EPISODE 15 : Pembebasan ( Part. 1 )

3491 Words
Akhirnya, aku dan Erna sampai juga seratus meter dibelakang fasilitas utama. Jalan menuju fasilitas utama ini sangat merepotkan. Beberapa kali kami harus menghadapi jebakan-jebakan yang aktif. Untungnya mata Erna cukup aktif, sehingga beberapa kali ia menemukan kamera yang menjadi pemicu aktifnya jebakan, sehingga kami cukup menghindari arah kamera itu saja tanpa perlu berurusan dengan jebakan yang aktif. Fasilitas utama ini dikelilingi oleh pagar kawat, yang aku duga dialiri oleh aliran listrik. Di belakang pagar kawat itu adalah sebuah bangunan besar berbentuk kubah. Di kanan bangunan itu terdapat suatu struktur bangunan yang berbentuk seperti reaktor nuklir. Dibelakang bangunan kubah itu terdapat landasan pesawat yang cukup luas, cukup untuk tiga hangar pesawat kecil dan lintasan untuk dua pesawat. Pintu masuk utama fasilitas itu dijaga oleh dua manusia robot penjaga. Fasilitas sebesar ini hanya dijaga oleh dua robot penjaga? Aku segera menyadari bahwa kedua robot penjaga itu tidak bertindak sebagai penjaga, melainkan untuk memberitahukan keadaan didalam. Berarti menyerang dari depan bukan merupakan pilihan. Tiba-tiba, aku melihat dua robot penjaga itu tiba-tiba lumpuh. Setelah mereka lumpuh, aku dari jauh melihat Yuna dan Abby berlari masuk melalui gerbang utama. Huff, jadi mereka selamat ya, untunglah. Aku dan Erna pun berlari masuk ke dalam. Aku lihat tadi Yuna dan Abby memasuki gedung fasilitas utama yang berbentuk kubah besar itu. Sebetulnya aku harus segera menyusul mereka, karena semakin ramai maka semakin menguntungkan. Akan tetapi, tidak mungkin aku ikut membawa Erna ke dalam, karena sangat berbahaya. Setelah sampai di pintu utama, aku memutuskan untuk memutar kebelakang menuju hangar pesawat. Ada tiga hangar pesawat dibelakang gedung kubah ini. Di setiap pintu hangar pesawat itu, ada sebuah layar besar terpasang. Layar hangar pertama bergambar seorang wanita telanjang yang memiliki sayap di kupingnya dan membawa harpa. Siren. Bu Novi. Oh, jadi kepemilikan pesawat yang terparkir didalam hangar ini ditandai dengan gambar yang ada didalam layar ya? Layar hangar kedua bergambar burung besar bewarna merah yang diselimuti oleh api. Phoenix. "I will leave one jet airplane there. Escape with it." Aku kembali mengingat kata-kata Phoenix sebelum kami berpisah. Inikah pesawat yang ditinggalkan olehnya? Di layar hangar ketiga, aku melihat gambar sebuah... apa ya itu? Campuran dari berbagai macam binatang. Kepalanya banteng, tubuhnya harimau, ekornya ular, sayapnya burung. Hmmm, Chimera. Berarti, anggota Myth yang menggunakan kode nama Chimera ada di Cina ya? Aku berharap saja semoga dia tidak ada di fasilitas utama ini. Aku membuka hangar milik Phoenix yang kebetulan tidak dikunci ini. Di dalam hangar ini, terdapat pesawat jet yang mirip sekali dengan pesawat jet yang digunakan oleh Phoenix untuk "mengantarku kembali ke Jakarta". Aku dan Erna menaiki pesawat jet itu dan menuju ruang kemudi. Di ruang kemudi, aku membaca tulisan di layar. "Safe Drive, Jackal.". Jackal, itukah kode yang akan diberikan kepadaku bila aku bergabung dengan Myth? Heh, pintar melucu juga si Phoenix ini. "Erna, tunggu disini. Nanti kita akan kabur menggunakan pesawat ini." Kataku. "Apa pesawat ini cukup untuk kabur?" Tanya Erna. Hmmm, sebetulnya aku tahu bahwa pesawat ini tidak akan cukup. Kalau hanya menggunakan pesawat ini, pastilah kita akan terkejar dengan mudah. Mereka memiliki kejutan-kejutan seperti robot prototipe, "autobot/decepticon" yang menyamar menjadi tank, dan peralatan-peralatan canggih lainnya yang tidak mungkin kami lihat di dunia "atas tanah" sekarang ini. Tapi, waktuku tidak banyak. Semakin lama kita disini, kita jelas semakin dirugikan. Aku harus cepat bergabung dengan Abby dan Yuna, menyelamatkan Fera, dan kabur dari tempat ini segera. "Itu nanti saja. Akan aku pikirin sambil jalan. Yang penting kamu tunggu dan jadi anak baik disini ya." Kataku kepada Erna. Erna hanya mengangguk. Aku pun segera keluar dari pesawat, dan menuju keluar hangar setelah memastikan bahwa kondisi aman. Aku segera menuju bangunan besar berbentuk kubah itu. Di belakang bangunan yang kebetulan letaknya dekat dengan hangar pesawat tempatku berada sekarang, aku menemukan suatu peralatan, seperti mesin operator. Aku menduga mesin operator itu berfungsi sebagai pembuka pintu belakang. Aku segera menuju mesin operator itu untuk membuka pintu belakang fasilitas utama. Sial, dilindungi password ya? Andai Diana ada disini, mungkin smartphonenya bisa... Tunggu? Smartphone Diana masih berada di kantong kanan celanaku. Ah, rupanya aku lupa mengembalikannya kepadanya setelah membongkar trik jebakan yang dipasang oleh Myth. Baiklah. Smartphone Diana ini dilengkapi juga dengan compiler bahasa pemrograman C. Aku tidak tahu bagaimana caranya Abby menginstall compiler C di dalam smartphone. Aku mengetik sekitar dua ratus baris kode bahasa C untuk melakukan penetration ke dalam sistem keamanan mesin operator didepanku ini. Setelah berhasil membuat sistem penetrasi keamanan, aku akhirnya bisa masuk ke dalam sistem mesin operator ini. Ternyata memang mesin operator ini berfungsi untuk membuka pintu belakang. Eh tapi tunggu dulu. Di dalam suatu fungsi di mesin operator ini, aku menemukan sesuatu yang sangat aneh, sesuatu yang sepertinya sangat disembunyikan. Aku mencoba mengakses fungsi itu. Setelah berhasil masuk dan mengaktifkannya, tiba-tiba tanah disebelah kananku terbuka, dan memperlihatkan tangga kebawah tanah. Pantas saja disembunyikan. Kalau aku bisa masuk dari pintu rahasia ini, aku bisa menyergap fasilitas utama ini dari belakang. Mungkin ini keberuntunganku, setelah kemalanganku karena kehilangan Diana. Aku segera menuruni tangga ini. Setelah sampai didasar anak tangga, kini aku berada di selokan bawah tanah, hanya saja terstruktur dengan sangat rapi. Selokan bawah tanah ini sangat gelap. Aku harus memusatkan indera penglihatan, pendengaran, dan perasaku untuk mendapatkan gambaran tentang penglihatan disini. Setelah berjalan lurus sejauh kira-kira dua ratus meter, aku sampai pada tangga besi yang bentuknya seperti tangga penyebrangan. Tangga penyebrangan itu menghubungkan antara tempatku berpijak dan jalan diseberangnya. Diantara kami, terdapat air seperti lautan yang cukup luas, mungkin sekitar dua ratus meter lebarnya. Apa boleh buat, aku harus menyebrangi tangga penyebrangan ini untuk sampai ke seberang. Aku mulai menaiki tangga jembatan penyebrangan itu. Sesampainya di jembatan, aku merasakan suatu perasaan yang tidak enak. Aku merasakan adanya suatu kehidupan, lebih tepatnya tatapan membunuh dibawahku. Apa jangan-jangan ada yang menguntitku dan bersembunyi didalam air. Di tengah jembatan penyebrangan itu, aku menemukan suatu sakelar. Sepertinya fungsinya untuk menyalakan lampu. Menyalakan lampu bisa jadi bunuh diri, tapi aku harus mendapatkan gambaran tentang situasi di sekitarku. Dengan yakin, aku menyalakan sakelar lampu itu, dan dalam sekejap, seluruh cahaya sudah memenuhi tempatku berada ini. Hmmm, aku sedang berada di jembatan besi yang memiliki pegangan disamping kiri dan kanannya. Seluruh dinding selokan bawah tanah ini dipasangi ubin keramik berwarna hijau muda. Cukup terawat sepertinya selokan bawah tanah ini. Aku mencoba melihat sekitarku. Ini merupakan selokan bawah tanah yang sangat besar. Airnya sangat bening, dan aku tidak bisa melihat dasar dari air itu. Tunggu, ada yang aneh. Tidak ada aliran air sama sekali. Aku mencoba melihat ke segala arah. Ya ampun, ternyata ini bukan merupakan selokan bawah tanah, melainkan suatu ruangan sangat besar berbentuk persegi panjang. Dan di tengah ruangan itu, terdapat kolam, atau mungkin lebih tepatnya disebut danau. Di ujung jembatan penyebrangan ini adalah suatu pintu, bukan tangga turun ke daratan diseberang tempatku tadi naik. Tiba-tiba, aku merasakan ada sesuatu yang bergerak, letaknya tepat persis dibawahku. Aku baru ingat bahwa tadi sebelum lampu menyala, aku merasakan ada tatapan haus darah yang menatapku dari bawah. Dengan segera, aku melihat apa yang ada dibawahku. "..........................................................." Itulah reaksiku. Entah itu merupakan reaksi kekaguman, atau kengerian. Seluruh bulu kudukku berdiri karena kengerian yang luar biasa. Seluruh tubuhku bergetar hebat akibat kekaguman yang melanda tubuhku. Aku melihat sebuah makhluk, bentuknya seperti ikan. Gigi-giginya sangat runcing. Itu adalah ikan hiu putih yang sangat ganas itu, tetapi ukurannya sebesar kapal pesiar. Aku pernah membaca ensiklopedia tentang makhluk-makhluk purba. Aku langsung mengenalinya. Itu adalah hiu megalodon yang memakan paus sehari-harinya. Semua orang berpikir bahwa makhluk itu sudah punah, walaupun beberapa ilmuwan menganggap bahwa makhluk ini masih ada. Aku melihat setengah tubuh hiu ini beku, sehingga dia tidak bisa bergerak. Huff, suatu keuntungan buatku, jadinya aku tidak perlu melawan makhluk menyeramkan ini. Dengan sekuat tenaga, aku berlari menuju pintu diujung jembatan penyebrangan ini. Aku membuka pintunya, dan kini ada tangga lagi didepanku. Aku menaiki tangga itu hingga sampai ke ruangan yang serba putih. Di samping kiri dan kananku adalah kandang para binatang yang terbuat dari kaca yang tebal. Ada bermacam-macam binatang. Ada binatang mamalia seperti anjing, kucing, rusa, kambing, sapi, bahkan beruang. Ada juga binatang aves dengan variasi burung bermacam-macam, dari burung gereja biasa sampai burung elang. Ada binatang reptil macam salamander, buaya, ular, komodo. Hmmm, apakah tempat ini adalah kandang binatang peliharaan? Tiba-tiba, dari salah satu kandang binatang yang berisi ular, ada sinar yang menyelimuti tubuh ular itu yang asalnya dari seluruh sisi bagian dalam kandang itu. Dan setelah sinar itu berhenti bercahaya, ular yang tadinya hanya ular telah berubah. Kini, ular itu memiliki kaki dan tangan pencengkram seperti burung, dan juga memiliki sayap seperti sayap burung. Wew, aku hanya pernah melihat pemandangan ini dalam film-film science-fiction atau fantasi. Akhirnya aku menyadari dimana aku berada sekarang. Tidak salah lagi, ini pasti tempat untuk melakukan rekayasa genetika pada makhluk hidup. Selain binatang-binatang biasa, aku juga melihat binatang-binatang yang telah punah. Aku melihat sebuah kandang sangat besar, yang berisikan bagian kecil dari tulang dan fosil dinosaurus. Tidak lama kemudian, seluruh sisi dari kandang itu menembakan sinar semacam laser oranye kearah tulang dan fosil tersebut, kemudian sinar yang tadi ada di tulang dan fosil tersebut bergerak ke segala arah, dan mulai menggambar bentuk. Bentuk yang aku kenali, ya... Tyranosaurus. Tidak hanya tampak luarnya, tetapi juga seluruh organ dalamnya. Setelah seluruh bentuk itu selesai tergambar, muncullah Tyranosaurus yang hidup keluar dari bentuk sinar itu. Mulanya aku kira bahwa Tyranosaurus itu hanya mainan. Tetapi, aku langsung sadar bahwa itu Tyranosaurus hidup setelah ia mengaum dan terlihat ada air liur di dalam mulutnya. Berarti, hiu megalodon yang tadi pun juga kemungkinan dibuat dengan proses yang sama ya. Ya ampun, aku tidak pernah mendengar teknologi macam ini, hanya pernah terbayang saja. Yang kubayangkan adalah, mengambil "memori" dari suatu benda. Dengan "memori" yang diambil, kita bisa tahu benda itu pernah terhubung dengan molekul dan atom apa saja, dan prosesnya terus berantai. Dari molekul dan atom yang pernah tersambung dengan benda itu, kita juga bisa tahu molekul dan atom apa yang pernah tersambung dengan molekul dan atom tersebut. Sehingga, dari suatu benda yang rusak, kita bisa mengembalikan bentuk benda itu seperti semula, asalkan ada sedikit saja bagian dari benda itu. Tapi kita membicarakan makhluk hidup disini. Melakukannya pada benda mati saja sangat susah, apalagi pada makhluk hidup. Aku tidak melihat satupun operator disini. Artinya, proses rekayasa genetika ini dilakukan secara kendali dari satu tempat. Atau lebih parahnya lagi, Myth mempunyai Artificial Intelligence yang bisa melakukan penelitian rekayasa genetika sendiri? Memang organisasi yang menakjubkan... dan juga mengerikan. Setelah sekitar 10 menit aku menyusuri ruangan putih ini, kandang demi kandang, melihat rekayasa genetika yang satu sampai yang lain, akhirnya dihadapanku ada sebuah pintu berwarna merah, bertuliskan "KEEP OUT!", yang artinya jangan mendekat. Sial, perasaanku tidak enak. Aku mempunyai bayangan apa yang sedang ada di dalam ruangan ini. Tapi, aku betul-betul berharap bahwa bayanganku itu salah. Setelah menarik napas panjang, aku membuka pintu itu kencang-kencang. Oh tidak, ternyata bayanganku betul. Didepan mataku, terpampang suatu kaca yang memisahkan ruangan tempatku sekarang berada, dan satu ruangan lagi. Ruangan satunya lagi itu aku lihat berupa ruangan kosong berwarna putih, seperti kandang binatang tadi. Didalam ruangan kosong itu, ada satu perempuan... ya, manusia. Masih remaja, belum dewasa... yang sedang berteriak-teriak kesakitan. Gawat, mereka sudah sejauh ini melakukan rekayasa genetika pada manusia. "Welcome. (Selamat datang.)" Sapa suara wanita yang berada disebelah kiriku. Aku langsung bersiap-siaga. Aku terlambat menyadari keberadaan wanita itu karena aku terlalu fokus dengan apa yang ada didepanku. Aku melihat seorang wanita berambut pirang yang dikuncir, sepertinya wanita berkebangsaan Rusia. Ia sedang melakukan sesuatu dengan komputer didepannya. "Impressive, I must say. (Boleh dikatakan aku sangat kagum.)" Kataku. "What? Those junks outside? (Kagum apa? Dengan barang-barang rongsokan diluar?)" Tanya wanita itu. "Junks? Is that how you call your fruit of your research? (Rongsokan? Itukah caramu menyebut buah dari hasil penelitianmu?)" Tanyaku. "No, no. Those are not the fruit of my research. Those are only a junks come from my research. (Tidak, tidak. Itu semua bukan buah dari hasil penelitianku. Itu semua hanyalah rongsokan hasil dari penelitianku.)" Kata Wanita itu. "So, what are you trying to accomplish? (Jadi, apa yang berusaha kalian capai?)" Tanyaku. Mendengar pertanyaanku, wanita itu menatapku. "That. (Itu.)" Katanya sambil menunjuk wanita yang sedang mengerang kesakitan diseberang ruangan yang dibatasi oleh kaca itu. "Doing research on human. How filthy! (Melakukan penelitian pada manusia. Betul-betul rendah!)" Kataku. Amarahku betul-betul menyala-nyala sekarang. "What's wrong in that? You're the one who cannot see the beauty in it. (Apa salahnya? Kamulah yang tidak bisa melihat keindahan didalamnya.)" Kata wanita itu. "You're gonna release that girl. (Kamu akan melepaskan gadis itu sekarang.)" Kataku sambil membuka sarung pedang nodachiku. "Violence... violence... That's what kid resolve to do when they don't get what they want. (Kekerasan... kekerasan... Itulah yang anak-anak lakukan ketika mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.)" Kata wanita itu sambil kembali melihat layar komputernya. "Too bad you will die because you don't grant this child's wish. (Sayang sekali kamu akan mati karena kamu tidak memenuhi permintaan anak ini.)" Kataku sambil berlari kearahnya dengan pedang nodachi-ku yang sudah tidak tersarung. Aku bermaksud membelah tubuhnya menjadi dua, bersama dengan komputer dan mejanya. Aku tidak perlu mengasihani orang yang tidak berperikemanusiaan begini. Saat sudah kira-kira hanya satu meter didepannya, aku langsung menyabet pedangku kearah pundah kanannya. KRAAAKK... Aku bingung melihat pedang nodachi-ku berhenti di pundak kanannya. Hmmm, seperti sedang membentur suatu benda yang keras. Ada apakah di pundak kanannya. "So, you're really going to resolve this with violence? (Jadi, kamu benar-benar ingin menyelesaikannya dengan kekerasan?)" Katanya sambil menatap mataku dan berdiri dari tempatnya. Aku pun menarik pedangku, dan mundur beberapa langkah. Setelah wanita itu berdiri, meja dan komputer-komputer di sekitar kami langsung berubah menjadi sinar oranye seperti sinar yang membentuk Tyranosaurus tadi. Wow, menarik juga punya teknologi seperti ini. "Then, violence is what you're going to get. (Maka, kekerasan adalah apa yang akan kamu dapat.)" Kata wanita itu sambil berlari kearahku. Aku segera bersiap mengalirkan tenaga ki-ku ke pedang nodachiku. Saat aku baru mau menyabet pedangku, tiba-tiba aku merasakan aura membunuh yang sangat besar. Tidak, ini bukan milik manusia, lebih tepatnya seperti naluri membunuh seekor binatang predator. Aku segera meloncat ke kiri. Bersamaan dengan aku meloncat ke kiri, laju kecepatan wanita itu bertambah dengan drastis, dan langsung menghantam tembok ruangan yang terbuat dari logam. Logam itu sampai penyok. Tunggu, ada yang aneh. Dinding logam itu tidak penyok besar, melainkan penyok tidak terlalu besar tetapi berjumlah dua. Wanita itu terlihat baik-baik saja setelah menabrak dinding logam itu dengan keras. Aku melihat dua tanduk besar di kepalanya, dan kakinya sudah berubah menjadi kaki... sepertinya kaki cheetah. "Behold, the power of genetic engineering. (Lihatlah, kekuatan dari rekayasa genetika.)" Kata wanita itu. Rupanya, ia telah melakukan rekayasa genetika pada tubuhnya sendiri. Tanduk yang kulihat tadi itu adalah tanduk banteng, sedangkan kakinya berubah menjadi cheetah untuk menambah laju kecepatannya. "No wonder you are called Chimera. (Tidak heran kamu dipanggil Chimera.)" Kataku. "Oh, you know about me? How nice. (Oh, kamu tahu tentang aku? Menyenangkan.)" Kata Chimera. "You're not the fighter type, aren't you? (Kamu bukan tipe petarung, iya kan?)" Kataku. "Well, I'm not. But I will be enough to kill you. (Yah, memang bukan. Tapi aku saja cukup untuk membunuhmu.)" Kata Chimera. "We'll see about that. (Kita lihat saja.)" Kataku. Kali ini aku maju, dan menyabetkan pedangku segaris lurus dengan baju dan celana lab yang ia kenakan. Dia tidak menghindar sama sekali, akibatnya baju dan celananya langsung lepas karena terbelah dua oleh pedang nodachi-ku. Kali ini, ia betul-betul telanjang tanpa mengenakan apapun. Aku tidak melihat ada yang aneh pada tubuhnya. Paling-paling hanya tubuhnya saja yang lumayan indah. Walaupun ia kurus dan tinggi, tetapi buah dadanya cukup bulat dengan p****g berwarna coklat cerah. Daerah lubang k*********a tidak ditumbuhi rambut satupun. Ah, disaat begini malah memperhatikan tubuh lawan. Hmmm, artinya tadi pedangku tidak bisa memotong tubuhnya karena ia mengubah tubuhnya dengan rekayasa genetika ya. Kalau kuingat-ingat dari bunyinya, pedangku seperti membentur sesuatu yang keras dan tebal. Apakah tempurung kura-kura? "So, we have a pervert here. (Jadi, ada orang m***m disini.)" Kata Chimera. "As a male, of course I'm pervert. You, as a female, should be a pervert as well, unless you're abnormal. (Sebagai laki-laki, tentu saja aku m***m. Kamu, sebagai wanita, harusnya m***m juga, selama kamu normal.)" Kataku. "Quite good poem, you have. (Puisi yang bagus.)" Kata Chimera. Kali ini, ia maju duluan dengan berlari kearahku. Gawat, kalau dia bertarung dengan telanjang begitu, aku bisa agak kesusahan berkonsentrasi. Kali ini, kedua tangannya berubah menjadi tangan... sepertinya tangan beruang. Tangan kirinya maju duluan untuk memukulku. Aku segera berjongkok untuk menghindari pukulan tangan kirinya. Melihat aku menghindar, tangan kanannya langsung diarahkan untuk memukul kebawah. Aku meloncat salto kebelakang untuk menghindarinya. Tangan kanan beruang yang ia gunakan itu langsung menghancurkan ubin dengan sekali pukul. Walaupun bukan tipe petarung, tetap saja berbahaya bila aku sampai terkena pukulannya. Sesaat setelah ia menghancurkan ubin, aku langsung maju, memutar tubuhku, dan sambil memberikan sabetan pedang ke perut bagian kanannya. KRAAKK... Lagi-lagi pedangku hanya membentur tubuhnya tanpa berhasil menebasnya. Memang tempurung kura-kura ternyata yang ia gunakan untuk melindungi dirinya dari sabetan pedang. Cih, kalau seperti ini sih, orang yang cocok untuk menghadapinya adalah Abby, yang ahli tenaga dalam. Tenaga dalam dapat menembus pertahanan sekuat apapun, karena tenaga dalam menyerang dengan mengalirkan tenaga murni langsung ke dalam tubuh, dan mengacaukan aliran energi lawan. Tapi, aku tahu Abby pasti akan berkata,"Aku bukan tipe petarung. Bos saja deh yang lawan dia.". Damn, kenapa saat begini aku malah teringat akan kekonyolan Abby. Aku harus cepat-cepat menyelesaikan pertarungan ini, menyelamatkan gadis yang ada di ruangan seberang, kemudian bertemu dengan Yuna dan Abby, lalu menyelamatkan Fera, dan kabur dari tempat ini. Sepertinya tidak ada waktu untuk bermain-main. Aku harus menggunakan tenaga ki untuk menyelesaikan pertarungan ini secepat mungkin. Setelah itu, ia langsung menyemprotkan sesuatu dari mulutnya. Gawat, ini pasti cara penyemprotan racun yang dilakukan oleh king cobra untuk membutakan penglihatan lawannya. Sekali kena, aku tidak akan bisa melihat lagi. Aku segera menarik pedangku, dan menggunakannya untuk melindungi diriku dari racun yang Chimera semprotkan. Kemudian, aku mundur tiga langkah untuk menjaga jarak, mengantisipasi racun yang akan ia semprotkan kembali. Pertimbanganku untuk mundur adalah, menunggu ia maju kearahku, memperhatikan betul-betul kemana dia akan menyerang, menghindarinya, dan menebas tubuhnya dengan pedang yang sudah kualiri dengan tenaga ki. Semoga saja tenaga ki milikku cukup untuk menebas sebuah tempurung kura-kura. Kemudian, dia memuntahkan sesuatu berbentuk bola seukuran genggaman tangan dari dalam mulutnya. Apakah ia mengubah mulutnya menjadi seperti mulut bebek yang mampu menampung ikan dalam paruhnya, sehingga ia bisa menyimpan sesuatu seperti itu dan memuntahkannya? Dia melempar bola itu ke lantai, dan dalam sekejap asap hitam pekat langsung memenuhi seluruh ruangan ini. Jarak pandangku langsung menurun seketika. Asap hitam ini juga sangat berbau, sehingga indera penciumanku pun tidak begitu berfungsi. "Well, let's see how you deal with this. (Mari kita lihat bagaimana kamu menangani hal ini.)" Terdengar suara Chimera. Aku mengerti. Dengan mengurangi jarak pandangku dan penciumanku begini, dia bermaksud membunuhku dari balik asap ini. Dia bisa menggunakan sensor panas yang dimiliki oleh ular, ataupun sensor suara yang digunakan oleh kelelawar, sehingga ia bisa tetap tahu posisiku. "Quite smart. But, I can assure you that when you attack me, is the momment that my katana will cut your body. (Pintar juga. Tapi, aku yakin bahwa pada saat kamu menyerangku, adalah saat dimana pedangku akan memotong tubuhmu.)" Kataku. "I just knew that someone who is going to die can tell jokes. (Aku baru tahu bahwa seseorang yang akan mati sebentar lagi bisa mengeluarkan lelucon.)" Kata Chimera. Aku memasang gaya tsuki, yaitu gerakan memegang katana dengan dua tanganku, dan mengarahkan pedang nodachi-ku kedepan secara miring, menutupi mataku. Lalu, aku menyebarkan tenaga ki milikku ke sekitarku membentuk lingkaran. Sebetulnya ini teknik amat tinggi dari ilmu tenaga dalam, dan jujur aku belum pernah mencobanya. Akan tetapi, inilah satu-satunya jalan kalau aku mau selamat. Teknik ini membutuhkan konsentrasi yang amat tinggi. Kebetulan sepertinya Chimera ini bukan tipe petarung, sehingga ia tidak lihai dalam menyembunyikan tanda keberadaan dan aura miliknya. Dalam sekejap saja, aku bisa merasakan keberadaan dan lokasinya lewat tenaga ki yang kusebar. Hmmm, sepertinya ia tidak berdiri di tanah, tetapi melayang di udara. Tiba-tiba, aku merasakan ia maju melesat dengan kecepatan tinggi. Arahnya dari arah jam dua dari tempatku berdiri. Aku yang tadinya memasang gaya tsuki, langsung memutar pergelangan tanganku untuk mengubahnya menjadi iaijutsu dan langsung melancarkan serangan memotong dengan cepat. Aku merasakan ujung pedang nodachi-ku memotong sesuatu, tapi aku tidak berhasil membelahnya. Sepertinya disaat terakhir Chimera menyadari seranganku, dan menghentikan laju-nya. Tapi aku tahu, paling tidak aku berhasil melukainya dengan cukup parah. "How... How can... you know my... position? (Bagaimana... kamu bisa tahu... posisiku?)" Kata Chimera dengan terengah-engah. "Based on your question, I know that you're not the fighter type. You're a scientist who relies too much on your invention and weapon, aren't you? (Berdasarkan pertanyaanmu, aku tahu bahwa kamu bukan tipe petarung. Kamu adalah seorang peneliti yang sangat bergantung pada penemuan dan senjata milikmu kan?)" Kataku. Aku juga merasakan bahwa aura tubuhnya mulai melemah. Aku berjalan mendekat kearahnya, hingga akhirnya aku bisa melihatnya. Tubuhnya berbentuk seperti kelelawar raksasa, dimana bagian pundak kiri menuju perut kanan bawahnya sudah robek akibat tebasan pedangku tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD