Rencana Jahat

1057 Words
Bara kembali ke perusahaan dengan kondisi mood berantakan. Semua terjadi karena Ayana membawa kabar tentang pernikahan Erelyn--kekasihnya yang akan menikah dengan sahabatnya sendiri. Sadar, kalau selama ini dia terlalu fokus bekerja hingga mengabaikan kekasihnya yang meminta untuk segera diresmikan. Namun, kerja keras yang ia lakukan demi masa depan hubungan mereka juga. Ia tidak menyangka kalau Erelyn tidak lebih baik dari w************n. Sejak kapan Erelyn memadu kasih dengan Aarron, lelaki yang pernah ia kenalkan sebagai sahabat terbaiknya. "Kalian semua akan mendapatkan balasan dariku! Sialan! Beraninya kalian mengkhianatiku! Breng-sek!" umpatnya emosi. Fokusnya hilang, dia tidak dapat berkonsentrasi untuk melanjutkan pekerjaan. Ayana sukses besar membuat moodnya berantakan. Walau dia berhasil menyembunyikan kemarahan di depan kakak tirinya tadi. Namun tetap saja, Ayana sudah berhasil membangunkan Singa tidur. Entah apa tujuan Ayana terus mengusik ketenangan Bara, sedangkan dia tidak pernah mengganggu hidup kakak tirinya itu. Bara mengambil kunci mobil dan tas berkas di atas meja lalu melangkah keluar dari ruangannya. "Tolong bereskan ruang kerja saya. Saya ingin pulang cepat hari ini. Saya sedang tidak enak badan," titah sang CEO pada Bella-sekretaris cantiknya. "Baik Pak. Ada lagi yang harus saya kerjakan?" tanya Bella sambil menundukkan tubuhnya. "Kalau ada yang mencari saya, tolong katakan saya sedang sibuk. Jangan katakan kalau saya pulang ke rumah. Mengerti?" "Baik Pak, saya mengerti." Bella berdiri dari tempat kerjanya lalu masuk ke dalam ruangan Bara. *** Setelah menghadiri meeting dengan Bara Albian. Valery kembali pulang ke rumah untuk melihat keadaan ibunya yang sudah lama tidak ia kunjungi karena terlalu sibuk bekerja. Kedatangannya disambut lirikan sinis Albert yang sedang duduk di sofa ruang tamu. "Ke mana saja kamu beberapa hari ini? Kamu tidak tahu Ibumu terus saja bertanya keberadaanmu?" Baru saja bertemu dengan sang ayah, Valery sudah dibuat emosi dengan nada bicara Albert yang seakan mengajak perang. Malas memulai pertengkaran dengan ayahnya yang tengah bermesraan dengan wanita simpanan. Valery mengabaikan pertanyaan Albert begitu saja. "Jangan kurang ajar kamu Valery! Papa sedang bicara denganmu! Bisa tidak kamu menjawab pertanyaan Papa? Jangan membuat Papa mengusir-mu dari sini!" hardik Albert emosi. "Mas, pelan kan nada bicaramu. Pantas saja Valery tidak menjawab pertanyaan-mu. Kamu saja bertanya seperti sedang mengajak perang," ucap Aneke seraya membelai lembut d**a bidang Albert lelaki paruh baya yang masih terlihat tampan dan gagah walau usianya sudah kepala lima. "Tidak ada yang salah dengan nada bicaraku, Sayang. Dianya saja yang kurang ajar. Kurang didikan dari ibunya yang sakit-sakitan itu. Aku sudah muak dengan sikap kurang ajarnya pada kita. Terlebih, sampai detik ini dia belum bisa menerimamu menjadi Mama barunya. Apa dia tidak sadar, kalau ibunya itu sudah tidak berguna lagi." Aneke mengulum senyuman. Dalam hati, ia sangat senang mendengar ucapan Albert, karena artinya, sebentar lagi dia akan menjadi Nyonya Besar di istana mewah Albert sang pengusaha yang memiliki tiga toko perhiasan di Jakarta. Valery menghentakkan kaki lalu memutar tubuhnya ke belakang. Lagi lagi ia harus melihat kemesraan yang menjijikan di depan mata, yang membuatnya ingin muntah dan mengotori wajah Aneke. Ia sudah tidak tahan berada di Neraka yang membuat hidupnya dan hidup ibunya hancur berkeping-keping. Setiap hari mereka harus berhadapan dengan iblis di dunia nyata. "Kalian berdua memang pantas untuk menjadi pasangan yang kekal sampai ke Neraka!" desis Valery lalu kembali melangkah menuju kamarnya. Albert memutar tubuh ke belakang, melihat anaknya berlalu begitu saja setelah berbicara kurang ajar padanya. "Anak kurang ajar! Kamu pasti belajar dari Ibumu itu kan!" hardik Albert dengan emosi memenuhi rongga d**a. "Sabar Mas, sabar. Aku yakin dia hanya terbawa emosi saja. Nanti juga dia sadar kalau selama ini dia sudah salah karena memperlakukanmu seperti ini." Aneke memeluk tubuh kekar Albert. "Untung saja aku bertemu wanita sebaik kamu, yang memiliki hati seperti Malaikat. Coba kalau aku mendapatkan wanita jahat seperti di film film. Aku tidak tahu bagaimana nasib Valery, mungkin dia akan menderita seumur hidupnya karena disiksa Ibu tiri. Aku harap kamu bisa sabar menunggu sampai Valery mau menerimamu sebagai Ibu tirinya," ucap Albert lalu memeluk tubuh Aneke erat. "Aku akan menunggu sampai saat itu tiba," senyum Aneke. Albert mulai mencum-bu Aneke. Tidak memperdulikan di mana mereka berada, keduanya justru saling memberi kecupan hangat. Seakan lupa dengan usia, walau usia Aneke memang jauh lebih muda dari istri Albert, tetap saja rasanya kurang pantas bermesraan di ruang tamu. "Mas, jangan di sini. Di kamar saja, yuk," ajak Aneke sambil merapikan kancing pakaiannya. "Nanti malam saja. Aku ingin melihat toko di Mall, tadi ada yang menelpon. Katanya ada yang memesan cincin pernikahan dengan desain unik. Aku ingin tahu desain seperti apa yang mereka inginkan," ucap Albert lalu berdiri merapikan resleting celananya. "Kapan kamu akan menikahiku, Mas?" tanya Aneke yang belum juga mendapat kepastian hubungan mereka setelah hampir dua tahun mereka menjalin hubungan terlarang. "Aku ingin Valery bisa menerimamu dulu. Biar bagaimana pun, Valery itu anakku satu satunya. Aku harus menunggu sampai dia bisa menerimamu menjadi ibunya. Kamu kan tahu aku mencari Ibu yang terbaik untuk anakku. Bukan hanya mencari Istri," jawab Albert. Wajah Aneke berubah drastis, tetapi ia mencoba untuk menutupi semua itu. Rasa kecewa yang mendominasi dan juga rasa kesal pada Valery. "Kalau dia tetap tidak merestui hubungan kita, itu artinya hubungan kita akan tetap seperti ini?" tanya Aneke menahan sesak di d**a. Albert membungkukkan tubuh tinggi kekarnya lalu mendekati wajah Aneke yang murung, "Itu sebabnya aku membawamu ke rumah ini. Aku ingin kamu melakukan pendekatan dengan anakku. Ambil hatinya. Aku yakin dengan kebaikanmu, perlahan hati anakku akan luluh dan Valery akan menerimamu sebagai Ibu barunya." "Tapi, dia saja tidak bisa didekati. Bagaimana caranya aku bisa memberinya perhatian?" "Tugasmu adalah mendapatkan hati Valery, bagaimana pun caranya. Okey." Albert mengecup lembut bibir manis Aneke. Aneke memaksakan diri untuk bisa tersenyum lebar. Dalam hati ingin sekali menghancurkan Valery dan membuat Albert membenci anaknya sendiri dan mengusir kedua wanita pengganggu itu dari rumah mewah Albert. "Aku ke toko perhiasan dulu. Tunggu aku malam ini, jangan lupa pakai pakaian seksi." Albert mengecup lembut kening Aneke lalu melangkah pergi dari istananya. "Kamu selalu ingin dilayani, tapi tidak pernah mau meresmikan hubungan kita. Tapi aku yakin sebentar lagi kamu akan meresmikan hubungan kita, kalau aku berhasil membuat anakmu keluar dari rumah ini. Dan semua hartamu akan jatuh ke tanganku." Seringai sinis terlukis di wajah Aneke. Ia berdiri dari sofa lalu berjalan menuju kamarnya. Langkah kakinya terhenti saat melihat pintu kamar Valery sedikit terbuka. Ide jahat terlintas. Ia menyapu pandang, memastikan tidak ada yang melihat aksinya yang ingin memasuki kamar calon anak tirinya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD