Persyaratan

1158 Words
Fardi menggenggam tangan istrinya dengan penuh kecemasan. Saat ini, Lupita tengah berjuang demi penyakit yang ia derita. Suami mana yang tidak merasa sakit jika melihat sang istri yang begitu ia cintai terlihat begitu tersiksa. Saat ketika Lupita menanyakan keberadaan Leni, dirinya seakan tak berguna untuk menjadi seorang suami. Mengapa? Mengapa dia selalu menanyakan adik tirinya? Mengapa bukan aku saja? Batin Fardi seakan menjerit, ia hanya menginginkan dirinyalah yang istrinya cari dan tanyakan. "Aku ingin Mas menikah dengan Leni dan aku ingin menyaksikan pernikahan kalian tepat di depanku sebelum aku di berangkatkan ke Singapura untuk berobat di sana." Perkataan itu seakan menampar dirinya. Ia sudah tak bisa berkata apapun lagi setelah mendengar permintaan konyol dari sang istri. Apa dia sudah gila? Atau, penyakitnya sudah membuatnya menjadi putus asa? Fardi hanya menatap dengan tajam. Di balik tatapan itu, hatinya semakin sakit. Ia tidak ingin ada wanita lain di dalam rumah tangganya. Termasuk jika itu keinginan istrinya sekalipun. Fardi melepaskan genggamannya dari tangan Lupita. "Tidak." Cukup hanya perkataan itu, itupun ia katakan dengan suara bergetar menahan sesak sampai ke tenggorokannya dan terdengar sedikit meninggi, membuat Lupita terlihat semakin tersiksa karenanya. Lupita terlihat seperti menahan rasa sakitnya, saat itu juga ia sudah kehilangan kesadaran untuk yang kesekian kalinya. Fardi kembali menggenggam tangan istrinya, tangis yang ia tahan sampai ke kerongkongan akhirnya keluar juga. "Lu, sayang. Maafkan mas. Tolong bertahan untuk mas dan Alex, Sayang." Fardi memencet tombol alarm yang terhubung ke ruangan Rey, sahabatnya. Ia begitu takut dan cemas, tombol itu ia tekan beberapa kali. Namun, Rey belum juga datang. "Dimana kau Rey, istriku butuh penanganan, tolong, cepatlah kemari," hardiknya bergetar. Fardi semakin tak tenang, ditambah dengan suara monitor yang semakin menjadi. "Rey, cepatlah ... Rey ..." Suaranya semakin meninggi, ia berteriak karena sudah begitu cemas. Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya Rey pun datang beserta tim medis lainnya. "Ada apa? Apa yang sudah terjadi?" tanya Rey berlari ke arah Lupita dan segera memeriksanya. Fardi hanya menatap istrinya dengan air deras di sekitar wajahnya yang tampan. Ia sudah tak bisa menjelaskan apa yang telah terjadi sebelumnya, ia hanya bungkam dalam tangis. "Cepat, pasang semua alat," perintah Rey kepada rekannya. Dengan cepat, para rekan mengambil alat yang diperintahkan Rey. Setelah semua alat terpasang, untunglah, Lupita terselamatkan kembali. Semua bernapas lega, Rey melihat ke arah Fardi dan berkata, "Apa istrimu meminta sesuatu?" Kali ini Fardi tidak menjawab lagi, ia hanya membalas tatapan Rey seperti orang yang sedang banyak pikiran. "Jika benar, kau harus mengabulkan permintaannya walaupun itu berat untukmu." Fardi sedikit terkejut dengan perkataan Rey, apa mungkin Rey tahu apa yang diinginkan istrinya? "Pikirkan itu demi semuanya," ucap Rey menepuk pundak sahabatnya dan berlalu pergi. Tubuhnya seakan lemas, ingin rasanya ia menjatuhkan tubuh itu. Namun, saat ini ia pun harus terlihat kuat di depan istrinya. "Mas," lirih Lupita dengan suara berat. Lupita sudah kembali sadar dalam waktu yang begitu cepat, ia memang begitu kuat menghadapi penyakit yang ia derita selama ini. Hanya saja, Lupita meneteskan air matanya begitu melihat ke arah suaminya yang terlihat sangat menyedihkan. Dengan cepat, Fardi merespon dan duduk di samping istrinya. Kembali menggapai tangan kecil itu dan menghapus air mata yang mengalir di wajah Lupita. "Kamu mau apa, Sayang?" ucapnya sangat lembut. Sebisa mungkin Fardi menyembunyikan kesedihannya di depan Lupita. "Baiklah, mas akan kabulkan permintaan mu. Besok mas akan memanggil penghulu sebelum kita berangkat ke Singapura untuk pengobatan mu. Apa kamu senang?" Fardi menempelkan tangan Lupita di wajahnya. Tangisannya tumpah di atas tangan kecil itu. Apa begini caramu saat kau pergi? Hanya perkataan itu yang ia renungkan dalam hatinya. Lupita mengangguk pelan. "Iya, kamu harus segera memberitahu Leni tentang pernikahanmu dengannya. Pergilah, aku mau tidur karena kepalaku sangat berat," permintaan sekaligus perintah Lupita. Fardi mengecup kening istrinya sebelum ia pamit untuk memberitahu kabar duka ini, menurutnya. "Istirahatlah, Sayang. Mas akan segera bicarakan sama Leni mengenai hal ini." *** Tok, tok, tok. Fardi mengetuk pintu sebelum ia masuk walaupun ke dalam rumahnya sendiri. Pasalnya, di dalam rumah itu hanya ada Leni dan Alex, ia tidak mungkin masuk sembarangan sebab ia takut jika Leni sedang melakukan kegiatan gadisnya. Sejak Lupita dirawat, Leni memang sudah menetap di rumah mereka. Yang pasti hanya menjaga Alex untuk kakak tirinya. Tidak. Mungkin sebentar lagi akan menjadi madunya. "Mas." "Kita harus bicara," ucap Fardi. Leni mengangguk, memberi ruang untuk Fardi agar segera masuk ke dalam rumah. "Dimana Alex?" tanya Fardi sebelum memulai pembahasan ke tahap serius. "Alex baru saja tidur," jawab Leni menundukkan kepala. "Duduklah." Fardi melepas jas yang ia kenakan, ia lalu ikut duduk setelah Leni. "Apa sebelumnya Lupita sudah membicarakan masalah ini? Maksudku, apa Lupita memintamu untuk menikah denganku?" Leni mengangkat kepalanya dan menatap Fardi dengan terkejut, "Itu ... emmm." "Jadi, Lupita sudah memintamu sebelumnya? Lalu, apa keputusanmu?" Fardi duduk di sebrang Leni, mengatakannya dengan serius. "Aku hanya ... itu semua terserah keputusan Mas Fardi saja," jawab Leni. Fardi berpikir sejenak. "Baiklah, kita akan menikah besok di depan Mbak mu. Tapi kita hanya menikah sirih saja, saya tidak akan menyentuhmu dan jika nanti Lupita sudah sembuh, saya akan melepaskan mu dan kamu bisa menikah dengan lelaki pilihanmu. Bagaimana?" Leni menatap kecewa, apakah nasibnya hanya sekadar istri sirih dan istri kedua dari pria yang sama? Haahh ... mungkin iya. "Jika itu yang terbaik, aku ikut saja." Fardi bernapas lega. Rupanya Leni menyetujui persyaratan yang ia berikan. Bukan hanya persyaratan saja, tapi ini demi kebaikan rumah tangganya dengan wanita yang sangat ia cintai. "Baiklah, saya harus segera menemui penghulu. Tolong jaga Alex dengan baik, aku akan transfer uang untuk kebutuhanmu." Fardi kembali mengambil jas dan langsung pergi tanpa melihat Leni yang masih menunduk. Langkahnya terhenti sejenak saat menuju pintu keluar. "Persiapkan dirimu besok pagi, dan segera beritahu ibu dan saudaramu yang lain," ucap Fardi tetap tak mau menoleh lagi dan melanjutkan langkahnya kembali. *** "Bu, aku tidak mau pernikahanku hanya pernikahan sirih saja. Ditambah dengan posisiku yang akan menjadi madunya Mbak Lupita, itu tidak adil, Bu. Aku mau pernikahanku sah di mata hukum dan Agama. Apa yang harus aku lakukan? Apalagi Mas Fardi tidak mau menyentuhku dan akan melepas ku setelah Mbak Lupita sembuh." Leni menemui ibunya di kediaman Samanta dan Raya. Samanta ialah ibu kandung Leni, dan Raya adik kandungnya sendiri. Samanta menikah dengan Trio yang seorang duda beranak satu, ialah Lupita. Leni tidak terima dengan keputusan Fardi yang sempat Fardi bicarakan sebelumnya. Itu sangatlah tak adil baginya. Jujur saja, selama ini Leni mempunyai perasaan kepada lelaki yang sudah menjadi suami kakaknya itu, jauh sebelum mereka menikah. Namun, Leni hanya mengabaikan perasaannya saja kala itu. Waktu berjalan begitu cepat, siapa sangka Leni akan menikah dengan pria pujaan hatinya sejak dulu. Tapi, jika dengan cara seperti inipun Leni tak mau juga. Apalagi dengan Fardi yang seperti enggan menyentuhnya. Fardi hanya menganggap Leni sebagai adik ipar sekaligus pengasuh anaknya saja, bukan? "Kamu tenang saja, lakukan saja apa yang dia mau. Kedepannya kita pikirkan ulang, ibu yakin kalau pria itu akan menjadi milikmu seutuhnya." "Apa ibu yakin?" "Tentu saja. Sekarang, kamu harus bersiap. Sebentar lagi lelaki itu akan menjadi suamimu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD