara nyata jika tadi Mas Arya juga mencium wanita itu. Aku gak mungkin salah, Zafira." Tolak Alfian tapi Zafira hanya kembali menggeleng karena benar-benar tidak ingin jika Alfian malah berpikir yang tidak tidak. "Tidak. Itu bukan Mas Arya. Udah ah gak usah di bahas lagi." Ucap Zafira dan tetap menarik lengan Alfian untuk pergi dari pusat perbelanjaan itu. Tapi yang namanya takdir tetaplah takdir, sekuat apapun kau menghindari takdir itu jika pada hakikatnya dia tetap akan terjadi maka akan tetap terjadi. Seperti halnya dengan Zafira saat ini. Saat Zafira dengan sekuat hati mengatakan jika itu bukalah mas arya, takdir malah mempertemukan mereka di lain tempat. Masih di seputaran pusat perbelanjaan itu. Baru saja Zafira dan Alfian ingin keluar dari pintu utama bangunan berlantai sepuluh itu, Arya malah melihat Zafira hendak menyebrang, tepat saat Arya juga akan keluar dari area parkir bangunan itu. "Zafira." Panggil Arya sambil menurunkan kaca mobilnya dan Zafira pura-pura tidak mendengar panggilan itu dan tidak menolah sama sekali saat ada suara yang memanggil namanya, tapi Alfian yang malah langsung berbalik dan melihat ke arah sumber suara dan langsung melihat Arya di dalam sebuah mobil bercat putih. "Zafira." Panggil Arya lagi tapi Zafira benar-benar tidak ingin sama sekali menoleh, namun Alfian yang malah menahan langkah Zafira karena Alfian juga melihat jika Arya sampai turun dari mobilnya. "Fira, tunggu. Itu Mas Arya memanggil mu." Ucap Alfian dan baru setelah itu Zafira berhenti sembari menghela napas dan menghembuskan nya dengan sangat malas, lalu berbalik. Arya juga langsung berjalan ke arah Zafira dan Alfian. "Kalian habis dari mana?" Tanya Arya saat sudah mendekat di hadapan Alfian dan Zafira. "Eh Mas Arya. Mas habis dari mana?" Tanya balik Zafira dengan tetap bersikap tenang juga membagi senyum untuk Arya suaminya. "Kami sedang makan siang untuk merayakan kemenangan tender besar kami. Ada papa dan mamaku juga di sana. Apa Mas Arya juga mau bergabung dengan kami." Alfian yang menjawab dan Arya hanya kembali tersenyum untuk tawaran Alfian begitu juga Zafira. Zafira langsung mengangguk untuk membebaskan ucapan Alfian. "Wah. Kak Zafira. Ternyata begini ya kelakuan kakak kalo di luar rumah. Pergi berduaan dengan laki-laki lain tanpa sepengetahuan suami. Aku gak pernah menyangka jika kakak sampai serendah ini." Kali ini Nadia yang menyaut dari arah belakang punggung Arya, dan Alfian langsung memperhatikan wanita yang baru muncul dari belakang punggung Arya. Wanita yang sama dengan wanita yang dia lihat di pusat perbelanjaan tadi juga wanita yang sama dengan wanita yang tadi Arya juga cium. "Ini tidak seperti yang kau bayangkan, Nadia. Dia adalah,,," "Alah. Kakak udah keciduk aja masih mau ngeles. Sadar kak. Kakak udah punya suami yang baik seperti Mas Arya, masih aja bermain di belakang Mas Arya." Tolok Nadia memotong ucapan Zafira dan justru semakin mengatakan hal yang sama sekali tidak lah benar pada Zafira. "Nadia. Dia ini bos kakak. Lagi pula Mas Arya juga sudah tau kok." "Udah tau jika kakak bermain api di belakang Mas Arya? Lagi pula sekarang lagi marak-maraknya bos menjalin hubungan dengan karyawannya terlebih sekertarisnya. Hanya saja aku gak habis pikir jika kakak juga akan seperti itu." Tolak Nadia untuk kata yang belum selesai Zafira ucapkan. Zafira langsung menggeleng karena itu tidak lah benar. Itu sama sekali tidak benar. "Nadia. Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Mas tau jika Zafira dan Alfian memang sangat dekat. Zafira tidak hanya dekat dengan Alfian tapi juga papa Alfian, CEO di perusahaan tempat Zafira bekerja, juga mamanya, dan ini tidak seperti yang kau pikirkan!" Bela Arya untuk Zafira tapi Zafira justru berpaling sembari mendongak untuk menghela napas dan menahan agar air matanya tidak tumpah saat itu juga karena pikiran sempit adik perempuannya. "Wait. Wait. Siapa kamu?" Tanya Alfian pada wanita yang sedang berdebat dengan Zafira saat ini. "Sudah, sudah. Lebih baik kita kembali ke rumah." Ucap Arya mendorong Nadia untuk masuk ke dalam mobilnya agar percakapan itu tidak berlanjut karena ini justru akan merembet kesana kemari. "Zafira. Jika urusan kantormu sudah selesai. Cepatlah pulang dan hati-hati di jalan." Sambung Arya tapi Zafira masih enggan untuk berbalik dan hanya memberi isyarat menganggu pada ucapan Arya tadi. "Mas Arya. Mas belum menjawab pertanyaan ku. Siapa wanita yang bersama Mas Arya ini?" Tanya Alfian saat Arya justru masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan Alfian juga Zafira istrinya tanpa mencoba menjelaskan sesuatu padanya. Dan apa tadi. Bahkan Arya hanya mengatakan hati-hati pada Zafira tanpa ingin menawarkan Zafira untuk pulang bersamanya. Oh apa yang sedang terjadi? Kenapa ini terasa sangat tidak masuk akal di otak Alfian. Zafira masih terdiam di sebelah Alfian dan benar-benar menahan dirinya untuk tidak terlihat sedih apalagi menangis. Dia tidak ingin menunjukan jika saat ini hatinya sedang tidak baik-baik saja, terlebih lagi di sana ada Tante Mayang yang sedang menunggu mereka. "Zafira. Tolong jelaskan ini. Apa yang terdiri dengan kau dan Mas Arya. Dan siapa wanita yang bersama Mas Arya itu?" Tanya Alfian yang justru terdengar seperti interogasi untuk Zafira dan Zafira hanya tersenyum sembari menghela napas seolah semua bukanlah hal yang cukup serius hingga membuat Alfian berpikir yang tidak-tidak padanya. "Dia Nadia. Adik perempuan ku. Sudah tiga bulan ini dia tinggal bersama kami." Ucap Zafira dengan tetap menebar senyum tulusnya untuk dia perlihatkan di hadapan Alfian. Meskipun hatinya sedang sangat hancur, tapi percayalah Zafira memang wanita yang pandai menyembunyikan luka hatinya. Tidak hanya Zafira yang pandai melakukan itu, tapi hampir semua wanita memang jauh lebih pandai menyembunyikan kesedihannya dan hanya akan memperlihatkan jika dia sedang baik-baik saja. "Apa? Dia adikmu, Fira?" Kutip Alfian dan Zafira langsung mengangguk dengan sangat cepat. "Oh ayolah Zafira. Katakan jika kau sedang bercanda. Karena sungguh aku tidak bisa melihat satu saja persamaan di antara kalian. Dan satu lagi. Tadi di dalam, aku jelas-jelas melihat Mas Arya mencium wanita itu dan menggandeng mesra wanita itu. Jika dia adalah adikmu, apa kau tidak merasa Mas Arya terlalu berlebihan untuk sikap seorang kakak pada adik iparnya. Ini sama sekali tidak benar, Zafira." Sambung Alfian tapi Zafira hanya kembali tersenyum sembari menggeleng. Apa yang di ucapan Alfian memang tidak lah salah. Tapi meski begitu Zafira juga tidak bisa menyalahkan mas Arya ataupun Nadia, meskipun sikap mas Arya dan Nadia memang tidak lah sepenuhnya benar. "Al. Ingat . Aku dan Mas Arya itu adalah sepupu. Ayahku dan papa Mas Arya bersaudara. Sebelum aku dan Mas Arya menikah, aku juga dulu sangat dekat dengan Mas Arya. Kami sudah saling mengenal sejak kami masih bau minyak telon, jadi tidak ada yang salah dengan sikap Mas Arya pada Nadia saat ini!" Imbuh Zafira mencoba mengalihkan pikiran buruk Alfian atas sosok Arya karena Zafira tidak ingin jika nama baik Arya jadi tercemar hanya karena pikiran buruk Alfian. Terlebih lagi perusahaan Alfian dan perusahaan Arya menjalin kerja sama yang baik juga sama-sama terikat kontrak kerja sama. Maka sebisa mungkin Zafira akan coba menutupi masalah nya saat ini. Alfian langsung terdiam. Tentu dia juga sudah tau jika Zafira dan Arya adalah sepupu, hanya saja dia, Alfian juga tetap tidak habis pikir jika apa yang baru saja dia lihat malah Zafira anggap hal yang biasa. "Oh apa yang terjadi dengan Zafira. Kenapa dia bisa sangat bodoh hanya untuk menyimpulkan satu kejanggalan dari sikap suami dan adik perempuannya. Kenapa Zafira sangat naif hanya untuk menyadari jika ini sama sekali tidaklah benar?" Batin Alfian tanpa ingin mengutarakan itu pada Zafira karena ternyata dia juga tidak bisa menyinggung perasaan Zafira dengan mengatakan hal itu. Dia sudah menganggap Zafira seperti kakak perempuannya sendiri. Meskipun dia sering menggoda Zafira, tapi sejujurnya Alfian hanya ingin menunjukan jika dia bisa menjadi orang yang bisa di percaya untuk Zafira jika ingin berbagi cerita. "Sudahlah. Ayo. Kita udah terlalu lama di sini. Nanti mamamu malah menyusul kita kemari." Ucap Zafira saat akan menyebrang jalan raya itu dan Alfian juga langsung meraih tangan kiri Zafira untuk dia tuntun dan menyebrang bersama. "Jangan pernah membahas hal yang tadi di depan Tante Mayang, atau dia akan kembali mengintrogasi ku nanti!" Sambung Zafira saat sudah menyebrangi dua jalan raya dan sudah siap untuk memasuki pintu utama restoran itu. "Emangnya kenapa?" Tanya Alfian santai. "Gak kenapa-kenapa. Pokoknya jangan di bahas. Please." Ucap Zafira sembari menangkupkan kedua telapak tangannya di depan Alfian, putra bos-nya yang tidak lama lagi juga akan mengambil alih perusahaan pak Antonio. Alfian terdengar menghela napas lalu terpaksa menanggung untuk mengabulkan permintaan Zafira. Tapi percayalah, Alfian tetap merasa jika sikap Arya dan wanita yang Zafira akui sebagai adiknya ini sangat janggal. Meski begitu, dia juga benar-benar tidak lagi membicarakan hal itu saat kembali bergabung di meja makan restoran itu hingga mereka selesai, dan sama-sama kembali ke rutinitas masing-masing. Antonio dan Zafira kembali ke kantor sementara Alfian pergi menemui klien lain di luar kantor, dan mayang ibunya pulang ke rumah bersama sopir keluarga mereka. Hari sudah sore saat Zafira pulang ke rumah, dan langsung bertemu dengan Nadia yang juga ternyata sudah berada di rumah. Nadia sedang duduk di sofa ruang tengah dengan layar televisi yang sedang menyala saat Zafira masuk dan langsung di sambut oleh Nadia. "Malam ini aku dan Mas Arya akan berangkat ke Surabaya untuk menemui ayah dan mengatakan rencana pernikahan kami." Ucap Nadia to the poin. "Kenapa kakak masih saja bertahan seperti ini. Apa kakak benar-benar tidak ingin mengabulkan permintaan ku yang kemarin?" Ucap Nadia saat Zafira baru masuk beberapa langkah dari pintu utama rumah itu. Zafira langsung menghela napas. Sungguh dia juga ingin semua berakhir dengan sangat cepat dan dia juga bisa terbebas dari semua ini. Tapi apa? Semua memang tidak seperti semudah mereka berbicara. "Tenanglah. Kakak akan tetap memenuhi janji kakak untuk tiga permintaan yang pernah kakak berikan untukmu. Hanya saja semua memang tidak semudah yang kakak bayangkan." Jawab Zafira tanpa melihat lawan bicaranya dan justru menyapa bibik yang baru berniat untuk membantu nya membawa tas yang sedang dia tenteng. "Jadi kau dan Mas Arya akan berangkat malam ini?" Tanya Zafira saat menoleh pada Nadia yang tetap terlihat angkuh dari duduknya. "Ya. Dan aku harap nanti jika ayah menelpon kakak, kakak akan tetap mengatakan kesanggupan ini pada ayah. Karena aku tidak mau jika hanya karena kakak, aku dan Mas Arya tidak bisa menikah." Balas Nadia dan Zafira kembali menghela napas sembari tersenyum pahit karena Nadia benar-benar sangat ingin melihatnya tersingkir dari sisi Arya. Tapi meski begitu Zafira juga tetap mengangguk, karena hal ini juga sebelumnya sudah dia bahas dengan Arya , suaminya. Malam itu tepat jam tujuh , Arya dan Nadia benar-benar bersiap untuk berangkat ke Surabaya dan menemui orang tua mereka masing-masing untuk mengatakan rencana pernikahan mereka. Zafira juga sudah menyiapkan beberapa stel pakaian untuk Arya, suaminya karena Arya sebelumnya mengatakan akan menginap dua atau tiga hari di sana, sampai dia benar-benar bisa menyakinkan kedua orang tuanya untuk merestui pernikahan mereka. "Zafira hanya bisa bantu doa, semoga ayah dan papa Mas Arya bisa mengabulkan keinginan Mas dan Nadia." Ucap Zafira cukup lirih saat menarik resleting koper yang akan Arya bawa ke Surabaya. "Amin." Ucap Arya mengaminkan doa yang baru saja Zafira ucapkan untuknya juga untuk Nadia. "Apa kau benar-benar tidak ingin ikut bersama kami. Mas sudah membeli tiga tiket untuk kita, dan sungguh Mas berharap kau juga mau ikut bersama kami!" Imbuh mas Arya dengan sangat tidak masuk akal. "Untuk apa? Untuk menegaskan luka di hatiku, atau untuk memperjelas statusku yang hanya sebagai batu loncatan hati Mas, atau Mas ingin mempertontonkan jika aku selama ini hanya jadi rumah singgah Mas. Oh tidak Mas. Aku bukan wanita yang setangguh itu. Aku hanya wanita yang jauh dari kata sempurna bahkan sampai saat ini aku bahkan belum bisa menyempurnakan hidup Mas dengan memberikan mas anak. Tidak. Maaf, Zafira belum siap untuk terluka yang lebih parah lagi." Ucap Zafira tapi hanya dalam hati, tanpa ingin sama sekali mengutarakan itu pada Arya, suaminya saat ini. "Sayang. Apa kau mendengarkan, Mas? Aku sudah membeli tiga tiket untuk kita dan sungguh Mas ingin Zafira juga ikut." Ucap Arya lagi sembari menunjukkan tiga tiket yang sudah dia beli pada Zafira juga memeluk punggung Zafira yang masih menunduk karena masih harus mengunci koper milik Arya. "Tidak, Mas. Besok pagi aku ada jadwal untuk menemani pak Antonio ke lokasi proyek dan bertemu kliennya di sana. Jadi maaf jika aku tidak bisa ikut bersama Mas, dan Nadia. Zafira hanya bisa titip salam untuk ayah dan ibu, juga untuk mama dan papa, jika aku sangat merindukan mereka. Mas bisa menghubungi aku jika nanti ada yang tidak setuju dengan keinginan mas ini. Aku pasti akan membantu mas sampai mas benar-benar bisa menikah dengan Nadia." Jawab Zafira. Arya juga langsung membalik tubuh rendah Zafira untuk dia beri pelukan sembari berkali-kali mengucap cinta untuk Zafira. Percayalah. Tidak ada cinta yang yang tulus jika hanya untuk berdusta. Tidak ada cinta jika pada akhirnya akan mendua. Karena sejatinya cinta terbentuk dari dua hati bukan lebih. Maka saat Zafira di hadapkan pada dua pilihan antara bertahan namun terluka, atau menyerah pergi meskipun tetap akan terluka. Zafira memilih menyerah, meskipun dia tau ini juga akan melukainya. Setidaknya lukanya akan berakhir sampai di sini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD