bab 6

1477 Words
“Lis, gimana sih kamu jadi teman? Kenapa kamu biarin aku berbuat gila saat sedang mabuk?” Sofia memukul lengan sahabatnya dengan geram. Saat ini Sofia berada di sebuah kelab malam yang menjadi tempat pertemuannya dengan Charles pertama kali. Sebenarnya ia sangat tidak ingin mengingat-ingat kembali kejadian itu sama sekali. Rasanya sangat memalukan. Waitress yang menjadi sahabat Sofia itu hanya memasang senyum tak berdosa. "Sorry, Sof. Waktu itu kayanya aku sudah coba buat halangi kamu, tapi setelah aku pikir-pikir lagi …." "Apa? Cepat kasih tahu!" serobot Sofia dengan cepat sebelum Lisa menyelesaikan kalimatnya. “Laki-laki kemarin ganteng banget. Cocok sama kamu. Sayang kalau dilepasin gitu aja, kan? Makanya aku siapin kamar VVIP buat kalian," jelas Lisa dengan kekehan di akhir ucapannya. Mendengar pengakuan Lisa yang sangat jujur itu, emosi Sofia mendadak naik. Amarah yang ia tahan sudah hampir tidak terbendung lagi. Sofia bisa meledak kapan saja layaknya bom tanpa jangka waktu, hanya perlu pemicunya saja. "Tenang, Sof! Aku yakin kalau dia bakal cocok banget buat kamu," ucap Lisa membela diri. Ia masih terlihat merasa tidak bersalah dengan terus menyengir hingga memperlihatkan barisan gigi rapinya. "Kamu yakin dari mana, Lisa?! Apa kamu tahu? Gara-gara kesoktahuanmu itu, aku jadi terjebak sama dia terus. Aku udah merasa kaya di penjara tahu!" Sofia terus mengeluarkan kekesalannya pada Lisa. Jika Lisa tidak menghentikannya, Sofia pasti bisa hidup bebas tanpa harus memusingkan si tampan dan psikopat bernama Charles itu. “Emang kamu diapain sama si ganteng itu?” tanya Lisa penasaran. Dia heran melihat Sofia merasa sengsara, bukannya senang bisa bersama pria tampan waktu itu. "Lis, dia itu bos baru di tempat kerja aku," jelas Sofia dengan nada lemas. "Bagus, dong! Ini bisa jadi pelajaran buat kamu supaya nggak mabuk sembarangan lagi. Sok-sokan minta alkohol yang tinggi. Sekarang kamu sudah dapat yang mapan dan tampan. Kamu nggak bakal ketemu yang kaya dia lagi, lho!" Lisa berseru senang. Sementara itu, Sofia hanya bisa berharap jika itu semua hanyalah mimpi siang bolong belaka. "Udah, Lis. Ngomong sama kamu cuma bisa bikin pusing. Kamu pulang aja sana!" usir Sofia kesal sembari menendang pelan kaki Lisa. Padahal, ia pikir Lisa yang datang ke rumahnya bisa membuat pusingnya mengenai Charles berkurang. Namun, Sofia justru semakin bertambah pusing. "Dih, bilang saja kamu mau telpon sama doi barumu itu makanya kamu usir aku, kan? Nggak usah sok sembunyi-sembunyi gitu, deh!" goda Lisa yang semakin membuat Sofia kesal. "Lisa! Apaan, sih?! Udah sana cepet pulang!!" usri Sofia sekali lagi. Tawa Lisa membahana di kamar Sofia. Lisa melompat dari ranjang Sofia sebelum wanita itu semakin menendangnya dengan keras. “Iya, deh! Dasar bawel, aku pergi sekarang! Doain aku semoga bisa dapat pria keren, tampan, mapan, bersahaja kaya kamu!” Sofia ingin menjawab ejekan Lisa kepadanya, tetapi temannya itu sudah pergi terlebih dahulu. Kini Sofia sendirian di kamar. Ia menghela napas panjang dan merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Matanya menatap jauh pada langit-langit kamar. Kepalanya seketika penuh dengan pikiran dan monolog yang ia lakukan sendiri. “Sofia … kamu tidak apa-apa, kan, Sayang?” Sofia menoleh pada wanita paruh baya yang mengintip dari ambang pintu. Saking pusingnya kepala Sofia, ia sampai tidak menyadari keberadaan Percy yang menatapnya penuh kekhawatiran. Sofia tersenyum untuk mengurangi rasa khawatir tantenya itu. “Aku nggak apa-apa, kok, Tanten. Sekarang sudah mulai ngantuk, aku mau tidur dulu,” ucap Sofia sembari merapikan kasur dan bantalnya. “Iya, selamat tidur, Sofia. Kalau ada masalah, ceritakan saja pada Paman dan Tante, ya?” “Iya, Tante, terima kasih banyak. Good night.” *** Cahaya Megah Holding. Pukul 09.00 AM “Ini perjanjian kerja sama kita. Lalu, ini berkas yang harus kamu tandatangani untuk proses peralihan kepemilikan saham lima belas persen persen yang kamu minta kemarin.” Sofia terperangah menatap surat-surat yang ada di hadapannya. Ia tidak menyangka jika Charles akan memenuhi semua permintaannya. Padahal Sofia waktu itu hanya bercanda, ia tidak menyangka jika ucapannya kini menjadi nyata. “Ini beneran?” tanya Sofia lagi sembari membaca surat di tangannya. “Kalau kamu menolaknya juga-” “Nggak! Aku terima, kok!” Sofia dengan cepat memutuskan perkataan Charles bahkan sebelum pria itu menyelesaikan ucapannya. Ia dengan cepat mengambil surat lain yang ada di tangan Charles sebelum pria itu mengambilnya kembali. Meski seperti tertimpa durian jatuh. Sofia tetap membaca surat itu dengan seksama, tidak melewatkan satu baris kalimat pun. Ia takut jika ada perjanjian aneh yang bisa merugikannya di masa depan. Setelah tidak menemukan kalimat mencurigakan, Sofia segera mengambil pulpen yang ada di sakunya dan menandatangani surat-surat tersebut. Sofia melirik ke arah seorang pria selain Charles yang ada di ruangan ini. Mereka tidak sednag hanya berdua saja, tetapi di temani oleh asisten pribadi Charles yang bertugas mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan berkas dan personal Charles. Mendapati Sofia meliirknya, Mike tersenyum dengan menggoda. “Ada apa, Nona?” Charles menatap tajam Mike yang memanggil Sofia dengan nada mesra, seolah ia tidak senang dengan Mike yang menggoda sekretarisnya. “Tidak apa-apa,” balas Sofia ramah. Ia merasa tidak terganggu oleh kehadiran dan godaan dari Mike. Ia bahkan ikut tersenyum lebar dengan memperllihatkan lesung pipinya. Charles mendengkus kesal dan menunjukkan surat lain. “Ini kontrak kita yang lain. Aku akan membayar jasamu untuk menjadi pacar pura-puraku. Namun, ada persyaratan yang harus kamu ketahui,” ucap Charles tanpa menatap lawan bicaranya. “Katakan saja semua persyaratan itu,” ucap Sofia pasrah pada nasibnya. Mana bisa ia menolak Charles yang sudah mau memberikan 15% saham perusahaan untuknya. Belum lagi dengan ia yang akan dibayar lebih jika menjadi pacar palsunya. “Rules number one. Jangan pernah kamu jatuh cinta sama aku. Karena aku tidak akan pernah jatuh cinta lagi pada siapa pun, termasuk kamu, Sofia, paham?” tanya Charles sambil menatap dalam wajah Sofia. Sofia mengangguk paham. Ia juga tidak ingin jatuh cinta dengan Charles yang menyebalkan. “Terus, rules number two-nya apa?” tanya Sofia santai. “Apakah kamu mengerti dan bisa melaksanakan persyaratan yang pertama?” Pertanyaan Sofia di balas dengan sebuah pertanyaan lagi oleh Charles. Ia ingin memastikan jika Sofia tidak menganggap remeh persyaratan pertamanya. Sofia menyeringai pada Charles yang menganggapnya remeh. “Kamu jangan khawatir karena aku juga tidak akan mungkin jatuh cinta lagi. Aku sudah lelah disakiti karena cinta,” jawab Sofia mantap. Ia tidak mau lagi berurusan dengan cinta karena mantannya dulu. Charles dan Mike saling bertukar tatap sebelum kembali melihat Sofia. “Bagus kalau begitu.” ucap Charles puas. “Terus, rules number two-nya apa?” Sofia balik menanyakan pertanyaan yang masih lagi belum mendapatkan jawaban dari Charles. “Kamu harus siap kapan saja aku butuh kamu. Mau itu pagi, sore, atau malam sekali pun. Kamu harus segera datang kalau sudah aku panggil. Nggak boleh ada alasan nggak bisa.” Mendengarkan itu, Sofia lantas memeluk tubuhnya sendiri. “Maksudnya apa? Datang malam-malam? Kamu jangan macam-macam sama aku, ya! Cukup satu kali saja kita tidur bareng. Jangan ada dua kali.” Mata dan mulut Mike melebar saat mendengaranya. “Jangan-jangan kalian sudah …” “Diam kamu!” ucap Sofia dan Charles serempak sukses membungkam bibir Mike. Namun, Mike hanya melemparkan senyuman nakal pada atasan yang merangkap jadi sahabatnya itu. Ia sangat mengerti apa yang dimaksud oleh Sofia barusan. Ia mengerti jika Charles tidak menolak untuk melakukan one night stand dengan pasangan kencannya. “Mike, kamu masih sayang sama jabatanmu?” tanya Charles yang mendadak kesal melihat senyuman nakal sahabatnya itu. “Kamu jangan lupa, aku juga bisa bocorin semuanya sama Tante Maria. Kalian pasti bakalan dipaksa menikah kalau beliau tahu,” ancam balik Mike yang meneror Charles. Pria itu sudah memegang kartu as Charles dan bisa kapan saja mengeluarkannya. Ia tahu jika Tante Maria selalu memaksa Charles untuk cepat menikah. “Lakukan saja kalau kamu berani. Setelah itu, siap-siap kamu menjadi santapan hiu di lautan sana.” Charles mendelik kesal. “Aku akan mengirimmu ke Maldives, bukan untuk berlibur, tapi untuk jadi santapan hiu!” “Santai, Man, aku kan cuma bercanda.” Mike terkekeh tanpa dosa melihat Charles kesal. “Jadi ini sudah deal, ya? Apa aku sudah bisa menandatangani perjanjian ini atau aku keluar saja dari ruangan ini?” Sofia memotong di tengah keributan kedua pria dewasa yang saling teror-meneror itu. ‘Apakah mereka itu penyuka sejenis?’ batin Sofia lagi yang mulai berasumsi liar dengan menyeringai diam-diam. “Kamu bisa kembali ke ruangan kamu setelah usai menandatangani perjanjian ini. Jangan pikir kamu bisa mengelak,” ancam Charles pada Sofia. Sofia memutar malas kedua bola matanya “Siapa juga yang mau mengelak,” gumam Sofia pelan. Sofia mulai menandatangani setiap lembaran perjanjian, kemudian menyerahkan kembali berkasnya pada Charles. Setelah itu, Sofia bangkit dan beranjak untuk meninggalkan ruangan. “Saya permisi, Tuan Charles Levin, selamat menikmati waktu kencan Anda dengan Tuan Mike, ya.” Sofia menunduk kemudian melangkah dengan cepat Seketika Charles dan Mike sedikit bengong karena kurang mengerti dari maksud perkataan Sofia barusan, tetapi tak lama setelah Sofia menutup pintu, suara teriakan terdengar dari ruangan Charles. “Sofia!!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD