Lewat sebuah surat kecil, Danu dipanggil untuk menghadap Eztyo. Ini panggilan keempat yang ia terima sejak tiga hari lalu. Melalui metode panggilan yang berbeda, isi pesan itu makin keras. Bermula dari sekadar permintaan untuk bertemu hingga berujung ancaman jika sampai hari ini Danu mangkir dari panggilan atasan. Dia menerima lokasi pertemuan yang tidak bisa ia tolak lagi. Sebuah panah berisi lipatan kain hitam kecil menancap di pilar rumahnya tepat saat Danu membuka pintu. Ia buka simpul kainnya tanpa mencabut panahnya. Ekspresi wajahnya tetap datar, tak ada perubahan signifikan setelah membaca isi surat itu. Danu meremasnya sambil masuk lagi ke dalam rumah. Ia pergi ke dapur, menyalakan api lalu melempar kain hitam itu. Ditunggunya kain itu sampai benar-benar terbakar dan menjadi aran