Part 4

2069 Words
Part 4 Pagi harinya, Pandu menyadari kesalahannya yang sama saja kemarin melakukan kekerasan kepada putranya. Pandu segera menghampiri Juna selepas acara sarapan pagi keluarganya selesai. "Ayah minta maaf telah memukulmu kemarin," ucap Pandu menarik napasnya ketika bertepatan Juga juga akan mencium tangannya. " Enggak apa, Yah. Aku juga salah kok. " " Hmm, sekolah yang benar dan jangan salah pergaulan. Kalau kamu nakal, ayah usir dari rumah ini. " " Kejamnya. "Zena menyahut dan melewati mereka berdua sembari membawa nampan berisikan makanan yang akan disiapkan untuk bekal anak-anaknya namun sebelum itu, Zena bertanya dulu kepada anak-anak. Apakah menyukai bekal yang disiapkan atau malah ada yang kurang. " Nah benar kata bunda. "Juna menimpali dengan mantap. " Kamu memang anak durhaka." Pandu mendesah kesal lalu menghampiri si kembar yang sedang memakai sepatu dan memberikan uang saku ke mereka. Setelah itu si kembar masuk ke dalam mobil sedangkan Juna hari ini diantar oleh Pandu untuk sementara. Dari kecil Juna paling dimanja, mungkin karena anak cowok sendiri. "Sil. "Salma memanggil kakaknya yang tengah melamun. " Iya? "Silma sadar saat Salma menepuk pundaknya. " Ada masalah? Apa sih? Kayak ada beban yang lo pendam sendirian. Gue juga rasain soalnya," ujar Salma. "Lo rasain? " " Iyalah, makanya jangan sedih gitu. Senyum kek. "Salma menaikkan ujung bibir Silma hingga membentuk lengkungan ke atas. "Hish sakit tau!" Silma menepis tangan Salma lalu mengusapi pipinya yang lumayan terasa sakit akibat tarikan paksaan dari adiknya baru saja. Walau adik dan kakak tapi keduanya ingin memanggil nama saja sebab rasanya seperti berteman dan sudah nyaman satu sama lain pula. "Kalau ada masalah jangan dipendam dong. "Salma mengalunkan tangannya ke lengan Silma. " Gue gak ada apa-apa. " " Tapi lo sudah dapat teman? Gak sendirian kan? " " Sudah kok. "Silma kembali lagi berbohong. " Oke deh, sudah sampai." Tepat saat itu juga mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan gerbang SMA Louwis. "Jangan males! "teriak Salma menatap kakaknya akan keluar daro mobil. " Lo juga, belajar yang lebih giat. Gak gue mulu yang ngerjain. "Silma terkekeh pelan seraya menutup pintu mobilnya. Kini mobil itu melenggang pergi membuat Silma segera bergegas masuk ke area sekolahannya. Tin tin Bunyo klakson motor mengagetkannya dan laju motor itu begitu pelan menjajarkan langkah kakinya. Silma terlonjak kaget dan menoleh wajahnya ke samping. "Kagetnya lucu. " " Ih Alfa, kaget tau! "pekik Silma kesal mengetahui sosok pengendara motor ninja itu adalah kekasihnya. " Kapan-kapan berangkat bareng gue yuk! "ajak Alfa yang masih betah diposiai menaiki motor dengan laju yang sangat pelan seperti siput. " Emm entahlah, gue dilarang pacaran sebenarnya tapi nanti-nati dulu deh hehe. " " Yah kok gitu, tapi pulang bareng gue aja ya? " " Baiklah cuman sampek depan perumahan. " " Kan kalau cowok jentle sampai rumah dong dan kalau bisa juga sampai ke dalam rumah biar bisa ketemu calon mertua. " " Bisa aja nih gombalnya, tapi sampai depan perumahan aja. "pungkas Silma yang tidak bisa diganggu gugat lagi. " Ya deh ya, gue duluan dulu mau parkir motor. Tungguin di pohon sana! "suruh Alfa pada Silma. " Oke! "Silma menunjukkan jempol dan senyum yang mengembang diwajahnya. Sesuai suruhan dari Alfa, gadis itu menunggu kekasihnya di bawah pohon sambil memainkan tali tas punggungnya. Tidak lama setelah memarkikan motor, Alfe berlari cepat menghampiri Silma dan menggandeng Silma berjalan beriringan menuju kelas MPLS mereka. "Aneh aja ya, baru kelas sudah jadian hehe," kata Silma heran. " Gue juga merasakan keanehan haha, tapi namanya juga cinta lagian kita saling mencintai dan tidak memaksa. Apa lo terpaksa? " " Eh enggak dong, gue seneng. Sebenarnya sebelum lo bilang suka sama gue ya gue sudah punya rasa kagum sih dan senang banget dekat sama lo. Serasa punya teman gitu. " " Teman hidup. " " Benar. " " Tapi lo napa gak cari teman. " " Gue sulit gabung dan takut aja. " " Setidaknya, lo punya satu teman itu sudah cukup. " " Benar sih, cuman lagi ingin sendirian deh gak masalah. " " Ya masalah dong, kalau lo ada apa-apa kan bisa minta bantuan. Emang kalau ada kelompok, lo mau mengerjakan sendiri? " " Kalau gue mampu kerjakan sendiri ya kerjakan sendiri aja. " " Ya sudah gue berdoa minggu depan bisa sekelas, nanti kalau ada kelompokan, sama gue aja. " " Berdua? " " Iya, sambil pacaran. "Alfa merangkul pundak Silma begitu pula Silma melingkarkan tangannya ke pinggang kekasihnya. " Ada-ada aja lo ini. "Silma menepuk perut Alfa dan menempelkan kepalanya ke bahu lelaki itu. Sesampainya di kelas, tentu saja mereka menjadi sorotan apalagi kabar mereka berdua kini baru saja berkencan. Terutama Alfa, yang digadang-gadang memiliki fans karena ketampanannya walau masih terbilang anak baru di sekolah ini namun banyak yang mengincarkan sampai kakak kelas juga. Kemungkinan Silma harus sabar memiliki kekasih yang dicintai para gadis-gadis dan dari sekian para gadis itu yang dipilih adalah dirinya. Silma senang serta tidak menyangka bisa menjadi kekasih sosok lelaki tampan dengan senyuman mautnya yang dapat memikat berbagai kalangan. Mereka berdua duduk sebangku dan Silma segera mengeluarkan buku diarynya yang untung saja sudah kering meski ada beberapa bagian kertanya yang agak lembab. "Ini gara-gara Silvia and genknya kemari kan? "Alfa meraih buku diary berwarna biru muda milik kekasihnya tersebut. 'Eh jangan dibuka!" Silma segera meraih kembali bukunya dan dipeluk sembari menggelengkan kepalanya. "Oh itu privasi? " " I-iya. "Silma mengangguk kaku. " Ya sudah kalau begitu. "Alfa mengulum senyum dan mengeluarkan buku MPLS-nya yang sengaja disimpan di loker mejanya. " Lo marah? " " Marah kenapa? " "Emm gue rebut kembali diary gue yang lo pegang tadi." "Enggaklah, itu privasi lo. Gue harus menghargai." "Terima kasih, sudah pengertian." Silma meletakkan tangannya ke bahu Alfa. "Sama-sama, kerjain dulu tugas terakhir kita dan nanti bisa santai." "Iya ya, hari ini terakhir MPLS. Ah gue berdoa supaya kita bisa satu kelas lagi di kelas resmi." Silma menangkup tangannya dan memejamkan matanya. " Amin." Alfa mengusap lembut rambut Silma. " Kuy kerjakan!" Silma semangat dan mereka berdua mengerjakan tugas terakhir MPLS bersama. ... " Hah semoga gue gak sekelas sama lo! "Salma menghembuskan napasnya begitu melihat sosok rivalnya baru saja duduk di sebelahnya. " Yee gue juga kali." Malvin langsung membenamkan wajahnya di atas lipatan tangannya. "Hih gereget banget gue sama lo! "Salma tidak tenang dan ingin sekali beranjak dari sini. Namun karena keribuatannya kemarin lalu membuatnya harus pasrah diri duduk sebangku bersama cowok menyebalkan tersebut. "Gue masih denger lho ya," balas Malvin yang tetap dalam posisinya. Salma mencebikkan bibirnya kesal dan menopang dagunya di atas lipatan tangannya. Posisi mereka yang sama itu nampak lucu, seperti sepasang kekasih yang tengah bertengkar. "Gue ingat ya, kata-kata lo kemarin." "Yang mana?" tanya Malvin sembari memutarkan bola matanya malas. "Lo mempermalukan gue di depan guru dan bilang kalau lo mau bikin gue suka sama lo? Dih ngimpi! Deket sama lo aja pengen muntah." "Salah sendiri ngatain gue munyuk, nama gue sudah benar bagus Malvin dan lebih bagusnya lagi ditambahi ganteng." "Ganteng dari mananya? Jelas bagusan nama Munyuk." "Lo tu---" "Selamat pagi adik-adik!" Malvin menggeram kesal saat tau anggota osis yang menjadi pendamping kelas ini sudah tiba di kelas. "Hari ini ada tugas terakhir karena besok sudah memasuki hari libur. Minggu depan kalian sudah diumumkan masuk ke kelas resmi kalian sesuai jurusan yang sebelumnya kalian ambil sewaktu tes kemarin dan terakhir, upacara penyelesaian MPLS dilakukan nanti siang." "Lalu tugasnya apa, Kak?" "Tugasnya adalah kerja sama satu bangku dan jika salah satu dari kalian melakukan kesalahan, akan mendapatkan hukuman. Untuk tugasnya akan dijelaskan oleh Kak Mina, silahkan!" "Ya, tugas hari ini adalah menghafal seluruh nama panjang teman kalian di kelas ini dan diucapkan di depan kelas. Satu bangku ada dua orang dan diucapkan secara bergantian. Jika salah satu kalian salah menyebutkan nama teman kalian sendiri akan mendapatkan hukuman. Hukumannya adalah membersihkan sekolahan dan nanti teman saya di sebelah yang akan menentukan tempat yang kalian bersihkan. Paham?" "Paham." "Kalau kurang jelas bisa ditanyakan ke salah satu dari kita. Selamat menjalankan tugas dan sebelum itu hafalkan dulu nama-nama teman kalian." "Kak Mina, mau nanya!" sahut seorang gadis berkaca mata dan duduk di bangku depan seraya tangannya terangkat ke atas. "Iya?" "Bukankah itu memakan waktu yang lama? Emm saya mau usul kalau saya ingin dibatasi saja dan disini muridnya sangat banyak." "Iya Kak Mina, terlalu kebanyakkan!" yang lain pun juga ikut menyahut. "Emang kalian mau berapa?" tanya Mina, anggota osis dan mempunyai jabatan sebagai bendahara di sekolah ini. "Lima belas saja sudah cukup. " "Okelah." Mina mengangguk menyetujui usul dari adik-adik yang dibimbingnya tersebut. Walau wajahnya nampak menyeramkan namun gadis remaja berusia 17 tahun itu begitu sabar mendampingi adik-adik kelasnya. ... "Argh lo sengaja bikin salah ya?!" Salma berteriak kesal berulang kali dan matanya mendelik menatap sosok lelaki yang berjalan beriringan dengannya saat ini. "Emang sudah takdirnya dapat hukumankan?" ucap Malvin santai dan mengedikkan bahunya acuh. Mereka ah lebih tepatnya Malvin melakukan keselahan padahal kurang sedikit lagi, mereka akan berhasil melakukan tantangan tugas yang diberikan oleh para anggota osis pembimbing kelasnya. "Lo bisa-bisa santai dapat hukuman." "Gue kan anak---" "Anak apa? Cih, lo gak ingat ucapan ketua osis kemarin kalau tak ada pilih kasih dan semuanya rata. Lagian yang jadi kepala sekolah itu kakek lo dan kakek lo lebih pintar dari lo. Paham?" Salma menjulurkan lidahnya sebelum berjalan mendahului Malvin. "Menyebalkan!"umpat Malvin melihat Salma yang malah mengejeknya. Mereka berdua tidak bisa kabur dari hukuman sebab ada seorang anggota osis yang mendampingi mereka. Ketika sudah sampai di halaman belakang, mereka mengambil alat-alat kebersihan dan mulai membersihkan taman di halaman belakang sekolah. "Nyapu yang bener dong! Kalau nyapunya begitu kapan bersihnya?" Salma berdecak sebal melihat cara menyapu Malvin itu sangatlah salah. "Gue gak pernah nyapu seumur hidup gue." " Kalah sama adik gue ya lo, adik gue cowok bisa nyapu. Kebangetan banget lo ini." Salma meraih sapu lidi ditangan Malvin. "Kenapa lo ambil?" tanya Malvin bingung. "Gue ajarin bagaimana caranya menyapu yang benar dan harus bersih. Nanti bojomu brewokan." "Bukannya itu cewek ya?" "Eh iya, haishh pokoknya lihat ini." Salma mulai mengajari Malvin, cara menyapu yang benar dan hasilnya harus bersih. Malvin seolah terhipnotis memandangi Salma yang makin cantik saat wajahnya terpapar sinar matahari dan sesekali tangan Salma menyilakan anak rambut yang di sisi wajahnya ke belakang daun telinganya. Malvin tersentak mendengar suara pendamping kelas MPLS. "Kalian lanjutnya dulu, saya mau ke kelas." "Iya, Kak," jawab Salma menoleh sekilas ke pendampingnta tersebut. Merasa selesai penjelaskan cara menyapu kepada lelaki di hadapannya, kini Salma menyodorkan sapu lidi itu pada Malvin. "Nah sekarang nyapu gih!" Suruh Salma. "Daripada nyapu begini, lebih baik gue bayarin tukang kebun aja deh. Ini tuh sudah siang, capek tau nggak!" Malvin membuang sapu lidinya asal. "Ya sudah sana lo! Lagian gue sendirian juga gak papa." "Di sini banyak hantunya." Suara Malvin sengaja menakuti Salma, justru Salma tidak mempan ditakut-takuti oleh Malvin dan mengabaikan tingkah Malvin saat ini. "Lo pergi aja deh! Suara lo itu jelek, telinga gue sakit dengerin suara lo." Suara ketus Salma terlontarkan tapi tidak kunjung membuat Malvin segera beranjak pergi. "Bilang aja lo takut haha." Malvin tertawa meledek Salma dan entah mengapa ia malah mengurungkan niatnya untuk pergi. "Terserah lo bilang apa, biasanya orang yang suka nakut-nakutin yang paling takut." Salma memilih untuk menyelesaikan hukumannya dan mengabaikan tingkah Malvin yang terus mengganggunya. Malvin merasa senang menggoda gadis itu apalagi wajahnya yang kesal kepadanya sangatlah lucu dimatanya dan wajah-wajah seperti Salma itu sangat tidak membosankan ketika dipandang lebih lama. Malvin baru menyadari itu. "Lo pergi aja deh, nganggu mulu di sini!" usir Salma berulang kali dan merasa heran saja pada lelaki itu yang malah mengusiknya. "Lo gak inget apa ucapan gue kemarin kalau gue bakalan buat lo suka sama gue," ujar Malvin. "Idih, tidak mungkin! " " Gue---waduh siapa yang nendang---kiyaa tikus!" teriak Malvin begitu melihat beberapa tikus melewatinya bahkan secara terang-terangan menabrak kakinya. Tikus-tikus itu berukuran besar dan sangat terasa sekali ditabrak oleh mereka. Seketika Salma tertawa terbahak-bahak dan ia melihat Malvin berlari ke segala arah dan terakhir di gudang. Salma pun mengikutinya dari belakang dan tiba-tiba ditarik agar ikut masuk ke dalam gudang oleh Malvin. Malvin reflek menutup pintu gudang itu sangat keras. "Lo ini!"geram Salma sambil menghentakkan kedua kakinya kesal kala Malvin malah menggeretnya masuk juga di dalam gudang. "Lo harus ikutan juga!" Malvin menjulurkan lidahnya dan bermata juling mengabaikan kekesalan Salma lantas Malvin duduk santai di bangku tua asal. Kemudian Salma berniat keluar perlahan menekan tuas pintu namun pintu gudang tidak bisa dibuka. Salma berteriak dan panik karena merasa bahwa saat ini dirinya bersama Malvin terkunci di dalam gudang. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD