Terbebas dari Perasaan

977 Words
Setelah berkutat dua jam di dapur, akhirnya cupcake 20 buah telah jadi. Dia berencana untuk berbagi dengan anak Tante Nini. Dengan sigap Lala mengambil ponselnya untuk menghubungi Sari. ‘Halo Sari, apa kabar?”. “Baik, Alhamdulillah. Bemana kabar kamu?”. “Baik juga, Alhamdulillah. Btw aku habis buat cupcake mau bawa ke rumah”. “Saya lagi diluar, nih. Yuk ketemu disini nanti barengan ke rumahnya”. “Mama aku tadi pamit ke rumah kamu, bukannya di rumah kamu ada acara?”. “Iya, ada acara. Acaranya ibu-ibu”. “Ok, kamu kirimkan alamat lengkapnya ya?”. “Ok”. Setelah menerima alamat lengkap dari Sari, Nirmala bergegas untuk bertemu dengan Sari, Hanya 15 menit dari rumahnya. Tidak terlalu jauh. Mereka akan bertemu di café. Café yang menjual beraneka ragam kopi dari seluruh nusantara. Tentu sangat menyennagkan bisa menikmati aneka kopi yang sangat lezat. Sesampai di CAFÉ, Nirmala mengedarkan pandanganya disana ada sosok Sari bersama dengan seorang lelaki yang tidak asing baginya, dia adalah Budi Harun. “Hi, ayo sini gabung”. Lambaian Sari membuat Nirmala mematung. Lelaki yang ada disana juga menoleh kepadanya. Oh tidak, hari ini Nirmala benar-benar ingin tenggelam, dia tidak menanyakan kepada siapa sari berada di café ini. Sudah terlanjur tertangkap basah. Sari dengan sigap menyambut dan mengajak Nirmala untuk duduk disana. “aku tidak tahu kamu sedang dengan orang lain”. Kata Nirmala pelan “ayo gabung”. Dengan pelan Nirmala menyeret kakinya untuk bergabung dengan Budi Harun. “Kenalin, itu teman baik aku, namanya Nirmala”. “Nirmala” kata nirmala sembari membungkukkan badan, ucapan salam perkenalan. Budi Harun melihat dengan seksama ke Nirmala, seakan tidak percaya mereka bertemu kembali “Sari, kamu memiliki teman yang cerdas, berani dan terlihat cantik”. Kata Budi Harun dengan suara dinginnya membuat Nirmala bergidik. “Terimakasih, dia memang sangat baik juga”. “Tentu saja”. “Ayo duduk”. Kata Sari meminta Nirmala untuk duduk Nirmala kikuk, untuk apa dia duduk bertiga disini. Akhirnya dia hanya diam saja, sedangkan Sari dan Budi harun meneruskan pembicaraanya. “Saya ingin kembali”. Kata Nirmala diantara jeda pembicaraan. “Oh, jangan. Kita mau keramah saya setelah ini”. Jawab Sari “Kita sedang tidak ngomongin hal yang sifatnya rahasia, kok. Disini saja”. Sari meneruskan pembicaraannya dengan Budi Harun. Sekali-kali melirik pada Nirmala yang mulai gelisah ingin pulang. Budi Harun tidak peduli dengan hal tersebut. Sikap Budi Harun yang menjadi dingin membuat Nirmala semakin tidak betah, bahkan terlihat mengabaikan. Seakan tidak ada gunanya Nirmala berada disana. Setelah membuat keputusan yang elik, Nirmala berharap dapat menghibur diri dengan menyibukkan membuat donat. Yah, sama saja akhirnya dia bertemu lagi dengan Budi Harun tanpa ada rencana sebelumnya. Membuat perasaannya tidak menentu. “Sari, saya ingin pulang”. “Tidak. Tidak. Kita pulang sekarang”. Akhirnya mereka bertiga berjalan keluar meninggalkan café. Mereka duduk dalam satu mobil untuk menuju ke rumah Sari. Nirmala bungkam, tidak satupun yang dikeluarkan. Dia benar-benar terjebak dalam mainananya sendiri. “Kalian saling kenal”. Kata Sari tiba-tiba “tadi udah kenalan kan”. Kata Nirmala ngeles “iya, kami saling kenal”, Kata Budi Harun tidak mau diajak kerja sama. “kok jadi musuhan gini, pada diam-diaman dari tadi”. Tidak ada jawab dari keduanya. Mereka semua diam “bisa saya turun disini saja. saya ingin pulang ke rumah”. “Tidak, La. Kita udah sepakat tadi untuk pulang ke rumah saya. Dikit lagi udah nyampe juga”. “Ok”. Jawab Nirmala memaksakan diri untuk turut bergabung bersama mereka. “Nanti kamu juga turun, ya. Di rumah lagi ada acara. Makan dulu sebentar. Ketemu sama mama”. Kata Sari kepada Harun. Karena mereka terlihat seperti sedang berantem dan tidak sedang baik-baik saja. Nirmala hanya diam saja, Rahasia pemutusan hubungan kerja sepihak hanya diketahui oleh dirinya, Budi Harun, Rudi dan Setyawan. Terlalu cepat pengambilan keputusan ini. Membuat semua tidak siap dengan keadaan. Uwing juga masih baik-baik saja dalam kendalinya dan Uwing. Sesampai di rumah sari, ketiganya membisu tidak ada yang bicara sama-sama menahan diri dalam berkata. Nirmala yang sangat merasa sangat tidak nyaman, sedangkan Budi Harun tidak peduli dengan perasaan Nirmala. Semua terlalau hambar untuk dibicarakan. “Ayo, masuk”. Ajak Sari kepada kedua temannya “Mama ada didalam”. Sambung Sari. Keduanya hanya diam dan mengikuti, terlihat kikuk. “Ayooo”. Ajak sari sambil merajuk, karena kedua temannya merasa enggan untuk masuk Keduanya hanya mengekor, tidak berdaya dengan keadaan yang memang hanya di huni oleh kaum hawa, kaum ada sedang sibuk mencari nafkah untuk keluarga kecuali Budi Harun yang terjebak dalam dunia kehidupan kaum hawa. Saat melihat teman Sari, Tante Nini langsung menghampiri mereka, menyapa dengan ramahnya. “Ayo sini masuk, jangan malu-malu. Kalian ini udah saya anggap anak sendiri. Sini-sini, Masuk”. Tante Nini mempersilahkan keduanya untuk makan. Acara arisan sepertinya sudah selesai. Acara makan-makan juga telah selesai. Acara hiburan yang telah berlangsung. Mereka bercengkrama dengan riang, saling berbagi kabar. Tentu itu membuat mereka, para tamu bahagia. Nirmala dan Budi Harun, makan bersama. Donat yang dibawa oleh Nirmala juga sudah pindah ruangan, akan dinikmati nanti. Saat ini sudah banyak makanan yang terhindang di meja. Nirmala masih enggan berbicara dengan Budi Harun, begitu pula sebaliknya Budi Harun tidak peduli malah memilih menikmati makanan. Setelah selesai makan, Budi Harun berdiri dan pamit kepada Sari dan keluarganya. Nirmala seakan terbebas dari perassannya yang sangat-sangat membuat dia tertekan. Setelah selesai makan, Sari menarik Nirmala masuk ke kamarnya. Berbicara 4 mata “Kamu baik-baik saja kan?” “Iya, saya baik baik saja”. “Kamu sama Budi ada apa?” “Kami pernah bertemu sebelumnya, lalu pisah dan ketemu lagi. Itu membuat saya sangat tidak nyaman”. “Ok”.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD