“Sayang ... sudah waktunya subuh, bangun dulu yuk. Nanti kalau sudah shalat subuh lanjut bobok lagi.” Malika hanya menggeliat saat Mamanya membangunkan untuk shalat subuh. “Sayang, anak cantik,” ucap Arina lagi. “Kepala Malika pusing, Mama ...” jawab Malika dengan suara serak. Arina yang mendengar anaknya sakit langsung naik ke ranjang, dia memeriksa kening Malika. “Astaghfirullah, Sayang. Badan kamu panas sekali?” Malika hanya mengangguk tanpa membuka mata. “Pusing ...” keluhnya lagi. Arina turun ke bawah untuk memanggil suaminya yang masih berada di musholla mini dekat taman samping rumah. “Anak Papa mana, Ma?” tanya Ady saat melihat istrinya menyusul tanpa Malika. Arina dengan wajah panik menjelaskan jika Malika sedang demam tinggi, dia bahkan tidak mau membuka matanya. “Mama