“Itulah kenapa saya tidak ingin berkolab dengan Cakrawala Group, saya yakin saya tidak bisa bekerja sama dengan baik”.
“Dia tertarik dengan Uwing”.
“saya tidak peduli dengan hal itu”.
“kamu masih marah dengan perkara itu”.
“saya benci dengan semua itu dan tidak ingin memperpanjang masalah yang telah lalu”.
“kamu selesaikan perkara kamu, jangan sampai itu menjadi duri”.
“sudah menjadi duri ini”.
“Berat kalau begitu”.
“Saya akan menemuinya lebih cepat, dan memutuskan kerja sama. Tidak ada yang saya inginkan”.
“Dia tertarik dengan Uwing, saya yakin dia akan berinvest”.
“Invest ke Uwing, sama aja dia invest ke saya. Saya benar-benar lelah dan ingin istirahat saja”.
“Uwing adalah masa depan, saya yakin dia tahu itu”.
“Uwing yah Uwing”.
“saya bisa bantu kamu perbaiki hubungan kamu dengan Budi Harun dan membicarakan semua”.
“apaan sih? Kejadiaan itu sudah lama dan tidak penting untuk dibahas. Saya tidak menyukai sikapnya dan saya tidak ingin berteman dengan orang seperti itu. Nyakitin tau”.
“kamu masih menyukainya?”
Tidak ada jawaban dari Nirmala, ia lelah dengan pembicaraan itu. Sakit yang lama ternyata masih bersisa, rasa itupun bercampur menjadi satu. Bagaimanapun Harun adalah orang yang pernah singgah dihatinya. Bisa dikatakan first love.
“saya benci, Rudi. Saya benci dengan lelaki yang saya suka dan sama sekali tidak mau menghargai saya”. Air mata Nirmala mengalir, menganak sungai. Membasahi pipinya. Sakit itu masih saja ada.
“Saya tidak ingin seperti itu lagi, cukup semua”.
Tangisannya mengeras, seperti hatinya. Tidak ada yang diinginkan kecuali ketenangan hatinya agar bisa hidup dan berpikir dengan baik.
Mereka telah sampai di rumah Nirmala, setelah mengucapkan terimakasih dan berlalu memasuki rumahnya.
Nirmala tertekan, dia masuk ke dalam kamar. Menangis sejadinya, tidak meyangka orang yang telah lima tahun berlalu bertemu lagi dalam pertemuan terpenting dalam hidupnya. Mengapa harus bertemu di masa sekarang?
Kalau saja, Uwing lebih mudah jalannya tentu dia tidak akan perlu mencari dana dan melibatkan orang tersebut di Uwing.
Uwing adalah masa depannya, Nirmala baru saja merintisnya sejak tiga tahun yang lalu. Melalui Uwing dia berharap masyarakat bsa lebih mudah melakukan transaksi digital dan mampu menjadi lebih efisien dalam melaksankan p********n.
Sekarang Uwing butuh pendanaan dalam peluncuran dan pengembangan produk agar lebih mudah diterma dan digunakan oleh masyarakat. Dana yang dibutuhkan sangat besar, hanya bisa diterima dari para konglomerat.
Ternyata salah satu konglomerat adalah mantannya yang pernah menyia-nyiakan dulu, meninggalkan duri yang tidak pernah dihilangkan di hatinya.
Nirmala hanya seoarang fresh graduated, menyelesaikan kuliah dan bekerja secara freelancer di salah satu perusahaan web design untuk makan, hanya untuk makan dan memenuhi kehidupan dasarnya. Hidupnya telah ia gadaikan untuk mengembangkan Uwing sedari awal.
Sekarang sudah siap menerima dan investasi dan investornya adalah mantanya sendiri. Tidak, tidak bisa seperti ini kehidupan. Kalau memang kehidupan seperti ini, itu tidak harus terjadi padanya.
Nirmala memilih sakit jiwa daripada membiarkan hal-hal aneh terjadi pada hidupnya, pertemuan dengan mantan adalah hal yang aneh. Terintimidasi dari rasa yang pernah di sanjungkan dahulu.
Setelah rapat selesai, Budi Harun mempelajari kembali hasil meeting tadi, Cakrawala Group memang berencana untuk expand dalam bidang digital dan start up, tentu saja dia butuh anak muda yang memliki kemampuan dan keinginan untuk berkolab dengannya. Dari hasil rapat tadi, Uwing merupakan start up terbaik yang akan digarapnya, sayangnya, masa lalu kembali menyewa hatinya.
Terlihat perempuan itu gugup dan tidak mau mempresentasikan Uwing dengan baik. Jika dilihat dari kapasitasnya tentu saja sebagai founder, Nirmala adalah otak dari ini semua. Mengapa dia seperti itu?
Berbeda dengan Rudi dan Setyawan yang akan mengembangkan perdagangan lewat produk pertanian, Nirmala mampu menjangkau financial technology. Itu sangat di luar akalnya.
Uwing memplokamirkan dirinya sebagai terobosan rupiah sebagai mata uang digital. Lewat Uwing, orang-orang bisa menggali kekayaan lewat digital yang bisa diperdagangkan lewat jalur bisnis digital dalam pembelian dan p********n. Semua dilakukan melalui ujung Jari.
Ini sulit direalisasikan dan tetap bisa direalisasikan dalam jangka waktu yang lama, kedepannya tentu saja orang memilih kebutuhan yang tidak repot.
Lagi-lagi kunci dari ini adalah Nirmala, perempuan yang pernah meneteskan air matanya. Meminta cinta dan tidak pernah diberikan oleh Budi Harun.
Apa yang harus dilakukan untuk membujuk wanita itu seandainya, Nirmala menolak investasinya? Wanita itu masih muda dan terlihat polos, berpendirian teguh dan pintar, terlihat kalem namun mampu mengigit.
Masa lalu membuat semua runyam, cinta yang tidak terbalas.
Setyawan dan Rudi terlihat dekat dengan Nirmala, mereka terlihat akrab dan mampu berkolaborasi dengan baik.
Produknya sama, digital. Hanya saja, apakah mereka bisa bekerja sama dalam tim dan membuat produk yang lebih baik. Itu yang akan menjadi bahan meeting dengan baik. Untuk sementara, cakrawala Group hanya ingin mendanai satu start-up, pilihannya lebih condong ke Uwing.
Berlarutnya waktu membuat dia lelah dan memilih ke kantin untuk menikmati makan siangnya. Pekerjaan ini sanagt menyita waktu, pikiran dan fokusnya. Perlu beberapa saat untuk mengembalikkan jiwanya menjadi lebih tenang dan tidak dzalim kepada diri sendiri.
Malam berlarut, Budi harun memilih pulang awal dan menolak ajakan teman untuk nongkrong di café langganan.
Hari ini terlalu lelah, lelah dengan peristiwa yang telah dialami. Proyek besar menanti. Dia butuh tim baru yang muda, kuat, bertangug jawab dan solid. Namun wanita itu, terlihat rapuh saat memaparkan persentasi yang diajukan. Dia yang mengajukan, dia yang gugup. Apakah semua bisa bekerja dengan baik sesuai dengan standarnya. Butuh waktu untuk membuat semua menjadi lebih baik dari ini.
Dalam tidurnya, Budi Harun bermimpi berjalan-jalan di sebuah perkampungan yang tidak dikenalinya, kampung itu terlihat seperti di desa yang tidak dikenalinya. Dia pun bingung, dimana rumah yang akan disinggahi untuk beristirahat.
Karena bingung dia hanya berjalan sambil mencari-cari, pas di perempatan dia tidak tahu yang mana akan di lalui jalan. Dilihatnya seorang keluarga yang berjalan disisinya, terlihat seorang ayah, seorang ibu dan seorang gadis. Secara naluri, Budi Harun mengikuti keluarga itu untuk memberikan informasi mengenai keadaan kampung ini.
Tepat di depan sebuah rumah mewah, keluarga itu berhenti dan memasuki perkarangan rumah tersebut lalu masuk ke dalam rumah. Budi Harun terdiam di depan rumah, memandangi rumah tersebut. Seorang bapak yang tadi keluar dan menjemput Budi Harun lalu menuntunnya masuk kedalam rumah, sambil berkata “ini juga rumah kamu”. Keduanya masuk rumah dan Budi Harun terkaget, perempuan tadi adalah Nirmala yang memandangnya.
Budi Harun tersentak dari tidurnya, lalu merenung. Hari ini terlalu banyak pikiran sampai terbawa ke alam mimpi.