EPISODE 4 : Novi ( Part. 2 )

1851 Words
Hmmm... Betul sih. Apa yang dialami orang berbeda-beda, belum lagi kemampuannya dalam menghadapi konflik, situasi dan kondisi lapangan, serta takdir. Yah kehidupan ini memang tidak bisa dikatakan sebagai block logic pemrograman. Block logic pemrograman selalu mengalir dengan sekuensial, dari atas menuju bawah. Kehidupan, tidak seperti itu, jauh lebih rumit lagi. "Apakah ibu jatuh cinta kepada Pak James?" Tanyaku. "Ya. Itulah pertama kalinya aku mengenal cinta yang begitu murni, hingga membuatku rela menghabiskan seluruh hidupku bersamanya. Sampai sekarang pun, walaupun dia sudah meninggal, rasa itu tidak kunjung hilang." Kata Bu Novi. Aku tidak heran sedikitpun. Wajar saja bila semua wanita jatuh cinta kepadanya. "Ada yang mau kutanyakan bu. Dua hari sebelum kematiannya, seluruh keluarganya menghilang secara misterius. Pada akhirnya, beliau pun meninggal, sepertinya overdosis. Terlihat aneh, sangat aneh." Kataku. "Orang biasa pun bisa melihat bahwa itu sangat aneh, Jent." Kata Bu Novi. "Apa yang terjadi, bu?" Tanyaku. Bu Novi diam dengan cukup lama, hingga akhirnya dia angkat bicara. "Terlalu stress, hingga menjadi gila, Jent." Kata Bu Novi. Aku tahu dari nada bicara dan sinar matanya bahwa Bu Novi berbohong. Ada yang ia sembunyikan, aku tidak tahu apa. Mungkinkah ia terlibat dalam kasus kematian Pak James? "Sudah larut malam, Jent. Kamu mao pulang, atau mao nginep aja?" Tanya Bu Novi. Eh buset, aku ngobrol dengan Bu Novi selama itu yah? Sekarang sudah jam 23.20. "Nginep aja deh bu. Males pulang." Kataku. "Oke. Kamu mandi dulu aja. Nih, kamu pakai kimono mandi saja nanti untuk tidur." Kata Bu Novi sambil mengambil kimono mandi dan handuk di lemari baju disebelahnya dan menyerahkannya padaku. Aku segera mengambil kimono mandi dan handuk itu sambil menganggukan kepalaku sedikit sebagai pengganti ucapan terima kasih. Aku segera meng-SMS si Erna b*****t itu bahwa aku tidak pulang ke rumah. Setelah itu, aku mandi di kamar mandi dalam kamar yang disediakan untukku. Entah kenapa, air di kamar mandi rumah Bu Novi terasa berbeda. Lebih membuat segar dan rileks. Sabunnya pun sangat halus dan lembut di badan. Ini sih aku betah banget nginep di rumahnya, bisa sering-sering ga yah hahaha. Selesai mandi, aku mengenakan kimono dan keluar dari kamar mandi. Aku melihat smartphone-ku, dan ada email masuk. Hmmm, dari Peter. Isinya berupa atttachment video. Astaga, ternyata si Erna b*****t dan si Adi b*****t itu sedang bersetubuh di suatu hotel. Ya ampun, kupikir si Erna b*****t itu sudah bertobat. Ternyata dari kejerumusan yang ia dapat, ia malah menginginkan yang lebih. Kulihat jam recording nya adalah jam 19.17, berarti setelah selesai meeting, ia janjian dengan si Adi b*****t itu di hotel. Kurang ajar! "Konflik lagi ya?" Sapa tiba-tiba suara orang yang sudah ada disampingku. Ternyata Bu Novi yang sedang melihat ke layar smartphone-ku. Sejak kapan dia masuk ke kamarku? "Tidak bisa dihindarkan, Jent. Apalagi jika lebih dari satu orang berkumpul, pasti konflik selalu ada." Kata Bu Novi sambil tetap melihat smartphone-ku dengan posisi membungkuk. Aku segera mematikan rekaman itu, dan mematikan smartphone-ku, kemudian tidur berbaring di kasur kamar yang empuk itu. "Masih ada yang mau dibicarakan, bu?" Tanyaku. "Satu hal saja, Jent. Kembalilah dengan selamat dari Shanghai." Kata Bu Novi. "Oke bu. You have my word (ibu bisa pegang kata-kataku.)." Kataku. Kemudian, Bu Novi berdiri dihadapanku. Ia kemudian membuka tali pinggang kimononya, dan membuka kimono terusannya, sehingga terpampanglah tubuh telanjangnya tanpa dilindungi apapun. Astaga, aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. Wajah yang begitu cantik dan ayu, dengan rambut panjang lurus. Kulit yang putih bersih. Buah d**a yang begitu bulat, dengan p****g berwarna merah muda. Perut dan pusar yang tidak terlalu ramping, sedikit berlemak, namun sangat menggoda. Paha yang begitu indah, serta rambut kemaluan yang lebat namun rapi menutupi selangkangannya. Levelnya sama dengan Erna, kalau bukan diatasnya. "Kamu selalu penasaran kan dengan apa yang ada dibalik bajuku, Jent?" tanya Bu Novi. Saking terpesonanya, aku tidak bisa menjawab satu patah kata pun. Bu Novi pun melangkah kearahku, dan kemudian merangkak di depanku. "Ga usah tegang. Ikutin aja insting kamu, nanti secara otomatis badan kamu akan gerak sendiri." Kata Bu Novi. Pandangan dan ingatanku mulai buram, begitu buram oleh birahiku yang naik secara tiba-tiba saking indahnya pemandangan yang ada didepan mataku ini. Aku tidak sadar apa yang aku lakukan. Aku ingat aku menjamah seluruh tubuhnya, menghisap p****g payudaranya yang begitu nikmat, mencium seluruh tubuhnya. Aku pun ingat ia membuka tali pinggang kimonoku, menjilati seluruh tubuhku, mengocok dan mengulum batang kemaluanku. Hingga akhirnya, aku melihat Bu Novi sedang memompa batang kemaluanku dengan k*********a. Goyangan pantatnya betul-betul sadis, sesadis Erna. Kedua buah dadanya berputar-putar mengimbangi putaran pantatnya, wajahnya pun dikuasai oleh birahi. Betul-betul surga dunia, saking terkejutnya karena semua terlalu tiba-tiba, aku sampai tidak ingat apa saja yang telah kami lakukan hingga kami sampai pada posisi ini. Bu Novi masih giat menggenjot batang kemaluanku dengan lubang k*********a. Aku pun mulai aktif. Kuremas-remas buah d**a Bu Novi, serta kulumat bibirnya. Lumatan di bibirnya begitu nikmat, apalagi permainan lidahnya. Buah dadanya begitu pas di genggamanku. Rambut kemaluanku dan k*********a terus bergesekan, membuat kenikmatannya semakin menjadi-jadi. Lama-lama, genjotan Bu Novi menjadi tidak beraturan. Lumatannya dibibirku pun menjadi semakin gila, keringatnya makin deras mengucur. "Haahh... hooohhh.. haaahhh.. hhaaaahhh." Desahan Bu Novi saat menggenjot batang kemaluanku. Tiba-tiba, genjotannya menjadi sangat kencang, seperti layaknya pompa pendorong yang bekerja ekstra. Dan akhirnya, Bu Novi membenamkan seluruh batang kemaluanku dengan lubang k*********a. Lubang k*********a ditekan sedalam-dalamnya. "Oouuuhhhh.... Yeeeaaaahhhh... akuu keluaarr Jeenntt..." Erang Bu Novi. Aku meremas kedua buah dadanya, dan melumat bibirnya dengan semakin kencang, untuk memberikan kenikmatan lebih pada orgasmenya. Aku merasakan batang kemaluanku dipijat-pijat oleh lubang kemaluan Bu Novi. Aku sendiri merem-melek merasakan kenikmatan yang seperti ini. Setelah selesai orgasmenya, Bu Novi terkapar diatas tubuhku. Kedua tangannya memeluk tubuhku, sementara bibirnya masih melumat bibirku dengan pelan sesekali. Ia berusaha mengatur napasnya. Aku pun membelai-belai rambutnya yang begitu indah. Bu Novi pun hanyut dalam pelukan dan belaianku. Baru kali ini kulihat Bu Novi begitu lemah. Sesekali, aku mengusap mukanya yang begitu halus, dan menjalar ke lehernya, hingga punggungnya. Bu Novi hanya terengah-engah. Lalu, kunaikkan dagunya, agar wajahnya menghadap wajahku, dan kucium bibirnya sambil kuelus-elus rambutnya. Lalu aku memeluk tubuhnya dan berguling, sehingga kini aku diatas dan Bu Novi dibawah. Dengan posisi diatas, aku menindih tubuh Bu Novi, dan meremas serta melumat buah d**a dan p****g susunya. Nikmat sekali rasanya, kalau rasa buah d**a dan p****g susunya, aku akui lebih nikmat daripada punya Erna. "Sshhh... sshhhh.." Bu Novi mulai mendesis-desis. Lama-kelamaan, ia mulai menjambak rambutku dan mendesah-desah. Merasakan Bu Novi yang sudah kembali naik, aku mulai memaju-mundurkan pantatku dan memutar-mutar batang kemaluanku yang sejak tadi masih terbenam didalam lubang k*********a. Bu Novi pun menggoyang pantatnya untuk mengimbangi genjotanku. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh..." Desahku terengah-engah. "Oooohhh... Uuuuuhhhhh...." Desah Bu Novi terengah-engah. Seluruh rongga kemaluan Bu Novi seolah-olah menyambut batang kemaluanku yang daritadi keluar masuk. Saat batang kemaluanku masuk, ada bagian dari rongga yang memijat. Saat batang kemaluanku keluar, ada bagian dari rongga yang mempermudah jalan keluarnya batang kemaluanku. Sungguh nikmat tiada tara, apalagi ditambah goyangan pantatnya yang membuat pijatan di batang kemaluanku semakin gila. Lama-kelamaan, kurasakan sesuatu hendak keluar dari batang kemaluanku. Aku menyadari bahwa aku akan keluar sebentar lagi. "Buuu... akuu mauu keluaarrr niiihhh..." Erangku. Mendengar aku yang hampir keluar, Bu Novi memeluk tubuhku dengan sangat erat. Bibirnya melumat bibirku dengan sadis, goyangan pantatnya semakin gila. "Ayyooohh Jeentt... Kitaa keluaarr bareeenngg..." Erang Bu Novi. Mendapat sinyal positif darinya, aku menambah kecepatan genjotanku. Lumatan bibirku juga ikut menggila mengikuti lumatan bibirnya. Dan kurasakan spermaku mulai naik... naik.... naik... dan croott croooottt.... Aku memuntahkan spermaku di dalam kemaluan Bu Novi. Bu Novi pun mengejang, dan seluruh rongga k*********a memijat batang kemaluanku. Makin nikmat saja kenikmatan yang kurasakan, sehingga spermaku menyembur makin deras. "Oooohhhhh.... Uaaaahhhhhhh.... Aaaahhhhhhhh..." Erangku sambil melepaskan seluruh kenikmatan yang kurasakan di dalam lubang kemaluan Bu Novi. "Oooohhhh.... Aaaahhhhhh..." Erang Bu Novi sambil juga melepaskan orgasmenya. Kenikmatan ini seolah-olah berlangsung sangat lama. Hingga akhirnya batang kemaluanku berhenti menyemburkan s****a setelah seolah-olah tidak ada lagi kenikmatan yang bisa kukeluarkan. Lidah kami masih saling berpagutan satu sama lain, sementara tangan kami masih saling memeluk dengan erat satu sama lain. Untuk beberapa saat, aku masih berada dalam posisi menindih tubuh Bu Novi. Kami berusaha mengatur napas masing-masing untuk kembali ke dunia nyata. Setelah kesadaranku mulai timbul, aku mencabut batang kemaluanku, dan berguling kesamping. Bu Novi pun merebahkan kepala dan tubuhnya ke dalam pelukanku, yang kusambut dengan menerima seluruh tubuhnya dan memeluk punggungnya. "Jent, kamu orang ketiga yang pernah melihat dan merasakan tubuhku." Kata Bu Novi masih dalam napas yang belum teratur sepenuhnya. "Orang ketiga? Orang keduanya siapa?" Tanyaku. "Pak James." Kata Bu Novi. Astaga, aku tidak menyangka bahwa mereka sudah sejauh itu. "Batang milik Pak James lebih baik daripada milikmu. Tapi kamu mainnya jauh lebih lembut dari Pak James." Kata Bu Novi. "Ah, masa sih bu?" Tanyaku. "Iya. Pak James cenderung cukup kasar, yah karena didorong nafsu sih. Tapi bagiku kasarnya masih dalam batas kewajaran. Dialah yang pertama kali mengajariku untuk tidak tegang, bahwa nantinya badanku akan bergerak secara otomatis." Kata Bu Novi. Ya ampun, begitu toh. Aku memang mendengar kata-kata itu dari Bu Novi sesaat setelah ia mempertunjukkan keindahan tubuhnya padaku. "Hati-hatilah, underground Shanghai penuh dengan masalah. Ingat pesan dan kata-kataku. Kembalilah dengan selamat. Aku, Lina, Diana, Fera, dan Abby akan selalu mendoakan keselamatan kamu dan Yuna." Kata Bu Novi. "Kenapa ibu begitu peduli sama aku?" Tanyaku. Bu Novi tersenyum, cukup lama. "Kamu adalah peninggalan Pak James." Kata Bu Novi. "Begitukah?" Tanyaku. Aku jadi teringat pada pesan Pak James yang begitu terngiang-ngiang di kepalaku. "Ingatlah untuk selalu...." Suara Pak James terngiang-ngiang di benakku. Tidak lama kemudian, Bu Novi pun tertidur, dan aku pun ikut tertidur. Keesokan harinya, aku bangun di kamar yang kutiduri semalam masih dalam keadaan telanjang. Aku mengambil smartphone-ku dan menyalakannya. Aku melihat jam sudah menunjukkan pukul 07.11. Bu Novi sudah tidak ada dikamar ini. Aku melihat banyak pesan masuk. Rekaman video dari Peter, yang memperlihatkan bahwa si Erna b*****t dan si Adi b*****t mandi bareng setelah bersetubuh. Kemudian makan dan minum dari hotel di kamar mereka, masih dalam keadaan telanjang. Kemudian melanjutkan ke permainan mereka di ronde kedua. Haah, maaf ya Erna b*****t, aku juga semalam bermain dengan sangat hebat. Kemudian, mereka tertidur sampai pagi. "OK." Sms dari Erna b*****t. Aku balas saja. "Kenapa kamu nggak ngabarin kalau kamu nginep di hotel?" "You should take a dayoff today. Ready yourself before taking your flight (Kamu sebaiknya cuti hari ini. Persiapkan semua kebutuhanmu sebelum terbang ke Shanghai)." w******p dari Bu Novi. "Thank you, I will. (Terima kasih. Saya akan cuti dan mempersiapkan diri.)" Balasku. "Jangan lupa kunci pintu rumahku. Kuncinya ada di atas meja foyer. Nanti kamu bawa saja kuncinya." Balas Bu Novi. "Understood (mengerti)." Balasku. "Visa dan tiket pesawat kamu dan Yuna ada di lemari meja foyer. Jangan lupa kamu ambil, tempelkan visanya di passport kamu dan Yuna." Balas Bu Novi. Astaga, aku sampai lupa dengan visa nya. Bagaimana caranya Bu Novi mendapatkan visa dalam waktu sesingkat itu? Betul-betul misterius. "Baik bu." Balasku. Setelah itu, ada sms masuk. "Iya aku menginap di hotel semalem. Kamu tau darimana kalau aku menginap di hotel. Kok kayanya aku belum bilang ke kamu?" Sms dari Erna b*****t. "Temanku yang berprofesi tenda makan malam melihat kamu masuk hotel. Tapi belum keluar-keluar sampai sekarang." Balasku. Rasakan kamu, Erna b*****t. Aku bisa merasakan kepanikanmu disana
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD