Ikatan Batin

2745 Words
Paginya, keluarga Buana berkumpul dimeja makan untuk sarapan. Jujur, Marcel merindukan suasana makan bersama di meja makan dengan keluarganya. Sejak kecil, inilah yang selalu dilakukan bersama keluarga. Sarapan dan makan malam bersama sambil bercerita. Tapi, seraya waktu berlalu, Marcel dan Michael bertambah dewasa dan memilih tinggal di apartemen saat genap berusia 20 tahun. “Ma, kenapa kita tidak ajak Michael sarapan?”, saran Marcel langsung membuat mata Ribka berbinar-binar. “Anak tidak berguna itu tidak perlu diajak”, balas Elmand dingin. “Pa, tolong bersikaplah lebih baik lagi. Michael itu butuh kita, bukannya obat ataupun dokter”, Marcel tak habis pikir dengan jalan pikiran ayahnya itu. “Aku setuju, mas. Aku akan bawa Michael”, Ribka berdiri dan berjalan menuju kamar putra bungsunya itu supaya mereka bisa sarapan bersama. “Pagi pa, dimana mama?”, Mikaela baru selesai bersiap dan duduk dimeja makan untuk sarapan. Tapi, Mikaela duduk bersebrangan dengan Marcel. “Duduklah disamping suamimu,nak! Lihat Selena, dia langsung mendekat kepada ayahnya. Lagipula, hanya kamu kan yang bisa suapin Selena”, suruh Elmand membuat Mikaela terdiam. “Selena, sini sama mama. Kamu kan harus mama suapin”, pinta Mikaela lembut pada Selena. Tapi Selena menggeleng dan memeluk Marcel sambil berkata, “Mau dicuapin papa!”. Sontak ucapan Selena membuat Mikaela terdiam. “Duduklah sayang, papa suapin ya”, Marcel langsung menyuapi putrinya itu dengan penuh kasih sayang. Siapapun yang melihatnya, semua pasti menyebut mereka ayah dan anak yang saling menyayangi padahal baru semalam mereka bersua. ‘Ikatan mereka semakin kuat, kalau begini apa artinya aku akan terus berstatus sebagai istrinya? Ini tidak adil! Aku tidak mau seperti ini terus’, batin Mikaela kesal tapi dia tetap tersenyum didepan semua orang. “Ayo kita sarapan, Mike. Semuanya udah disini”, ucap Ribka membawa Michael ke meja makan. Michaelpun duduk dan mengambil piringnya. “Mama ambilkan ya sayang. Kamu suka roti rasa coklat kacang kan?”, Ribka langsung mengoleskan selai coklat kacang di roti Michael. “Aku harap kau bisa bertindak normal”, ucap Elmand menyindir putra bungsunya itu. “Papa tidak perlu bertanggung jawab apapun soal Michael. Biar aku saja yang melakukannya”, balas Marcel kesal dengan sikap sombong ayahnya. “Mike, kamu kelihatan lebih baik”, Mikaela berusaha mengakrabkan diri. Sebenarnya, dia agak takut karena beberapa kali pernah mendengar dan melihat langsung bagaimana mengerikannya kalau Michael sedang kumat. “Kakak, aku ke sini hanya untuk mengingatkan janji kakak. Kuharap kakak bisa kembalikan Michelle padaku”, ucap Michael membuat Marcel, Ribka dan Elmand terdiam. Sedangkan Mikaela malah bingung. “Michelle, maksudnya yang adalah…” “Mantan kekasihnya Michael”, potong Marcel sebelum Mikaela membocorkan hal yang tidak boleh diketahui oleh Michael. “Dia kekasihku kak, bukan mantan. Kami tidak pernah putus! Hanya keadaan yang membuat kami terpaksa terpisah! I-ini semua karena kalian! Papa! Mama! Dua orang yang mementingkan egonya dan menghancurkan hidup putranya!”, Michael mulai berteriak dan tiba-tiba ‘PRANG!!’, Michael menjatuhkan piringnya ke lantai meluapkan emosinya. Marcel langsung menjauhkan Selena dari Michael dan berdiri berusaha menenangkan adiknya itu. “Tenanglah! Kau dan Michelle akan bersama! Jangan takut ada kakak”, Marcel berusaha menenangkan adiknya sebelum dia emosi dan depresinya kumat. “ Percuma kak! Mereka berdua ini akan menghalanginya! Apa jangan-jangan kalian sudah membunuh Michelle hah?!!KATAKAN PADAKU!!!KENAPA MICHELLE TAK BISA DITEMUKAN HAHH!!”, teriak Michael dan Marcel kembali berusaha menenangkan adiknya. “Jangan berpikir seperti itu. Michelle baik-baik saja. Tolong tenanglah!”, Marcel berusaha mengendalikan amarah Michael. “BAGAIMANA KAKAK JAMIN MICHELLE BAIK-BAIK SAJA HAH? KAKAK KENAL DIA? TIDAK, KAN? MEREKA PASTI SUDAH MENGHABISINYA KAK!!HIKS…HIKS…! MEREKA … MEREKA YANG MENCELAKAI AYAHNYA MICHELLE. ORANG TUA SATU-SATUNYA YANG DIMILIKI MICHELLE KAK!!! MEREKA JAHAT! KEJAM! IBLIS!!”, Michael berteriak penuh emosi. Marcel tak dapat menahan air matanya dan memeluk erat Michael. Sedangkan Mikaela terkejut mendengar bagaimana keluarga Buana memperlakukan Michelle. ‘s**l sekali si Michelle itu berhubungan dengan keluarga ini’, batin Mikaela merasa kasihan. “Michael percaya pada kakak, kan? Kakak akan cari dan segera bawa Michelle kesini. Kalian akan bersama dan orang tua kita gak akan halangi kalian lagi. Tenanglah”, bujuk Marcel diangguki oleh Michael. “Kita ke kamar ya, kakak akan bawa sarapanmu sekalian. Mikaela, tolong suapi Selena”, suruh Marcel sambil berlalu ke kamar Michael. “Nak, ayo makan lagi”, Mikaela sudah menyodorkan sendok pada Selena tapi anak itu menggeleng. “Celena atut ma…”, ucap Selena sambil menangis. “Sssshh…jangan takut. Ada mama, papa, kakek dan nenek”, hibur Mikaela sambil memeluk dan menenangkan anaknya. “Sudah kubilang jangan bawa anak itu kesini. Dia tidak normal!”, marah Elmand sambil meninggalkan meja makan. Ribka hanya menangis dan pergi ke kamarnya. Mikaela dan Selena pun beranjak untuk keluar. Mikaela akan menitipkan putrinya pada kakak iparnya, Anyelir untuk bermain dengan keponakannya, Anastasya. Sedangkan Mikaela akan mengajar di Universitas Esa Unggul sebagai Dosen Senior termuda untuk Prodi Manajemen Bisnis. Saat sedang mengajar, tiba-tiba sebuah panggilan masuk dari nomer yang tidak dikenal. Mikaela me-rejectnya dan mematikan ponselnya karena tidak mau diganggu saat mengajar. Dan setelah selesai, Mikaela menghidupkan ponselnya dan panggilan dari nomer yang sama masuk lagi. “Halo, ini siapa?”, tanya Mikaela. “Ini aku Marcel, dimana kau sekarang? Selena bersamamu?”, tanya Marcel membuat Selena memutar bola matanya. “Dia bersama kakakku. Disana ada Anastasya, keponakanku yang sebaya dengannya. Sepulang mengajar aku akan menjemputnya”, jawab Mikaela seadanya. “Begitukah setiap hari?” , tanya Marcel lagi. “Tidak untuk akhir pekan. Lagipula, siapa yang bakal jaga Selena? Aku sendirian, ibumu juga sibuk dengan teman-teman sosialitanya. Aku tidak percaya baby sitter. Oh iya, jangan telpon aku di jam sibuk”, ucap Mikaela langsung memutus sambungan telponnya dengan Marcel. Perumahan Permata Buana,Jakarta Barat ‘TING-TONG’ Marcel menekan bel sebuah mansion di perumahan itu. Dia yakin kalau yang inilah rumah Keluarga Djuanda. Semua orang kalangan atas mengenal mereka sebagai Keluarga Jenderal. Tentu saja terpandang, karena selain terkenal sebagai Jenderal, Tuan Adinata Djuanda terkenal sebagai pembisnis yang luar biasa, apalagi dibidang saham dan property. Tidak heran, kalau ayahnya sampai mengotot supaya Marcel menikahi Mikaela. Memang bukan berarti kalau Keluarga Buana dibawah mereka. Bisa dibilang setara, tapi Keluarga Buana berprinsip untuk tidak pernah mencari musuh dan lawan bisnis. “Bapak siapa ya?”, tanya seorang asisten Rumah Tangga yang membukakan pintu. “Saya Marcel Arya Buana, saya ingin menjemput Selena, putri saya”, jawab Marcel dengan sopan. Ya, entah kenapa, Marcel sangat ingin bersama Selena. Lagipula, dia tidak ada kesibukan hari ini. Tidak tahu besok apakah ayahnya akan menyuruhnya memegang kendali Perusahaan seperti dulu. Marcel masih menunggu didepan pintu sampai tiba-tiba… ‘BUGH!!’, Heinry datang keluar dan langsung meninju wajah Marcel. “Oh, sudah datang rupanya. Kapan sampainya, Adik ipar b******k!”, ejek Heinry sambil menarik kerah baju Marcel. Marcel hanya diam tak melawan karena sadar ini memang kesalahannya. “Masih diam hah?!”, teriak Heinry lalu memukul perut Marcel lagi. ‘BUGHH!!’                                 “ARGHH!!’, Marcel tentu saja kesakitan. Lalu, Heinry mendorongnya sampai tersungkur ke lantai. Marcel sangat sadar kesalahannya, diapun berusaha bangkit dan berlutut dihadapan Heinry. “Sa-saya minta maaf. Saya sangat menyesal atas semuanya”, Marcel minta maaf tetapi hati Heinry sangat sakit melihat penderitaan adik perempuan satu-satunya yang sangat dia sayangi. Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah berlalu. Tidak ada yang bisa diulang, yang ada harusnya adalah diperbaiki. “Jadi kau sudah bertemu Selena ya. Kau sadar itu anakmu ya, harusnya kau tidak mencoreng wajah kami waktu dan buat Kaela menderita. Tapi…kau harus bersumpah padaku untuk tidak menyakiti Kaela lagi. Kalau kau melakukannya, habis kau!”, titah Heinry dibalas anggukan oleh Marcel. “Jadi kau kesini?”, suara Mikaela menginterupsi kakak dan suami (palsu)nya itu. “Kamu sudah selesai mengajar?”, tanya Marcel pada Mikaela. “Sudah, aku mau jemput Selena. Oh, kakak habis memberi salam penyambutan padanya? Tapi menurutku itu sih kurang. Kakak terlalu baik”, ucap Mikaela sambil melangkah ke rumahnya diikuti Marcel dibelakangnya. Saat masuk, ternyata Selena sedang bermain dengan Adinata dan Anastasya disitu. “Selena sayang”, kata Mikaela dan langsung disambut oleh putrinya itu. “Mama!! Papa!!”, ucap Selena girang. Tapi, mendengar Selena memanggil papa, membuat Adinata berbalik. Tentu saja, dia geram melihat Marcel disitu. “Sejak kapan b******n itu disini!”,teriaknya tapi berusaha ditenangkan oleh Heinry. “Sudahlah pa, tadi aku sudah memberinya pelajaran.”, Heinry berusaha menenangkan ayahnya. “Kau cuma memberi sedikit pelajaran, biar kuberi tahu apa yang diajarkan padaku di Kepolisian saat seseorang membuat kesalahan!”, tegas Adinata menghampiri Marcel. “BUAGHH!!” “Akhh”, teriak Marcel saat Adinata menendang perutnya. Lalu Adinata menendang wajah pria itu tanpa ampun. Mikaela hanya diam saja melihat adegan k*******n itu. “Opahh! Hiks… jangan pukul papa hiks…”, tangis Selena menghentikan Adinata. Seketika dia tersadar dan melihat keadaan menantunya itu sudah cukup menyedihkan. “Ingatlah ini Marcel! Luka yang saya berikan bisa sembuh, tapi luka yang kau berikan pada keluarga kami sukar bahkan mungkin tak bisa sembuh. Apalagi Mikaela, dia melalui semuanya sendirian. Dia nyaris mati karena mengetahui kalau didalam rahimnya ada anakmu. Tapi, kami berusaha agar dia mau melahirkan Selena. Sedikit saja putriku menagis karena kau sakiti, akan kulobangi kepalamu itu”, ancam Adinata. Marcel terdiam mendengar penuturan Adinata. Ya, memang benar dialah yang salah disini. “Selena, main sama tante Anye dan Tasya ya. Mama mau bicara sama opah sama papa”, suruh Mikaela pada putrinya. “Tapi jangan pukul papa lagi ya opah”, pinta Selena pada Adinata dan pria itu langsung berjongkok didepan Selena dan berkata, “Iya cucu opah sayang”. “Janji?”, Selena memastikan. “Iya sayang, main dulu ya”, suruh Adinata dan Selenapun berlari untuk bermain dengan Anastasya dan Anyelir. “Aku sudah berpikir dan buat keputusan, pa. Aku mau bercerai saja dengan Marcel. Tidak mungkin kami bersama sementara dia punya wanita lain diluar sana”, ucap Mikaela sambil menyodorkan surat cerai ke hadapan Marcel. “Kaela, ini gak baik untuk Selena. Kau bisa lihat dia sayang sama Marcel walaupun baru bertemu”, Heinry terkejut dengan ucapan adiknya itu. “Bukan masalah yang penting kau benar-benar sudah buat keputusan yang matang, nak. Jangan lakukan hal ini hanya karena emosi sesaat”, tambah Adinata. “Tidak ada perasaan atau emosi, pa! Kami tidak saling mencintai dan itu sudah pasti. Tidak ada alasan untuk kami bersama. Lalu Selena, hak asuhnya tentu jatuh padaku, Marcel”, jawab Mikaela. “Ini tidak adil, aku baru saja bertemu Selena dan kau ingin memisahkan kami? Apa kau tidak sadar, ikatan batinku dengan Selena begitu kuat. Bagaimana kau berpikir untuk memisahkan kami?”, Marcel tidak terima dengan keputusan sepihak yang dibuat Mikaela. “Aku ingin bebas dan hidup tenang, Marcel! Lagipula, aku bisa mendapatkan ayah yang lebih baik buat Selena”, balas Mikaela dengan nada sombong. “Tidak ada ayah lain untuk Selena! Kalaupun kita berpisah, aku ingin hak asuh Selena ada ditanganku”, Marcel tak terima dengan ucapan Mikaela. “Apa maksudmu hah? Mikaela yang mengandung dan membesarkannya sendirian, lalu hak asuhnya jatuh padamu? Kau sudah gila ternyata ya”, kesal Heinry pada Marcel. “Saya menyayangi Selena. Saya rela melakukan apapun demi dirinya. Mikaela, tolong beri saya kesempatan”, mohon Marcel pada Mikaela. “Apa kau seperti ini karena kau akan menyerahkan Michelle pada adikmu hah? Memangnya, aku ini barang cadangan yang bisa kau simpan dan pakai sesukamu? Sungguh rendah caramu memandang wanita. Kau memang b******n”, marah Mikaela pada Marcel. “Mikaela, harusnya kamu juga mengerti posisi saya. Saya tidak tahu apa yang terjadi padamu dan tentang Selena tidak ada yang memberi tahu kalau saat itu kamu hamil. Kalau saya tahu, mungkin saya tidak akan lari bersama Michelle saat itu”, Marcel membela dirinya karena memang dia juga tidak tahu yang sebenarnya. “Aku tidak tahu aku hamil saat kita akan menikah. Tapi, harusnya kau sadar apa yang sudah kau lakukan padaku! Tapi memang, aku juga salah karena berkeras tidak mau bersamamu. Kumohon, aku ingin bebas hiks…aku tidak mencintaimu, kita hanya akan saling melukai jika bersama”, pinta Mikaela sambil menangis. Memang dia tidak bisa menyalahkan Marcel sepenuhnya disini. “Tuan Adinata dan tuan Heinry, saya memohon pada kalian tolong beri saya kesempatan menjadi ayahnya Selena. Saya ingin menebus kesalahan saya di masa lalu. Mikaela, saya tidak bisa jauh dari Selena”, Marcel memohon-mohon pada keluarga Djuanda untuk memberinya kesempatan. Marcel sangat sayang pada Selena, tentu saja. Tidak mungkin dia berpisah dengan Selena sementara dia belum memberi kasih sayang seorang ayah yang sepenuhnya untuk gadis kecil itu. “Kaela, kakak rasa berikan dia kesempatan satu kali lagi. Ini demi Selena. Dia berhak mendapat kasih sayang ayah kandungnya”, usul Heinry. “Papa setuju dengan Heinry, cinta bisa tumbuh kalau terbiasa nak. Jadi, berikan saja dulu dia waktu. Tapi, tetap saja keputusan ada ditanganmu, nak”, Adinata setuju dengan saran Heinry. “3 bulan! Saya kasih anda waktu 3 bulan! Kalau akhirnya kau bisa melepaskan Michelle sepenuhnya, saya akan memikirkan keputusan saya untuk bercerai.”, putus Mikaela. ‘Setidaknya ini demi Selena’, Mikaela membatin “Terima kasih! Saya benar-benar berterima kasih kepada kalian semua. Saya akan buktikan bahwa saya pantas menjadi ayah bagi Selena”, Marcel berterima kasih. “Bukan saja untuk Selena, saya harap kamu bisa bahagiakan anak saya”, titah Adinata diangguki oleh Marcel. “Pa, ini sudah malam. Kami pamit dan kau naik mobilku saja. Kau terluka”, pamit Mikaela sambil membawa Selena yang sudah tidur dalam gendongannya. “Terima kasih”, Marcel berujar pada Mikaela. “Ya, terserah”, balas Mikaela tak acuh. Perumahan Puri Indah, Jakarta Barat Sesampainya di mansion, merekapun berjalan masuk. Tapi, ketika Ribka melihat Marcel terluka dia langsung mengambil kotak P3K untuk mengobati Marcel. “Jadi ini bogeman dari keluarga Djuanda?”, tanya Ribka kesal sambil mengobati putranya itu. “Ini salahku ma! Biar sajalah”, Marcel menerima dan tidak kesal sedikitpun pada keluarga Djuanda. “Mikaela, harusnya kamu bicara pada ayah dan kakakmu. Memangnya suamimu ini hewan sampai harus disiksa seperti ini?”, kesal Ribka tetap saja tidak terima. “Dia tidak perlu dibela, ma. Dia pantas mendapatkannya”, Mikaela berkata dengan tak acuh. “Kamu itu istrinya! Mana ada istri yang biarkan suaminya di lukai seperti ini”, Ribka semakin kesal dengan sikap Mikaela. “Hubungan kami palsu nyonya Buana! Kalaupun kami harus pisah, saya tidak masalah”, jawab Mikaela pada mertuanya lalu langsung ke kamarnya meninggalkan Marcel bersama ibunya. “Anak itu! Ah! Sebenarnya, Michelle memang lebih baik.”, tanpa sadar Ribka memuji Michelle. “Jangan bandingkan, ma. Memangnya Mama pernah mau menerima Michelle? Tidakkan? Lagipula, Michelle seharusnya bersama Michael. Aku harus merelakan Michelle bu. Lagipula, sekarang aku sudah punya Selena. Bagiku dia yang terpenting buatku. Aku yang salah pada Mikaela, ma. Dan sudah seharusnya aku menebusnya. Aku akan terima semua sikapnya”, ucap Marcel berusaha berbesar hati. “Bagaimana dengan perasaanmu nanti nak? Hiks…mama gak bisa bayangkan bagaimana kamu harus merelakan wanita yang sangat kau cintai itu.Mama masih ingat kalau kamu dulu menentang keluarga habis-habisan demi dia. Apa mungkin kamu bisa setegar itu?”, sejujurnya Ribka tidak tega dengan Marcel yang harus mengorbankan perasaannya. “Ini semua salahku, ma. Seandainya aku mendengarkan kalian dan tidak kawin lari dengan Michelle semuanya tidak akan begini. Mikaela menghadapi ketidakadilan karena aku. Michelle juga demikian. Tapi aku sudah memutuskan untuk mengutamakan apa yang memang keluargaku dan apa yang memang seharusnya jadi milikku. Michelle, dia seharusnya milik Michael, bu! Hiks…bukan aku”, tanpa sadar Marcel menangis kala membayangkan bagaimana dia harus benar-benar melepaskan dan merelakan Michelle, cintanya. Tanpa mereka sadari, Mikaela mendengar percakapan mereka. Mikaela sadar kalau memberikan kesempatan pada Marcel memang pilihan yang tepat. Sejak mengenal Marcel, Mikaela tahu kalau dia memang pria yang baik. Tapi, sejak awal Marcel menegaskan bahwa dia mencintai orang lain membuat Mikaela tidak berharap apapun pada perjodohan mereka.Sebenarnya, ini baru awal permainan hidup untuk mereka baik Marcel dan Mikaela serta Michael dan Michelle. Tidak tahu kedepannya apa memang Mikaela akan bisa bertahan dengan pernikahan palsu yang ingin mereka buat menjadi nyata demi Selena.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD