Chapter 7

646 Words
Setelah dirasa menjauh dari rumah Zulfa. Kini Daniel dan Hanif berdiri saling berhadapan. Keduanya sama-sama memancarkan raut wajah serius. "Santai aja kali natapnya.." Daniel terdiam. "Justru kamu yang saat ini tidak santai dengan keberadaan ku. Apakah aku benar?" Hanif tersenyum dengan raut wajahnya yang terlihat meremehkan. Lalu ia tertawa. "Aku? Khawatir sama keberadaanmu? Hahahaha! Untuk apa? Aku-" "Takut kalau hubunganku sama Nafisah ada perkembangan? Atau Nafisah yang akan memilihku daripada kamu?" "Cih, jangan percaya diri. Oke, mungkin kamu lebih kaya daripada aku. Kamu bisa saja memberikan banyak hadiah padanya. Terus dia terkesan, baper, atau lain sebagainya. Tapi asal kamu tahu, semua itu tidak ada gunanya.." "Ada gunanya atau tidak, itu tidak penting. Tapi aku yakin, sebenci apapun dia denganku, suatu saat dia akan menyukaiku. Bukankah cinta dan benci hanyalah beda tipis?" Daniel terlihat santai. Tidak takut sama sekali kalau pria di hadapannya kali ini adalah bagian dari keluarga Nafisah yang harusnya dia hargai atau hormati. Hanif menghedikkan bahunya tak perduli. "Pria sepertimu, sungguh memprihatinkan. Yang jelas, Nafisah tidak akan pernah lagi membuka hatinya pada siapapun." "Termasuk dirimu?" "Bisa iya, bisa juga tidak. Tapi aku sama dia itu, seakidah." Dengan rasa percaya diri Hanif pergi meninggalkan Daniel begitu saja. Meskipun sebenarnya ia sendiri juga tidak yakin kalau sesungguhnya Nafisah belum tentu mau dengan dirinya atau tidak. Berbeda dengan Daniel sendiri saat ini. Untuk pertama kalinya ia terbungkam karena kalah ucapan oleh Hanif. Kata-kata Hanif barusan adalah sentilan buatnya. Daniel menghela napasnya, 5 tahun ia di negara ini, dengan sadar ia dan Sofia mulai terbiasa dengan orang-orang yang beragama muslim di sekitarnya. Tapi ia lupa, kalau wanita yang ia sukai justru berbeda keyakinan dengannya. **** Kami sudah menerima naskah anda yang berjudul Jodoh Dari Lauhul Mahfudz dan mengucapkan Terima kasih banyak telah mempercayakan kami sebagai salah satu penerbit pilihan anda. Kami sangat mengerti usaha dan upaya anda dalam membuat naskah ini sungguh tidaklah mudah. Namun sayang, kami tidak bisa menerbitkannya karena belum sesuai dengan agenda penerbitan kami. Kami mohon maaf apabila pesan ini kurang berkenan. Penerbit kami senantiasa terbuka menunggu karya selanjutnya. Terima kasih.. Dengan lesu Nafisah menutup laptopnya. Ini sudah kesekian kalinya naskah novelnya di tolak. Nafisah memaksakan senyumannya. "Mungkin belum rezekinya. Pokoknya aku harus semangat dan-" Tok! Tok! Tok! Nafisah terdiam. Pintu terketuk pelan. Dengan cepat ia segera meraih khimarnya dan memakainya. Hanif terdiam sesaat setelah Nafisah membuka pintu kamarnya. "Aku ganggu?" "Hm, iya. Ganggu banget.." "Tapi yang paling mengganggu itu si Daniel kan?" Nafisah hendak menutup pintu kamarnya. Namun Hanif mencegahnya. Tatapannya begitu serius. "Aku ingin mengatakan hal penting padamu.." "Soal apa? Dia? Nggak penting banget." "Aku serius.." "Ya terus, apa?" "Jangan pernah mau didekatin sama dia." "Loh yang dekat sama dia siapa sih?" "Ya kamu, lah. Masa iya, Pak De?" "Mas... Please. Aku nggak ada waktu buat bahas ginian apalagi menyangkut urusan pria lain." "Nafisah-" "Udah ya, udah, aku mau masuk.. " "AKU GAK SUKA KAMU SAMA DIA!" Seketika Nafisah terbungkam. Ia terkejut melihat Hanif untuk pertama kalinya berbicara lantang penuh peringatan padanya. Hanif menatap Nafisah yang akhirnya ia juga merasa bersalah telah bernada tinggi di depannya. "Alasannya apa?" lirih Nafisah pelan. "Ya karena... " Hanif terdiam. Bingung mau berbicara apa. Saat ini, ia seperti pria pencemburu. Tapi ia tidak mau adik sepupunya itu salah paham. "Mas?" "Karena aku lebih ganteng dari dia. Dah lah, aku mau tidur." Nafisah kesal apalagi Hanif pergi begitu saja. Kakak sepupunya itu memang suka bercanda. Tapi ia yakin, ucapannya tadi memanglah serius. "Gak mungkin Mas Hanif suka sama aku. Bahkan dia tahu, bagaimana hancurnya aku di masalalu.. " **** Ketika kehidupan Nafisah mulai di keliling sama dua orang pria sekaligus. Yang satu ingin deketin, yang satunya malah gak rela ? Ah iya, makasih ya sudah baca part ini. Doakan aku ya, biar bs konsisten nulis setiap hari ☺ Aku gak berharap banyak kok. Kalian suka cerita ini aku sudah bersyukur ? ❤ With Love, Lia Instagram : lia_rezaa_vahlefii
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD