Bab.11 Kemampuanku

1183 Words
  Orang lain boleh salah paham padanya, tapi tidak boleh memfitnahnya. Ini adalah prinsip dasar Welly.   Hal apa pun boleh ditahan, tapi satu-satunya yang tidak bisa Welly tahan adalah orang lain menginjak kehormatannya.   "Hng, aku memang mengatakannya, kamu bisa apa?" Novita melihat Welly mengamuk, dalam hati semakin senang dan melanjutkan, "Apakah bukan begitu? Kamu sudah miskin dan gila sampai menjual diri. Sudah dilakukan masih nggak berani mengakuinya. Hehe, apakah kamu benar-benar seorang pria?"   Kata-kata Novita membuat semua orang terkejut. Semua orang memandangi Welly dengan kaget dan ada orang yang mulai membicarakannya.   "Wah, serius ini? Welly Jardian menjual diri? Sungguh ... sungguh menjijikkan."   "Kalian lihat, sepatu sneaker di tangan dia itu, model terbaru. Aku pernah lihat sebelumnya, perlu beberapa juta. Jika dia bukan menjual diri, bagaimana mungkin mampu membeli barang ini?"   "Iya iya, kemarin aku pulang ke sekolah lebih larut, aku sepertinya samar-samar melihat kalau Welly diantar pulang oleh mobil Benz. Nampaknya memang sudah dipelihara orang ya ...."   "Haha, entah bagaimana kemampuan Welly miskin di atas tempat tidur. Melayani nenek kaya berusia enam puluh lebih, selera Welly miskin sungguh bagus ...."   Kerumunan orang meledakkan tawa, semua orang tadinya menatap Welly dengan main-mian, sekarang juga berangsur menjadi penghinaan, cibiran dan ejekan.   Saat ini Candra Zainal juga memandangi Welly dengan wajah kaget. Karena dia ingat, ketika semua orang tidak bisa membayar pesanan di gang Kelon, Welly yang sudah mentransfer dua puluh juta untuknya sehingga bisa melewati situasi berbahaya saat itu.   Bagaimana mungkin Welly memiliki uang sebanyak itu? Sekarang setelah dipikirkan, sepertinya semuanya benar.   Tidak, tidak, tidak ... Candra tidak sabar untuk menampar dirinya sendiri. Dia memelototi semua orang di depan dengan keras kepala dan berpikir, "Sialan, apakah aku masih manusia, bahkan mencurigai temanku sendiri. Meskipun Welly miskin, tapi dia masih bermoral, bagaimana mungkin bisa melakukan hal seperti itu."   Berpikir sampai sini dan melihat mulut orang-orang ini, Candra semakin marah. Welly masih belum bicara, dia sudah berdiri keluar dan berteriak pada Novita, ''Hei marga Louis, mulutmu bicara sebaiknya yang bersih, kamu ini jangan memfitnah. Aku paling memahami Welly Jardian, dia kelaparan sampai mati juga tidak akan pernah melakukan hal semacam ini. Hng, tidak seperti beberapa dari kalian."   Welly menatap Candra dengan sedikit terkejut, hatinya terharu sekali. Waktu penting, memang benar teman baik yang akan membelanya.   Kata-kata Candra meskipun keras, tapi sedikit orang yang mendengarkannya, lebih banyak orang yang masih menatap Welly dengan senyuman sinis.   Novita berkata, "Hng, kamu urus mulutku bersih atau tidak. Dia sudah melakukannya, kenapa tidak membiarkan orang mengatakannya? Menjadi teman sekelas dengan orang semacam ini, aku merasa malu. Miskin ya sudah tapi juga suka berlagak. Kamu dengarkan kata-kata dia itu, benar-benar berpikir dia adalah orang yang hebat? Sungguh, hehe."   Candra terprovokasi oleh sikap Novita yang agresif ini dan tidak tahan ingin menamparnya.   Candra akhirnya tahu seperti apa Novita. Pantas saja Welly tidak ingin datang, tampaknya masuk akal.   Berpikir sampai sini, Candra tidak tahan merasa sedikit malu, karena dia yang memaksa Welly untuk datang. Jika dia tidak begitu ngotot, Welly tidak akan begitu dipermalukan.   Candra memaki, kemudian menoleh dan berkata, ''Welly, jangan hiraukan orang-orang ini. Ayo kita pergi, sini adalah sekelompok orang gila!''   Selesai bicara, Candra hendak menarik Welly, tapi Welly malah menggelengkan kepala dan mendorong tangan Candra.   "Aku tidak akan pergi," Welly tampaknya sangat tenang, tapi ketenangannya membuat orang merasa tidak nyaman. Dia berkata, "Masalah hari ini sudah seperti ini, aku rasa perlu untuk menyelesaikan semua kesalahpahaman. Ada beberapa hal yang tidak ingin aku katakan, tapi kelihatannya harus dikatakan hari ini."   Candra bingung dan bertanya, ''Welly, apa yang akan kamu katakan?"   "Sebenarnya, aku adalah anak orang kaya!" Welly menggertakkan giginya. Dia ingat ayahnya dulu berkata, jangan mengatakan kepada orang luar bahwa dia adalah putra Yohan Sardinan. Kalau begitu, dia hanya mengatakan bahwa dia adalah anak orang kaya dan tidak mengatakan identitas ayahnya, seharusnya tidak apa-apa, 'kan?   Welly berhenti dan menatap Novita dengan ejekan berkata: "Apakah kamu tahu kenapa kamu dikerjai? Hehe, karena kamu mempermalukanku kemarin. Ingat wanita itu? Dia adalah bawahanku. Semua yang terjadi hari ini dilakukan oleh dia. Aku pikir kita adalah teman sekelas, jadi tidak perlu melakukan hal-hal terlalu jahat barulah meneleponnya agar dia melepaskanmu. Hehe, kamu benar-benar berpikir Tuan Muda Jordan ini yang sudah menyelamatkanmu? Bukankah sangat konyol?"   Kata-kata Welly sangat menakjubkan, membuat tempat yang berisik menjadi hening dalam seketika. Semua orang memandangi Welly dengan tidak percaya.   Keheningan lima detik ... Sepuluh detik ....   Semua orang saling bertatapan, Novita juga tenang. Sejenak kemudian, barulah menoleh ke Jordan, mengerutkan kening dulu tapi kemudian tertawa terbahak-bahak.   "Hahaha ... lucu sekali. Apa kata si bodoh ini? Dia bilang dia anak orang kaya? Hahaha ...." Novita tertawa dan menutup perutnya, tertawa sampai air matanya keluar, seolah-olah ini adalah lelucon terbaik yang pernah dia dengar dalam hidupnya.   Hampir bersamaan dengan tawanya dia, dua-tiga puluh orang di tempat juga sama tertawa terbahak-bahak dan gelombang ironi datang.   "Apakah aku berhalusinasi? Lucu sekali, dia anak orang kaya? Anak orang kaya memakai celana bolong? Haha ... Aku ingat ketika dia makan di kantin, dia bahkan nggak pernah memesan daging, bukan? Anak orang kaya ini sungguh cukup aneh."   "Apakah dia sakit? Otaknya sudah rusak, kan? Kalau memang kamu adalah anak orang kaya, maka cepat habiskan empat triliun pergi ke rumah sakit untuk memeriksa otak. Ambil gambar dan lihat apakah kepalamu kosong? Kalau tidak, kenapa imajinasimu bisa begitu kaya?"   Candra juga melihat Welly, jelas juga merasa malu. Dia benar-benar ingin membantu temannya menjelaskan, tapi Welly membual semacam ini, bagaimana dia menjelaskannya?   Candra mengerutkan kening, tiba-tiba menemukan bahwa Welly tampaknya agak berbeda dengan dulu. Sebelumnya, Welly bicara dan berperilaku selalu tulus, tapi ada apa dengan belakangan ini? Apa gunanya dia berbohong seperti itu? Orang lain bisa membongkarnya sesuka hati dan nantinya hanya akan menjadi lebih malu.   Candra menatap Welly tidak berdaya dan hanya bisa menggelengkan kepalanya.   Mendengar suara ironi itu, Welly juga sedikit tidak nyaman. Wajahnya sedikit merah, tapi masih tenang, karena dia juga tahu, mengatakan ini pasti ada orang yang tidak akan percaya. Hanya dengan memanggil Monica datang barulah semua kebenaran terungkap.   Mengenai bagaimana Monica mengatasi orang-orang ini kali ini, dia pasti tidak akan campur tangan lagi. Welly telah memutuskan.   Welly mengeluarkan ponselnya dan berteriak kepada semua orang, "Aku tahu kalian sama sekali tidak percaya dengan apa yang aku katakan, tapi aku hanya perlu menelepon dan semua kebenaran akan terungkap."   Selesai bicara, Welly menelepon nomor Monica ...   Novita berkata "jiah", menatap Jordan tersenyum, nada sedikit ambigu, "Tuan Muda Jordan, betapa konyolnya orang ini."   Jordan mendengarnya memaksakan senyuman yang tidak begitu alami. Dia diam-diam menyeka keringat di dahi.   Hatinya tidak yakin, terutama kata-kata Welly tadi itu. Meskipun menurut yang lain hanyalah lelucon besar, tapi Jordan samar-samar merasakan sesuatu yang salah.   Bagaimanapun juga tadi betul-betul bukan dirinya yang sudah menyelamatkan Novita, tapi Novita tetap dibebaskan, ditambah dengan kata-kata Welly. Hal ini membuat Jordan memiliki beberapa pemikiran.   Meskipun dalam hati berusaha membantah spekulasi ini, tapi seandainya, jika yang dikatakan Welly tadi itu benar, kemudian mempermasalahkan dengannya ....   Jordan bergetar dan mendadak merasa menakutkan. Bayangkan, anak orang kaya yang bahkan bisa menggerakkan Tuan Marcos. Bukanlah yang bisa diusik oleh dia hanyalah anak direktur pabrik pakaian kecil.   Jordan menatap Welly dan rasa tidak tenang di matanya semakin jelas.   Pada saat ini, Welly langsung menyalakan pengeras suara telepon ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD