Bab.9 Siapa yang Sedang Berbohong

1530 Words
  Welly merinding ditatap oleh puluhan mata, selanjutnya melihat Jordan Gasman berjalan padanya.   "Apa yang kamu katakan barusan?" Jordan tidak tahan tertawa, "Aku nggak dengar jelas, bisakah kamu ulangi lagi?"   Welly tidak mengerti apa maksudnya, jadi hanya bisa menjawab jujur, "Aku bilang masalah hari ini sangat sulit, kalian masuk juga nggak akan bisa menyelesaikannya, jadi aku ingin menelepon, kenapa?"   "Masih kenapa?" Jordan mendengarnya langsung menggelengkan kepala dan tersenyum pahit, "Kamu ini sungguh menarik. Kamu kira siapa kamu? Penyelamat? Walikota Batang? Orang lain nggak berguna, hanya kamu yang berguna? Kamu datang melawak ya?"   Begitu kata-kata Jordan selesai, semua orang langsung tertawa terbahak-bahak, juga mulai menunjuk-nunjuk Welly dan membicarakannya.   "Haha Welly Jardian, apakah kamu membaca terlalu banyak n****+? Dia pasti akan memanggil ribuan pasukan untuk datang ya? Haha ... lucu sekali."   "Jiah, rendah sekali. Dia sebenarnya tahu nggak sih apa yang sedang dirinya katakan? Tahu nggak siapa orang di hadapannya ini? Sesuai katanya, Tuan Muda Jordan nggak sebaik dia dong? Orang ini sungguh konyol."   "Welly mempermalukan kelas kita lagi. Apakah dia nggak sadar dengan kondisinya sendiri? Kamu lihat celananya saja sudah bolong, sungguh lusuh, tapi begini saja masih nggak lupa berlagak. Memang pantas dibicarakan orang-orang ...."   Suara ejekan dalam kerumunan orang, membuat tatapan Jordan pada Welly semakin menghina. Menurutnya, dia seharusnya menjadi peran utama dalam masalah hari ini. Sekarang Welly meloncat keluar mengatakan ini, jelas sedang merebut pusat perhatiannya.   Merebut pusat perhatianku? Kamu juga layak?   Jordan tersenyum, "Baiklah, kamu telepon saja. Bukankah kamu bilang hanya kamu yang bisa menyelesaikan masalah ini? Kalau begitu kamu selesaikan saja, aku akan senang melihatnya."   Sejak pandangan pertama Jordan pada Welly, dalam hatinya sudah jelas. Welly hanyalah orang miskin, bagaimana mungkin bisa menyelesaikan masalah.   Welly mendengar kata-kata Jordan langsung mengerti dengan maksudnya. Dia tentu saja tahu kalau dirinya hari ini sudah menyinggung anak orang kaya ini, nantinya mungkin akan menjadi sasarannya.   Dia bukannya takut, hanya tidak ingin memiliki banyak musuh.   Welly menghela napas dan berkata, "Aku nggak akan telepon, aku nggak bisa menyelesaikannya, kamu pergi saja."   Welly sudah tunduk pada pihak lawan, tapi Jordan jelas tidak terima. Dia tersenyum sinis berkata, "Jangan, kamu sebaiknya telepon saja. Aku lihat penampilanmu ini, pasti adalah master yang berkuasa. Aku hari ini mau lihat apakah kamu bisa menyelesaikan masalah ini."   Jordan melirik Welly, melihat dia tidak lagi bicara barulah berbalik ke arah lain.   "Hehe, aku sungguh bingung, kenapa siapa saja berani keluar untuk berlagak."   Anak laki-laki beranting itu segera mendekat dan berkata, "Tuan muda Jordan, Anda jangan mempermasalahkan orang ini, terlalu menurunkan harga dirimu. Hari ini selain kamu, siapa lagi yang bisa menyelamatkan Novita. Anda jangan marah, bagaimana kalau ... masuk dan lihat kondisi dulu?"   Jordan mengangguk dengan bangga, sambil berjalan masuk bar sambil berkata, "Kalian tunggu saja, aku sebentar saja sudah keluar."   Begitu Jordan masuk ke dalam bar, puluhan orang di luar bar kembali ribut. Anak laki-laki beranting itu melirik Welly dan mengumpat sesuatu. Kemudian berwajah gugup melihat ke arah pintu masuk bar.   "Welly, kamu tidak apa-apa, 'kan?" Candra menghela napas bertanya, "Hai, sebenarnya kamu tadi tidak seharusnya membual. Mungkin Jordan Gasman benar-benar tidak berguna, tapi juga bukan berarti bisa kearah ke kita. Kita sebaiknya harus tahu diri."   Welly mengerutkan kening dan melihat pada teman baiknya, "Kamu juga nggak percaya denganku?"   Candra tersenyum, Donny Jaka di sampingnya yang lama tidak bersuara juga tersenyum, "Sudahlah Welly. Aku tahu kamu begitu demi harga diri, tapi dengan kami berdua tidak perlu. Kamu juga jangan marah, nanti siang aku traktir, kita pergi makan hot pot, oke?"   Sebenarnya Candra juga bukan tidak bersedia mempercayai Welly, tapi kenyataan di depan mata. Menurut mereka, Welly saat ini tetap adalah si miskin yang dulu. Dia mendadak mengatakan dirinya bisa menyelesaikan masalah yang begitu besar. Tidak peduli siapa, mungkin juga akan menjadikan kata ini sebagai leiucon.   "Ya sudah kalau nggak percaya," Welly menghela napas dan berjalan ke samping. Dia mencari nomor yang diberikan Monica padanya kemarin kemudian meneleponnya.   Melihat Welly masih berpura-pura menelepon, Candra dan Donny saling bertatapan, kemudian menggelengkan kepala tidak berdaya.   Mereka tidak mengerti, kenapa dengan Welly belakangan ini? Mereka termasuk teman terbaiknya, namun Welly sekarang bahkan juga berakting di depan mereka.   "Sakitnya tidak ringan ...." gumam Donny tidak berdaya.   Welly mengabaikan mereka, telepon berdering kemudian terdengar suara Monica, "Halo Tuan muda Welly, ada apa?"   "Kamu yang menyuruh orang melakukannya, 'kan?" Welly berkata datar, "Perempuan di bar kemarin itu."   Monica tersenyum, "Anda sangat pintar, memang saya yang menyuruh orang menanganinya. Apakah Anda puas?"   Nada suara Welly menjadi lebih rendah, "Tidak puas, aku sudah bilang kemarin, kenapa kamu masih melakukannya?"   "Hehe, saya sudah memberikannya kesempatan kemarin. Orang ini yang tidak tahu menghargainya, jadi tidak bisa salahkan orang lain," Monica berhenti sejenak dan berkata, "Cara penangananku sekarang, sudah merupakan hukuman tingkat paling rendah. Anda adalah putranya Tuan Yohan, berani bersikap seperti ini pada Anda, tidak peduli siapa harus membayar harganya."   Mendengar kata-kata Monica, Welly menyadari kalau dirinya seperti dikurung oleh sesuatu dan sedikit tidak nyaman.   Dia tidak ingin menjadi seekor landak beracun, disentuh oleh orang langsung membuat orang mati keracunan. Dia hanya ingin hidup tenang seperti dulu.   "Sudahlah, lepaskan dia," Welly mengatakan dengan sungguh-sungguh kemudian menutup telepon.   Saat ini, di ruang tunggu VIP bandara Internasional Batang, Monica mengernyitkan alis semakin dalam.   Kemudian dia tersenyum dingin dan berbicara sendiri, "Kalian sungguh beruntung bertemu dengan tuan muda ini. Jika orang lain dalam keluarga Sardinan, kalian pasti sudah mati tragis!"   Selesai bicara, Monica menelepon sebuah nomor dan berkata, "Sudah, tuan muda sudah memerintah, berikan sedikit pelajaran dan lepaskan orangnya."   King bar, di dalam bar saat ini kosong, hanya ada beberapa pria kekar bertato berdiri di sana. Mereka menatap Jordan Gasman di depan dan menunjukkan cibiran.   Tapi Jordan saat ini seperti duduk di atas jarum, gugup hingga tangannya gemetaran. Meskipun beberapa pria kekar itu bergumam dan menertawainya, tapi dia hanya berani tersenyum menyanjung pada mereka.   "Hehe, bang, apakah orang yang pergi tanyakan pada Tuan Marcos sudah keluar?" Jordan tersenyum, "Anda bilang saja, saya adalah putranya Adam Gasman. Minggu lalu saya dan papa saya masih makan bersamanya. Saya rasa asalkan Anda mengatakannya, Tuan Marcos pasti akan ingat dengan saya."   Pria kekar itu mencibir dan mengumpat, "Orang yang Tuan Marcos temui dalam seminggu itu banyak. Perjamuan makan juga tidak kurang dari dua puluh kali. Dia ingat denganmu? Siapa kamu?"   Kata-kata pria kekar itu membuat wajah Jordan memerah. Pihak lawan berkata begitu, dia juga tidak berani mengatakan apa pun lagi, karena dia masuk saja sudah menghabiskan banyak usaha.   Akhirnya dirinya memberikan uang dan memohon-mohon pada mereka untuk memberitahu Tuan Marcos, tapi menunggu belasan menit juga tidak melihat orang itu turun.   Jordan merasa gusar, tapi tetap tidak berani menunjukkannya.   Disaat itulah, dari lantai dua bar berjalan turun pemuda kekar dengan kesal dan langsung berjalan pada Jordan.   Jordan merasa senang, orang ini adalah orang yang tadi menerima uangnya dan pergi menyampaikan pesan.   "Bang, Tuan Marcos bilang kenal dengan saya, 'kan?" Jordan tersenyum berkata, "Apakah saya sudah bisa naik?"   "Naik nenekmu!" Pria kekar berjalan ke depan Jordan dan menamparnya, kemudian menendang-nendang tubuhnya Jordan. Pria kekar itu sambil bicara sambil memaki, "b*****t, kamu sengaja mempermainkanku? Kamu sialan jika memang kenal dengan Tuan Marcos, kenapa Tuan Marcos masih memakiku? Bodoh ...."   Pria kekar itu memukul sejenak barulah berhenti. Setelah bernapas kuat barulah berkata, "Sialan, apakah kamu tahu orang yang disinggung oleh gadis di dalam itu adalah orang yang bahkan tidak bisa Tuan Marcos singgung. Kamu juga datang memohon, kamu kira siapa kamu? Aku katakan yang sebenarnya padamu, gadis di dalam pasti mati, kaisar datang juga tidak berguna. Cepat enyah, kalau masih berani muncul di hadapanku, aku pasti akan memukul mati kamu!"   Mendengar ini, hati Jordan seperti masuk ke dasar jurang dan bahkan berdebar. Orang yang bahkan tidak bisa disinggung oleh Tuan Marcos, kalau begitu itu tokoh seperti apa?   Dia semakin merasa dirinya lucu sekali, masih mengira dirinya bisa menyelesaikan masalah dan ikut-ikutan. Jika beneran sesuai kata pihak lawan, mungkin dirinya akan mudah terlibat ke dalam.   "Aku sudah salah, aku sudah salah ...." Jordan segera meminta maaf dan berlari keluar dengan berantakan.   Saat ini di lantai dua bar, dalam sebuah ruangan tunggal, seorang pria paruh baya yang wajahnya kasar dan penuh janggut sedang duduk di atas sofa.   Sejak dia menerima telepon tadi, dia terus duduk di sana melamun, di mulutnya bahkan berbicara sendiri, "Bukankah suruh membereskannya dengan kejam? Kenapa suruh lepaskan orangnya lagi?"   Orang ini adalah Tuan Marcos   Dia mendongak melihat pada Novita Louis yang diberi pelajaran dengan berantakan dan mendengus dingin, "Kamu beruntung, Tuan muda Welly memerintahkan untuk melepaskanmu. Hei sini, lepaskan dia!"   Novita mendengar ini seperti mendapat pengampunan dan langsung menangis. Dia tadinya merasa dirinya kali ini pasti mati.   Dia segera bersujud dan berterima kasih. Kemudian diseret turun oleh kedua anak buah Tuan Marcos.   Gerbang bar, sebelum keluar, Jordan segera merapikan bajunya yang berantakan dan membuka pintu. Puluhan orang itu segera mengelilinginya.   "Bagaimana Tuan Muda Jordan?" Ada orang yang bertanya gembira.   "Apakah ini masih perlu ditanyakan? Ada Tuan Muda Jordan, sekalipun Tuan Marcos juga harus melepaskan orang, benar tidak?"   "Pasti dong Tuan Muda Jordan, bagaimana?"   Hampir semua orang menanyakan bagaimana kondisinya, dirinya tadi sudah berjanji. Sekarang keluar dengan berantakan, jika bilang tidak berhasil menyelamatkan orangnya, bukankah akan sangat memalukan dirinya di Universitas Batang kedepannya?   Setelah berjuang dalam hatinya, Jordan mendadak memberikan senyuman palsu dan berkata, "Itu ... sudah kelar, tadi Tuan Marcos masih mengantarku turun langsung, Novita akan segera kembali ..."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD