When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Nayla setengah berlari membuka pintu gerbang melihat Widi pulang. Setelah mobil Widi masuk, Nayla segera mendekat, berharap ada Bian disana. "Mana Bian, Mas?" tanya Nayla cemas tidak melihat siapapun di mobil. "Bian sudah tidur di rumah Arman," "Tapi besok Bian harus sekolah, Mas!" "Iya, aku tahu, Nay! Besok setelah shalat subuh, kita bawakan seragam dan bukunya. Sekalian kita antar ke sekolah." Nayla terdiam mematung ditempatnya, lututnya terasa lemas. Walau Bian bersama papanya, tetap saja Nayla tidak tenang. Ia curiga arman merencanakan sesuatu, kalau tidak mengapa Arman membawanya diam-diam? "Dik, ayo masuk!" Widi menarik tangan Nayla lembut. "Sepertinya tadi Bian kelelahan habis main, makanya dia tertidur sangat lelap." ujar Widi berusaha menenangkan Nayla. "Mas sud