bc

Istriku Ternyata Putri Konglomerat

book_age18+
8
FOLLOW
1K
READ
HE
forced
arranged marriage
heir/heiress
blue collar
drama
bxg
city
like
intro-logo
Blurb

Anyelir Elvina Handoyo telah mendapatkan pengkhianatan dan kecurangan berkali-kali di dalam hidupnya. Ia kemudian menyembunyikan diri sebagai putri Handoyo. Demi menyelamatkan diri dan kehidupan selanjutnya.Sementara itu, waktu akhirnya membuat Anyelir kembali ke kota asalnya, dimana di kota itu ia dapat banyak masalah hidup dan kabar buruk. Kembali ke kota tersebut sebagai calon istri dari cucu seorang nenek kaya, Vino Ranggara.Vino awalnya tidak menerima perjodohan itu. Ia berusaha memberi batasan dalam pernikahan. Awalnya memang tidak ada cinta antara Anyelir dengan Vino. Namun, seiring waktu banyak rahasia yang muncul dan membuat Vino menjadi tertarik pada Anyelir.Sayangnya, Anyelir adalah perempuan dingin. Siapapun belum ada yang bisa membuatnya bertekuk lutut. Bahkan dalam hubungan ranjang sekalipun.

chap-preview
Free preview
Bab 1. Pertolongan Dari Pria Misterius.
"Ingat lho Sayang. Aku cuma mau kamu tidurin dia, dan kalau bisa. Buat dia sampai hamil. Terserah kamu mau lakukan berapa kali buat kasih dia benih! Yang penting, setelah dia hamil. Kamu kudu tinggalin dia sampai akhirnya dia stres mikirin nasibnya sendiri!" “Apa kamu yakin kalau Anye bakal stres setelah itu!” “Yakin! Karena setelah malam ini, aku akan beri dia obat buat bikin tu anak ngerasa depresi dan makin lama makin gila. Kalau udah gila betulan, kita tinggal bawa dia ke rumah sakit jiwa, dan … kamu tau kan! Selanjutnya akan seperti apa?” Adel menatap sang kekasih. Miller tersenyum sambil menatap suka pada Adel. "Kamu bisa jadi satu-satunya pewaris keluarga Handoyo, dan aku akan jadi CEO di perusahaan papa kamu! Iya gitu ‘kan!” “Fix, betul sekali. Sekarang kamu bisa memulai rencana, tapi bentar dulu!" Adel, lantas tanpa ragu, kembali meraba wajah Miller yang pahatannya khas keturunan darah campuran. Sebenarnya ia merasa tidak rela, membiarkan pria itu meniduri saudara tirinya, tapi mau bagaimana lagi. Itu adalah cara paling tepat menurutnya. “Saat itu udah terjadi. Saat Anyelir udah tersingkir. Bisa aku pastikan, akulah yang nanti jadi satu-satunya penguasa perusahaan Handoyo, dan setelahnya kita berdua bisa menikah. Lalu kamu Sayang, yang lanjutkan kursi kuasa Handoyo, bukan Anyelir,” tambah Adel lagi. Ia menampakkan senyum seperti sudah berada di ujung kemenangan dari rencana jahatnya. Miller juga ikut tersenyum semakin semangat. Ia tentu sangat senang kalau sampai suatu saat nanti bisa jadi pemilik Handoyo. Perusahaan properti yang sangat besar dan berkembang abad ini. “Ehm … Adel! Kenapa Anyelir nggak langsung dilenyapin aja?" tanya Miller sambil menatap wajah Adel yang begitu dekat dengan wajahnya. Mereka berdua bahkan nyaris berciuman. "Itu terlalu kriminal dong Sayangku. Aku nggak mau ada yang bisa membuat kita nantinya masuk penjara. Lakukan saja perintahku untuk malam ini. Lagipula!” “Lagipula apa?” “Lagipula, aku mau dia menderita dengan pelan-pelan. Itu akan membuat aku lebih semangat!” “Kejam banget sih Sayang!” “Abis … dia punya segalanya. Kecuali kamu, kamu untuk aku!” “Iya bawelku yang cantik! Aku emang cuma milik kamu!" Miller mencubit ujung hidung Adel. Wanita itu sangat antusias untuk urusan ini. “Tapi, kamu mau kan melakukannya? Kamu kan cinta sama aku? Ya, meski aku agak cemburu sih ngebayangian kamu sama Anye lakukan itu!” "Jangan cemburu! Kan juga demi kamu!" Miller ingin berduaan sebentar dengan Adel. Ia sangat jatuh cinta pada wanita itu dengan seribu alasan. *** Sementara itu, Anyelir Elvina Handoyo, sedang dalam keadaan setengah tidak sadar.di atas tempat tidur. Ia mencoba membuka sepasang matanya yang amat berat. Kepalanya pusing, tapi masih bisa berusaha untuk bangun. “Ini dimana lagi?” Anyelir melihat sekeliling. Tidak ada satupun bagian dari tempat itu yang dirinya tahu. Semuanya kelihatan sangat asing. Anyelir kemudian bergerak dengan perlahan. Namun, karena kesadarannya yang belum sepenuhnya pulih. Ia pun terjatuh dari tepi tempat tidur. Membuat tubuhnya mendarat dengan keras ke lantai kamar. “Aduh! Pantatku sakit!” Tampak wajah Anyelir menahan nyeri, tapi gara-gara hal itu. Kesadarannya jadi pulih sepenuhnya. Anyelir berusaha bangun dan berjalan dalam kesunyian. Pelan-pelan sambil memperhatikan sekeliling, dirinya berusaha mencari pintu keluar. Namun, yang dijumpai oleh Anyelir adalah sebuah pintu yang lain. Bukan pintu yang diinginkan. Akan tetapi, pintu itu sangat menarik perhatiannya sekarang. “Kayaknya itu, pintu kamar mandi. “ Anyelir membuat dirinya fokus sejenak untuk menatap pintu itu dengan penuh selidik. Ia mendengar sayup-sayup orang berbicara dari sana. Hingga akhirnya, berhasil mendekati pintu tersebut, tanpa ketahuan. Pintu itu sedikit memberikan celah untuk terbuka. Anyelir mengintip dan melihat ada sosok yang dikenalnya dengan baik. Hanya saja, apa yang dilihat saat ini sangat menyakitkan. 'Itu, Miller kan? Ngapain dia ada di dalam kamar mandi berduaan sama Adel! Ya ampun …. Apa yang mereka sedang lakukan?’ batin Anyelir menatap dengan mata membulat. Rasanya tidak percaya. Ada d**a yang sesak karena Miller adalah kekasihnya dan tampak akrab dengan adik tirinya itu. Mulai mencari tahu, Anyelir mempertajam pendengaran. Ia dekatkan telinga ke daun pintu untuk mendengar setiap detail obrolan antara Miller dengan Adel. “Kalau begitu izinkan aku untuk segera memulai permintaan kamu Sayang!” ucap Miller yang sebenarnya sedikit merasa tidak sabar untuk memulai rencana malam ini. Rencana untuk menodai Anyelir. Adel mengerutkan kedua alisnya, menatap Miller dengan rasa cemburu. “Kamu kok kelihatan nggak sabar banget sih Miller,” gurau Adel. “Masak sih?” “Iya, kamu kelihatan nafsu sama Anyelir tau, bikin aku cemburu.” Miller menyentil ujung hidung Adel merasa gemas. “Kamu itu jangan cemburu. Aku mau tidurin dia, juga ‘kan demi kamu. Demi seorang Adel, kekasih yang sangat aku cintai!” rayu Miller. “Ya udah, kalau kamu mau lakukan sekarang.” Adel kembali mengerucutkan bibir. “Oh iya, lakukan dengan kasar dan sebisa mungkin sakiti si Anyelir itu. Aku akan sangat senang, kalau besok pagi melihatnya sudah berderai mata karena malam ini.” “Maksud kamu?” tanya Miller belum sepenuhnya paham. “Maksudnya. Aku pingin, Anyelir nggak cuma sakit hatinya aja. Tapi tubuhnya juga. Aku pengen dia menderita lahir dan batin! Tinggalkan bekas keganasan laki-lakimu yang bikin dia, nggak akan bisa lupa dengan kejadian malam ini!” ucap Adel lebih jelas. “Oh begitu! Baiklah! Apa sih yang nggak buat kamu! Akan aku lakukan sesuai keinginan kamu Sayang!" Miller mengecup kening Adel lagi. Sesaat kedua manusia itu hanyut dalam suasana yang didominasi dengan kehangatan. “Ya ampun, Sayang! Aku tau kamu sebenarnya cuma mau aku!” ucap Adel merasa gemas dengan tingkah kekasihnya malam ini. Dalam sepersekian detik, Anyelir masih mematung mendengar semua rencana tersebut. Ia merasa syok dengan kedua lutut yang seketika lemas. Dirinya mengerti sekarang kalau keberadaanya di dalam ruangan asing ini adalah untuk ditiduri oleh Miller. “Jadi kamu mau merenggut kesucianku malam ini Miller. Itu nggak akan terjadi. Karena aku akan kabur secepatnya dari sini," ucap Anyelir pada dirinya. Ia pun melempar pandang ke seluruh penjuru untuk mencari jalan keluar. Menurut Miller sendiri, sebenarnya ketimbang Adel, Anyelir lebih cantik dan seksi. Memiliki tubuh yang mengesankan dan mampu membuat sifat alami laki-laki yang butuh belaian terusik, bahkan dengan melihat saja, hasrat bisa dipastikan mendidih. Apalagi, malam ini Anyelir sangat cantik dan menggugah sekali. Miller sampai kesusahan untuk tidak terus menerus menatapnya tadi saat pesta ulang tahun berlangsung, hingga membuat Adel sempat cemburu. Akan tetapi, meski tampak cantik sempurna. Miller lebih memilih Adel untuk jadi pendamping hidupnya. Karena Adel lebih berani dan agresif dalam hal sentuhan. Ini sangat berbeda dengan Anyelir yang tidak suka disentuh. Lagipula antara dua bersaudara tidak sedarah itu, Adel terlihat lebih anggun juga berkelas karena lebih suka memakai pakaian mahal. "Baiklah Sayang, aku akan memulai rencana kita malam ini. Jangan cemburu lagi ya!" Miller melepas pelukan pada kekasihnya. Adel pun hanya bisa menatap dengan pasrah. Mendengar itu, Anyelir bergegas untuk segera menemukan cara supaya bisa keluar dari sana. 'Aku nggak mau tidur dengan kamu Miller. Nggak akan mau, bahkan dalam mimpi sekalipun. Aku benci sama kamu selamanya!' Anyelir merasa sedikit pusing 'Sial, ini pasti karena minuman tadi. Ah harusnya aku curiga sama Miller, kenapa dia memaksa sekali supaya aku minum minuman pemabuk itu!' Tubuhnya sempoyongan, tapi tetap harus berjalan. Anyelir sedang berusaha keras meraih pintu kamar, dan. Keberuntungan masih berpihak pada dirinya. Pintu itu tidak terkunci, Anyelir bisa sedikit tersenyum dan lega. Tinggal satu hal saat ini, secepatnya pergi menyelamatkan diri. Jangan sampai dirinya terlebih dulu pingsan, apalagi sampai ditemukan oleh Miller. Setelah berhasil keluar. Anyelir menengok ke kiri dan kanan. Kepalanya masih berdenyut sakit. "Hah …! Kepalaku pusing banget …! Aku harus cepat pergi dari sini!" Terdengar suara nafas Anyelir yang begitu panjang. Ia masih menahan pusing. Namun, tetap harus berjalan ke arah manapun agar bebas dari jebakan Miller dan Adel. Kebetulan menemukan lift hotel. Anyelir pun masuk ke dalamnya. Ia berharap bisa segera turun menuju lantai paling bawah. Namun, lift tersebut sangat penuh. Kebetulan sekali, penampilan Anyelir malam itu memang sangat menggoda dan terbuka. Anyelir berusaha waspada. Hanya butuh sedikit waktu untuk segera keluar dari lift. Akan tetapi, waktu seperti terasa berjalan sangat lama sekali. Anyelir mulai risih dengan sentuhan sengaja dari pria yang berdiri di sampingnya. Pria itu juga mulai meraba lengan Anyelir yang begitu terbuka. “Apaan sih!” ucap Anyelir dengan ketus sambil menatap kesal pada pria yang tidak dikenal itu. Ia berusaha menjaga jarak, tapi kondisi lift itu terlalu padat. Sehingga mau bergeser pun percuma. Tiba-tiba seorang laki-laki yang sepertinya mengetahui kejadian buruk di dalam lift itu, dan berdiri tepat di belakang Anyelir. Berinisiatif untuk melepas jas miliknya, lalu memberikannya pada Anyelir. Ia pasangkan jas itu dengan sangat cepat guna menutup kulit halus Anyelir yang terbuka. “Ah!! Apa ini?” Anyelir sedikit terkejut. Ia melihat sebuah jas yang tiba-tiba membalut tubuhnya. Anyelir berusaha melirik ke belakang. Mencari tahu siapa yang memberikan jas tersebut. Akan tetapi, tiba-tiba rasa nyut-nyut di kepalanya semakin menjadi, dan penglihatannya jadi menurun juga sedikit buram. “Maafkan saya, saya tidak akan mengganggu!” Terdengar suara pria memohon. ‘Apa itu, suara pria yang berani melecehkan aku barusan. Apa yang sudah terjadi. Kenapa dia bicara begitu?' batin Anyelir bertanya-tanya. Ingin rasanya, Anyelir memutar tubuh dan melihat wajah pria yang sudah rela memberikan jas untuk menutupi tubuhnya. Namun, belum sampai mengetahui siapa sosok penolong tersebut. Pintu lift sudah terbuka. Pria penolong itu berjalan keluar lift begitu saja. “Hey! Tunggu, nama kamu siapa? Aku belum bilang terimmakasih sama kamu!” ucap Anyelir sedikit teriak. Namun, pria yang dimaksud telah pergi begitu saja. Anyelir hanya bisa menatap punggung pria itu menjauh dan semakin jauh hilang dari pandangannya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
189.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.3K
bc

My Secret Little Wife

read
97.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.9K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook