Saat ini Zevanya Agatha Gadi sedang berdiri di dalam ruang kerja Papanya Endiwarma Gadi. Pandangannya lurus ke depan menatap pria paru baya yang sedang duduk di kursi kebesarannya di belakang meja dan juga tengah menatap padanya.
“Apa kamu tahu kenapa Papa memanggil kamu hari ini?” Tanya Endiwarma Gadi setelah beberapa detik hanya ada kesunyian diantara dirinya dan putrinya itu.
Zevanya memberikan gelengan tanpa mengeluarkan suaranya sama sekali. Sebenarnya ia ingat bahwa beberapa hari yang lalu Papanya mengatakan bahwa ia akan mempekerjakan seorang bodyguard untuk mengawasi dirinya selama dua puluh empat jam, namun masih ada sedikit harapan dalam dirinya bahwa Papanya akan melupakan niat tersebut.
“Jangan berpura-pura lupa Zevanya, Papa tahu apa yang ada dalam pikiran kamu. Keputusan Papa sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat. Jadi, jika kamu tidak mengikuti apa yang diperintahkan, kamu sendiri akan tahu akibatnya.”
Tangan Zevanya yang berada di kedua sisi tubuhnya terkepal kuat saat ini. Ia merasa begitu marah, namun tidak bisa meluapkan amarahnya sama sekali dan hanya terdiam sambil mengangguk di hadapan pria paru baya tersebut.
“Baik Pa,” jawab Zevanya pasrah.
Pintu ruang kerja Endiwarma Gadi tiba-tiba dibuka dari luar. Terlihat seorang pria muda yang mengenakan setelan kemeja hitam lengkap berjalan denga langkah tegap memasuki ruangan tersebut.
Zevanya langsung berbalik menatap ke arah pria tersebut. Saat melihat wajah pria itu rasanya seperti ada puluhan batu yang menghantam kepalanya saat ini, rasa terkejut membuatnya sampai terdiam kaku.
Gimana bisa pria itu ada di sini? Batin Zevanya yang begitu syok saat ini.
Zevanya sangat mengingat wajah pria bermata hazel dengan sorot mata tajam tersebut. Wajah pria itu ada dalam ingatan Zevanya sebagai pria yang sudah mengambil keuntungan dari dirinya saat kondisinya yang mabuk di malam itu.
Semua kebingungan Zevanya akhirnya terjawab hari ini. Selama ini ia meragukan bahwa hal tersebut adalah mimpi, namun ia juga tidak menemukan jawaban bagaimana pria asing yang tidak dikenalnya itu bisa tahu apartemennya dan bisa mengantar Zevanya pulang dengan selamat. Ternyata pria itu adalah salah satu bodyguard yang bekerja pada Papanya.
“Dia adalah Daniel dan mulai hari ini dia yang akan menjaga dan mengawasi kamu selama dua puluh empat jam,” ujar Endiwarma Gadi.
Perkataan Papanya bagaikan petir yang menyambar Zevanya saat ini. Rasa terkejutnya belum saja selesai namun ia kembali dibuat terkejut dengan kalimat dari Papanya itu.
Bagaimana bisa pria yang sudah begitu lancang melecehkannya malah dipekerjakan oleh Papanya untuk mengawasi dirinya selama dua puluh empat jam.
“Tapi Pa, di......”
Zevanya langsung terdiam tanpa menyelesaikan perkataannya. Ia membatalkan niatnya untuk menjelaskan kejadian malam itu pada Papanya, karena dirinya sadar apapun yang ia katakan tidak akan didengar oleh pria paru baya itu. Ia malah takutnya jika dirinya menceritakan apa yang terjadi malam itu serta alasan kenapa dirinya bisa mabuk, pria di hadapannya ini malah akan murka dan entah apa yang akan terjadi pada ia dan Mamanya. Tidak ingin hal itu berdampak pada Mamanya, Zevanya akhirnya memilih diam.
“Apa yang ingin kamu katakan Zevanya?” tanya Endiwarma.
Zevanya memberikan gelengan. “Nggak ada Pa,” jawabnya. Pandangan Zevanya kemudian beralih menatap pria yang berdiri di sampingnya itu dan mendapati bahwa pria itu nampak tersenyum kecil saat ini.
*****
Selesai makan malam bersama Mamanya barulah Zevanya kembali ke apartemennya. Saat ini ia berada di dalam mobil dengan pria bernama Daniel yang berada di kursi kemudi.
“Besok, segera urus surat pengunduran diri kamu,” perintah Zevanya dengan nada tegas memecahkan keheningan di dalam mobil tersebut.
Pria yang sedang fokus mengemudikan mobil tersebut nampak tertawa kecil mendengar perkataan wanita yang duduk di bangku penumpang itu. “Apa anda lupa Nona Agatha? Saya dipekerjakan oleh Tuan Endiwarma dan bukan anda, jadi anda tidak punya hak untuk memerintah saya,’ jawab pria tersebut dengan nada santai.
Zevanya tentu saja kesal setengah mati mendengar jawaban pria tersebut. Ia mengepal kuat tangannya menatap pria itu dengan tatapan penuh kebencian. “Kamu sudah ngambil keuntungan dari saya dan masih punya muka untuk muncul di hadapan saya. Apa kamu nggak takut saya laporin semua perbuatan kamu ke Papa?” Tanya Zevanya mengancam.
Daniel nampak santai dan sama sekali tidak terpengaruh dengan ancaman wanita itu. “Malam saya hanya berniat menolong anda yang sedang mabuk dengan membawa anda pulang dengan selamat. Saya juga tidak menyangka anda akan begitu agresif memaksa mencium saya bahkan dengan buru-buru menanggalkan pakaian yang saya kenakan. Jika saya tidak berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri, mungkin kita akan melakukan hal yang lebih jauh malam itu.” ujar Daniel dengan nada santai.
“Kam….”
Amarah membuat Zevanya tidak bisa menyelesaikan kalimatnya itu.
Wajah Zevanya langsung memerah karena malu dan juga kesal yang ia rasakan saat ini. Ia sama sekali tidak bisa menyangkal perkataan pria tersebut karena yang dikatakan pria bernama Daniel itu sesuai dengan ingatannya saat ini tentang kejadian malam itu.
“Mulai sekarang anda harus mulai hati-hati jika ingin minum. Walau menurut saya sebenarnya tubuh anda tidak begitu bagus, tapi pria di luar sana tidak akan mempedulikan hal itu jika sudah bernafsu.”
“KURANG AJAR," teriak Zevanya membentak Daniel dengan penuh amarah.
“Sudahlah Nona Agatha. Kita berdua sama-sama sudah dewasa, jadi anggap saja apa yang terjadi malam itu hanyalah kesenangan semalam yang tidak perlu untuk dianggap serius,” ujar Daniel dengan nada santai. “Selain itu, jika anda ingin memberitahukan hal tersebut pada Tuan Endiwarma, kenapa tidak anda katakan tadi?” lanjutnya bertanya.
Tidak ingin menjawab pertanyaan pria tersebut, Zevanya memilih diam dan memalingkan wajahnya menatap keluar jendela. Saat ini ia benar-benar tidak punya tenaga lagi untuk berdebat dengan pria brengs*ek yang duduk di depannya ini.
Melihat keterdiaman wanita tersebut membuat daniel tersenyum tipis. Ia akhirnya memilih ikut diam dan fokus mengemudikan, membiarkan keheningan kembali menguasai keduanya.