Langkah ku terhenti saat tepat berada di depan saung. Mataku membulat melihat balon-balon foil yang membentuk tulisan ucapan selamat ulang tahun untuk Maya. Seketika darahku berdesir. Aku lupa ini adalah hari ulang tahun penikahanku dengan mas Arman dulu, yang bertepatan di hari ulang tahun Maya. Pantas saja mas Widi tidak mau mengatakan acara apa yang akan kami hadiri. "Mas Widi," panggilku. "Iya," sahutnya berbalik. "Tega sekali kamu, mas, mengajak saya ke sini? Tolong berikan Bian pada saya!" ujarku ingin meraih Bian dari gendongannya. "Nay, berhentilah bersikap seperti ini di depan mantan suamimu itu! Dia akan besar kepala melihat kamu seperti inj! Tenang, Nay! Ada aku di samping kamu!" bisik Mas Widi mempertahankan Bian. "Mas Widi sama siapa?" tanya Maya mendekat. Seketi