Belitan Masa Lalu

2834 Words
Perumahan Puri Indah, Jakarta Barat ‘TING-TONG’, Marcel menekan bel rumahnya dan keluarlah seorang pria tegap berseragam satpam menghampirinya dari Pos Satpam. “Pak Marcel? Ya Tuhan! Akhirnya Bapak pulang, saya buka pagarnya ya pak," sambut pak satpam terkejut sekaligus senang melihat kepulangan majikannya. Marcel hanya mengangguk dan masuk setelah sang satpam membukakan pagar besar rumah itu. “Makasih ya, Pak Sudir” Marcel berucap pada Pak Sudir yang adalah satpam di rumahnya. Bisa dibilang, rumah keluarga Buana adalah yang terbesar dan termewah di perumahan elit ini.Marcel juga terkenal sebagai pria yang ramah dan mudah didekati oleh sekitarnya. Dia juga tidak sombong dan bicara dengan sangat santun kepada siapapun. “Marcelll!!!” Sang ibu langsung menyambut kedatangan putranya itu. Dia berlari ketika melihat siluet putranya di depan rumahnya. Sejujurnya, Marcel sangat merindukan keluarganya. Terlebih lagi, kesan terakhir dia dan keluarganya sungguh tidak baik. “Cepat juga mama sampai” kata Marcel memeluk ibunya. “Mama kan naik pesawat, dari semalam juga udah sampai," jawab Ribka terus memeluk erat putra sulungnya itu. Setelah melepas pelukannya, Ribka melihat di sekitar Marcel seperti mencari seseorang. “Michelle tidak ikut bersamamu?”, tanya Ribka dibalas gelengan oleh Marcel. “Ah, ya sudahlah! Kamu mau beremu Michael?” ajak Ribka diangguki cepat oleh Marcel. Merekapun berjalan menuju kamar Michael dan Ribka membuka kunci kamar Michael. “Kenapa kamar Michael dikunci ma? Memangnya dia penjahat?” Marcel heran melihat kamar adiknya harus dikunci. “Papamu malu kalau ada rekan bisnis yang datang dan tahu anaknya mengidap depresi berat," jawab Ribka sendu. Mendengar itu, Marcel mengepalkan tangannya kuat. Dia sangat sedih ayahnya bukannya kasihan tapi malah malu dengan anaknya sendiri. ‘Papa sama sekali gak berubah’, pikir Marcel. ‘CEKLEK’ Pintu kamar terbuka, terlihatlah seorang pria yang sedang terduduk sambil memeluk kakinya diatas ranjang dengan keadaan yang buruk dan kaki kirinya dirantai. Ya, pria itu adalah Michael Arya Buana, adik dari Marcel Arya Buana. Hati Marcel langsung hancur berkeping-keping melihat keadaan adik tersayangnya saat ini. Saat diperjalanan, memang Marcel sudah membayangkan keadaan adiknya itu. Tapi saat melihatnya langsung, Marcel bahkan tak sanggup bernapas. “Michael” suara lembut Ribka mengalihkan perhatian Michael. Dia melihat ibunya dengan tatapan kosong. Ribka memang selalu menangis setiap melihat keadaan putra bungsunya itu. Dia tak sanggup menahan air matanya melihat betapa teganya suaminya memperlakukan putranya seperti binatang. Dia menyesal terus mendiami sikap suaminya yang sombong dan egois dan menyimpan semuanya sendiri. Flashback “Mas, kenapa kamu harus merantai Michael? Kamu pikir dia itu hewan? Aku gak terima mas!” teriak Ribka pada Elmand, suaminya. “Kau tahu sudah berapa dokter yang dilukainya? Kau mau media mengetahui kalau putra kita mengidap depresi? Cih! Menganggapnya putraku saja membuatku muak! Bagaimana dia bisa selemah itu karena cinta? Dia sama sekali tak bisa menjadi pemimpin kelak! Mentalnya lemah!” balas Elmand dengan nada meremehkan dan sombong. “Kamu gak punya hati mas! Dia begini juga karena kamu! Marcel juga pergi karena kamu! Kamu selalu mementingkan posisi dan martabat di masyarakat! Tapi sikapmu membuat keluarga kita terpecah belah!" Ribka sudah kehabisan kesabaran melihat kesombongan suaminya itu. “Mau nyalahin aku, hah!Kamu yang mendidik mereka terlalu lemah! Sekarang lihat hasilnya! Anak kamu lemah dan tidak bisa diandalkan! Buat malu nama besar keluarga Buana saja!” Elmand menyalahkan istrinya lalu meninggalkan Ribka pergi karena tak mau melanjutkan perdebatan dengan sang istri. “Mas! Tolong jangan seperti ini mas! Hiks…jangan sakiti anakku hu…hu…hu” tangis Ribka di ruangan megah itu hanya disaksikan kebisuan oleh para pelayan yang diam-diam menguping pertengkaran majikannya itu. End of Flashback “Mama…kakak…” gumam Michael lemah. Marcel sungguh tak sanggup dan langsung memeluk erat adiknya itu. Marcel menangis sejadi-jadinya sambil memeluk Michael. Tapi, Michael hanya diam dengan tatapan kosongnya. “Kakak…” Michael bergumam lagi. “Ya?” balas Marcel dengan nada sendu. “Kau baru pulang dari Amerika? Kemana saja kau hah? Kau sama sekali tidak mengabariku?” tanya Michael bertubi-tubi pada sang kakak. Marcel terdiam seribu bahasa mendengar penuturan sang adik. Dia tak sanggup mau menjawab apa pada Michael. “Kalau kau ada, kau pasti bisa membantuku kan? Aku ingin menemukan Michelle, dia menghilang tanpa jejak kak! Aku ingin menebus semua rasa bersalahku padanya! Aku ingin menjelaskan semuanya kak!” Michael sudah mulai banyak bicara. Marcel masih diam mendengarkan penuturan adiknya. “Mama …dia hanya diam saja kak! Mama selalu takut pada ayah! Mama tidak menyayangiku! Hanya kakak yang paling mengerti aku! Mama juga baru kali ini masuk ke sini kan? Untuk apa, ma? Untuk apa!” Michael mulai membentak sang ibu dan hanya dibalas kebungkaman dan isakan sang ibu. Ribka putus asa dan merasa bersalah pada putra bungsunya itu. “Kak, tolong! Carikan Michelle kak! Dia adalah hidupku! Rasanya mau mati kalau dia tak ada disini kak! Tolong kak!” Mohon Michael sambil memegang erat tangan kakaknya itu. Tubuh Marcel semakin bergetar karena merasa bersalah luar biasa pada adiknya. “KAK! Kenapa Diam?! Kakak mau bantu aku kan?! Kakak tidak akan seperti papa dan mama kan?” Michael mulai mengotot dengan suara yang besar. Marcel masih terbisu tak sanggup menjawab sepatah katapun. “Kakak tahu, orang tua kita berusaha melenyapkan Michelle, kak! Merekasangat sombong dan angkuh hanya karena Michelle anak yatim dan miskin. Apa salahnya dia miskin? Michelle itu baik hati kak! Aku tak sanggup melihatnya menderita dan memilih mengikuti kemauan papa dan mama!" kata Michael lagi sambil memukuli dadanya sendiri. Saat mendengar perkataan Michael, Marcel tersadar apa yang sebenarnya terjadi. Ini sebenarnya sudah dia perkirakan. Ternyata, keluarga ini memang mementingkan kehormatan mereka daripada kebahagiaan anak mereka. ‘Harusnya aku tidak pernah mencintamu, Michelle’, sesal Marcel dalam hatinya. “Kak…aku…aku sangat mencintainya kak! Aku rela mati buatnya kak! Aku tidak bisa hidup tanpa Michelle kak!!” teriak Michael sambil menarik rambutnya sendiri. Marcel yang melihat itu langsung menenangkan adiknya itu. “Jangan seperti ini! Kakak mohon, tenanglah," bujuk Marcel dengan suara lembutnya. “Berjanjilah kak! Satukanlah kami, kak! Janji ya?!” Michael memaksa Marcel berjanji padanya. “Iya, kakak akan mempertemukan dan mepersatukanmu dengan Michelle. Tapi kakak mohon kamu jangan begini terus. Kakak mohon pulihkan dirimu," janji Marcel sambil memohon agar adiknya mau sembuh. “Iya! Apapun akan kulakukan demi Michelle! Dia…tidak boleh melihatku seperti ini kan kak? Dia pasti sedih kan kan?” ucap Michael diangguki oleh Marcel. “Sekarang minum obatmu ya? Kamu sudah sarapan?”, tanya Marcel. “Tadi sudah, mereka mencampurkan obatku dimakananku kak. Mana ada yang mau mengurusku disini," jawab Michael dengan nada kesal. “Sekarang ada kakak. Jangan khawatir, kakak akan selalu disisimu”, ucap Marcel. Jujur, Marcel kecewa dengan ibunya membiarkan adiknya seperti ini. “Kakak keluar sebentar ya, nanti kakak kembali. Kakak ingin membereskan barang-barang kakak dulu. Istirahatlah!" pinta Marcel diangguki oleh Michael. Marcelpun keluar bersama ibunya. Sekeluarnya dari situ, Marcel langsung menatap marah ibunya. “Ternyata kalian tega membiarkan Michael seperti itu!” marah Marcel pada ibunya. “Nak…ini tidak seperti yang kamu pikirkan, nak," ucap Ribka dengan nada sendu dan rasa bersalah. “Tidak ada pelayan yang berani pada Michael. Dia berulang kali melukai para pelayan dan dia juga pernah mendorong ibu hiks… Ja-jadi mereka tidak ada yang mau mendekati Michael. Mereka hanya akan memberikan makanan dengan campuran obat yang akan menidurkan Michael lalu melepas rantainya. Hati mama selalu tersiksa, nak!” sambung Ribka lagi membuat Marcel semakin sakit hati dengan kenyataan akan keadaan adiknya. “Apa yang terjadi kalau depresinya kambuh?” tanya Marcel. “Michael…dia…akan menghancurkan barang-barang disekitarnya lalu melukai siapapun yang ada disekitarnya. Ketika sudah begitu, dia bisa melepaskan rantai dari kakinya. Dia terus berteriak, ‘Michelle maafkan aku! Aku sangat mencintaimu! Tolong beri aku kesempatan!’. Itu yang selalu dikatakannya. Dia hanya ingin bertemu Michelle," jelas Ribka pada Marcel. Mendengar itu,Marcel terdiam dan terus berpikir apakah mempertemukan Michael dan Michelle adalah jalan terbaik atau bukan. Di satu sisi, Michael harus sembuh dan bisa menjalani kehidupan normal seperti biasa, tapi disisi lain Michelle pasti merasa dipermainkan oleh keluarga Buana. Marcel harus memilih antara cinta dan adiknya. Dan dia sudah bertekad dalam hatinya. “Ma, aku akan melepaskan Michelle dan berusaha menyatukannya dengan Michael. Akulah yang hadir diantara hubungan mereka. Jika aku tidak mencintai Michelle mungkin semua ini tidak akan terjadi," ucap Marcel sebagai tekad. Ribka terkejut mendengar penuturan Marcel. Masih segar diingatan sang ibu bagaimana Marcel memperjuangkan Michelle. Dan ternyata, Marcel akan lebih memilih kebahagiaan adiknya diatas segalanya. ‘Harusnya dulu aku biarkan saja Michelle bersama Michael. Seandainya begitu, semua tidak akan sepelik ini’ pikir Ribka dalam hati. “Kenapa kau ada disini?” tiba-tiba sebuah suara berat menginterupsi percakapan Marcel dan Ribka. Seorang pria paruh baya yang gagah dengan jasnya berjalan angkuh kearah ibu dan anak itu. Dibelakangnya, ada seorang wanita yang dikenal Marcel dan seorang gadis kecil. “Papa…aku pulang untuk melihat Michael," jawab Marcel tetapi tak bisa mengalihkan perhatiannya dari wanita itu. Tiba-tiba gadis kecil balita itu berlari kearah Marcel sambil berteriak, “Papa!” Sontak Marcel terkejut tapi tetap saja dia berjongkok dan menyambut gadis kecil itu. Gadis kecil itu memeluk Marcel dengan erat dan langsung saja Marcel menggendongnya dengan penuh kasih sayang. Entah kenapa, Marcel merasa ada ikatan batin dengan gadis balita itu. “Papa!" ucap gadis balita itu lagi dengan nada bahagia. “Selena, kamu udah main-main seharian. Sekarang waktunya tidur ya," ucap wanita yang tadi berada dibelakang ayahnya sambil meraih gadis kecil yang bernama Selena itu. Selena langsung menurut dan berpindah kepelukan wanita itu. Wanita itupun pergi dari hadapan mereka untuk menidurkan gadis kecil itu. Tentu saja Marcel masih bertanya-tanya kenapa wanita itu ada disini. “Kau sudah lihat kan?” Elmand Arya Buana buka suara mengisi kebungkaman disitu. “Kenapa dia disini?” tanya Marcel tidak bisa mencerna situasi. “Dia…itu karena…” Ribka buka suara tapi langsung dipotong oleh Elmand. “Tanya langsung padanya!” potong Elmand tanpa membiarkan Ribka memberikan penjelasan pada putranya itu. “Dia tak ada hubungan apapun denganku, Pa. Kenapa aku harus bicara dengannya?” tanya Marcel. “Dia adalah masalah besar yang kau tinggalkan! Setelah mencoreng nama baik keluarga, kau meninggalkan masalah yang nyaris menghancur leburkan harga diri keluarga Buana! Dan Selena, mulai sekarang dia tanggung jawab kamu! Mikaela juga, kau harus menjaga mereka," titah Elmand lalu meninggalkan Marcel dan menarik Ribka ikut bersamanya. Marcel memang sangat penasaran tentang apa yang terjadi sebenarnya saat dia tidak ada disini. Diapun pergi kearah Mikaela, wanita itu pergi. Yang kemungkinan adalah kamarnya Selena menurut Marcel. “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Marcel ketika melihat Mikaela keluar dari kamarnya Selena. Mikaela hanya menatap datar tidak peduli dan hanya melewati Marcel. Kebungkaman wanita itu membuat Marcel kesal lalu menahan pergelangan tangan wanita itu. “Kenapa anda kembali? Bukankah anda seharusnya bersenang-senang disana?” sarkas Mikaela tanpa melirik Marcel sedikitpun. “Kenapa kamu balik bertanya?” Marcel mulai kesal. “Memang apa yang terjadi? Bukannya anda menganggap tidak ada terjadi apapun? Jadi lupakan saja. Lagipula, syukur juga anda kembali. Aku akan mengurus perceraian supaya aku bisa lepas dari belenggu status sebagai istrimu!" jawab Mikaela dengan datar semakin membuat Marcel tak mengerti. “Istriku? Bukannya kita tidak jadi menikah? Apa maksudnya ini, Mikaela? Dan Selena itu anak siapa? Kenapa dia bisa disini?” tanya Marcel bertubi-tubi karena merasa Mikaela tak menjawab pertanyaannya. “Selena itu anakmu! Puas anda sekarang? Tolong lepaskan aku!” jawab Mikaela kesal dan langsung melepas paksa tangan Marcel dari pergelangannya, lalu pergi. Mendengar itu, Marcel terdiam dan lemas sendiri. Dia bukan orang bodoh yang tidak mengerti apa yang sebenarnya menjadi masalah yang ditinggalkannya 3 tahun yang lalu. Flashback “Kita tidak saling mencintai, kita harus membatalkan perjodohan ini Marcel. Aku tidak sudi menikah dengan pria yang jelas-jelas mencintai orang lain," Mikaela berkata dengan tegas menolak perjodohan yang dilakukan keluarga Buana dengan kelarganya, Keluarga Djuanda. “Aku sudah berusaha dan akan selalu berusaha nona Mikaela Cassandra Djuanda. Kau tenang saja," jawab Marcel berusaha menenangkan situasi. Pasalnya, wanita itu berulang kali ngotot untuk membatalkan rencana pernikahan mereka yang digelar 3 Minggu lagi. “By the way, apa pacarmu tahu tentang ini?” tanya Mikaela penasaran. “Aku akan menyembunyikannya dari Michelle. Kalau sampai dia tahu, dia pasti akan trauma dan memilih meninggalkanku.” jawab Marcel membuat Mikaela bernapas lega. Setidaknya dasar tidak saling mencintai akan menjadi cara ampuh menggagalkan rencana sang ayah. “Baguslah kalau begitu, nanti aku tunggu kabar baiknya ya, tuan Buana," ucap Mikaela berdiri dan mengambil tasnya untuk pergi. Tapi ketika dia akan berbalik seorang wanita melihat mereka dengan tatapan sendu. “Marcel?Ternyata benar kata nyonya Ribka soal pertunanganmu? Hiks…Aku…tidak bisa menjalani hubungan seperti ini hiks…," Michelle berlari meninggalkan mereka berdua. Marcel berusaha mengejarnya tapi sia-sia karena Michelle sudah naik ke taksinya. Marcel berteriak kesal dan marah. “Kenapa kau tidak bilang kalau kita tidak saling mencintai hm? Dia pasti mengerti. Lagipula, hubungan kita ini palsu," kata Mikaela dengan santainya. “Kau tidak tahu bagaimana keluargaku, mereka pasti sengaja supaya Michelle dan aku terpisah," ucap Marcel dengan nada kecewa. “Jadi…sebenarnya keluargamu memanfaatkan keluargaku untuk menyingkirkan gadis itu? Ah, licik sekali keluarga Buana itu, menyedihkan!”, ujar Mikaela dengan nada kesal mengetahui niat sebenarnya keluarga Buana. “Kalau sudah begini, akan sulit membatalkan pernikahan kita. Tapi, kau tak usah khawatir, aku akan berusaha keras meyakinkan keluargaku," balas Marcel. “Yap! Aku juga akan berusaha meyakinkan ayah dan kakakku. Kalau gitu, aku balik dulu. Aku ada jadwal ngajar di kampus. Makasih buat waktunya," pamit Mikaela dijawab anggukan oleh Marcel. 2 Minggu kemudian… Mikaela berjalan bolak-balik didepan pintu apartemen Marcel sembari menunggu penghuninya pulang. Perasaan Mikaela benar-benar gelisah saat ini. Rasanya kepalanya mau pecah karena ternyata semua rencana pernikahan mereka sudah benar-benar matang diatur oleh kedua keluarga. Sebenarnya sih, keluarga Buana yang lebih sibuk dengan pernikahan ini. Tak lama, muncullah sosok yang ditunggu-tunggu itu. Mikaelapun menghampirinya dengan langkah kesal. “Bagaimana kau ini? Pernikahan tinggal seminggu lagi dan kau hanya diam sambil minum-minum? Dasar bodoh!Aku tidak mau jadi janda diusia 24! Aku juga masih perlu menata karir dan tidak mau menyia-nyiakan masa mudaku menjadi istri pria yang tidak mencintaiku," ucapnya tanpa memperhatikan keadaan Marcel yang tengah mabuk berat. Marcel membuka pintu apartemennya tanpa memedulikan rentetan kalimat yang diucapkan Mikaela. “Marcel! Dengarkan aku! Kau ini…!!” geram Mikaela sambil menatap tajam mata Marcel. Tiba-tiba, Marcel menarik dan membawa Mikaela didalam pelukannya. Mikaela tentu saja berontak tapi pelukan Marcel begitu erat. “Jangan tinggalkan aku, Michelle…kumohon…”gumam Marcel terus memeluk erat Mikaela yang dibayangannya adalah Michelle karena dia sedang mabuk berat tentunya. Pria itu mabuk berat karena Michelle menghilang tanpa kabar semenjak 2 minggu lalu dan semakin stress mendengar bahwa pernikahannya dengan Mikaela sudah ditetapkan. “Kau gila hah!” teriak Mikaela tapi tiba-tiba bibir tipis gadis itu dibungkam oleh Marcel. Marcel sama sekali tak mau melepasnya sekalipun Mikaela terus berontak. Semuanya terjadi begitu saja malam itu. Paginya, Mikaela terbangun lebih dulu. Dia mengambil pakaiannya dan mencuci mukanya dikamar mandi Marcel.Dia memandang wajahnya lalu berteriak kesal, “s**l!”. Dia terus mencuci mukanya sebenarnya untuk menghapus air matanya yang tak henti-hentinya mengalir. Sekeluarnya dari kamar mandi, ternyata Marcel sudah terbangun dan duduk diranjangnya. Pria itu terkejut melihat sekitar dan penampilan Mikaela. “Apa kita…?" Marcel terbata dan tidak sanggup melanjutkan perkataannya. “Lupakan saja. Anggap tidak terjadi apapun. Aku akan pergi," Mikaela berkata dengan nada datar tapi wajah Mikaela tidak menunjukkan demikian. Matanya merah dan bengkak. Marcel tahu pasti Mikaela terpukul dengan apa yang terjadi. Tidak ada wanita yang tidak terpukul saat kehormatannya diambil paksa apalagi dengan orang yang tidak dia cintai. “Kita menikah saja," ucap Marcel dengan nada sendu dan penuh penyesalan. Dia sama sekali tak membela diri karena sadar akan kesalahan yang dia buat. “Aku tak butuh rasa kasihanmu. Aku bisa mengatasi semuanya dengan bersih. Kau tenang saja. Kejar saja si Michelle itu dan anggap saja ini tidak pernah terjadi. Lagipula, aku tak mau menikah tanpa cinta. Itu sama saja menciptakan nerakaku sendiri. Banyak pria lain yang bisa mencintaiku, lantas untuk apa aku menghabiskan seumur hidupku dengan pria yang jelas-jelas mencintai orang lain?," balas Mikaela berkeras tak mau menikah dengan Marcel. Tapi Marcel hanya diam tak berkutik sampai Mikaela benar-benar keluar dari apartemennya. “Maafkan aku, Mikaela," ucapnya sendu setelah Mikaela pergi. Marcel merasa bersalah dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia berharap agar kedepannya baik-baik saja. End Of Flashback Ingatan itu langsung terlintas dikepala Marcel. Ternyata, kejadian itu membuat Mikaela terjerat dengannya hingga saat ini. Selena, adalah anak dari kesalahannya malam itu. Tapi Selena tak mungkin disalahkan. Kehadiran Selena membuat Marcel bahagia walaupun baru pertama kali melihatnya. Marcel begitu sayang pada anak itu apalagi ketika dia tahu Selena adalah putrinya. Diapun memasuki kamar Selena dan mengelus lembut kepala putrinya itu. “Sayang…Papa sangat menyayangimu. Maafkan Papamu yang jahat ini meninggalkanmu dan Mamamu. Papa janji akan selalu bersama Selena," gumamnya tanpa sadar air matanya terjatuh begitu saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD