Part 29
"Hihi." Mendadak Melani tertawa di sendiri setiba di kantin.
"Lo napa dah? Suara lo nakutin banget." Cantika buru-buru menjaga jarak dari Melani.
"Ish." Melani mendekati Cantika lagi sembari menggandeng tangan Cantika.
"Risih gue Lan." Cantika mengibaskan tangannya yang digandeng Melani, begitulah Melani suka menggodanya dan membuatnya sebal.
"Hehe kan sayang teman." Melani terkekeh dan memasang wajah tak berdosanya.
"Sayang teman gundulmu." Cantika mendengus kemudian matanya menyapu pandangannya ke sekitar kantin. Ia hanya menemukan dua teman Malik yang sedang bersenda gurau di meja biasa mereka berkumpul namun tak ada tanda-tanda Malik disana membuat Cantika menghela napasnya pelan.
"Yuk ke meja temen cowok lo!" Melani dengan semangat tangannya menunjuk ke meja mereka.
"Eh gak---" Melani tetap memaksa Cantika dan menggandeng tangannya lagi. Akhirnya Cantika pasrah saja dibawa ke meja yang tempati teman-temannya Malik.
"Halo?" Melani melambaikan tangannya ke arah mereka dan menyapa mereka sembari tersenyum ramah.
"Halo juga, eh ada Cantika." Zidan langsung berdiri dan memberikan kursinya kepada Cantika agar ditempati gadis tersebut.
"Ish gue diabaikan." Melani mendumel dan menatap sinis ke arah dua lelaki yang salah satunya lebih memilih sibuk pada ponselnya.
"Gue kan belum kenal sama lo cuman ketemu doang kemarin." Zidan masih kesal pada Melani yang fokusnya tertuju pada Vardo saja.
"Lo aja gak mau kenalan sama gue dan mengabaikan gue. Padahal gue lebih ganteng daripada Vardo yang lo lihatin dari tadi," ucap Zidan lagi.
"Ish karena Vardo lebih menarik daripada lo." Melani mencebikkan bibirnya.
"Gak ada yang menarik dari gue." Vardo pun membuka suaranya dan memasukan ponselnya ke dalam saku celananya. Vardo mendongakkan wajahnya dan menatap Melani yang tertipu malu.
"Ada lho." Melani bergegas berdiri di samping Vardo sambil meremas kedua tangannya sendiri.
"Hadeh mulai deh ini bocah satu." Cantika geleng-geleng kepala dan duduk di tempatnya Zidan tadi secara tiba-tiba membuat Zidan terlonjak kaget.
"Astaga Tik, kaget tau." Zidan mengusap daadanya yang berdebar akibat suara keras tiba-tiba di sampingnya.
"Sorry Dan." Cantika tersenyum tipis.
Disini hanya ada dua kursi saja dan mejanya juga tidak berukuran besar.
'Coba kalau dia gak pinter bela diri dan bukan teman kesayangan Malik. Bibir gue gatel mau hujat sumpah'--Zidan membatin. Zidan masih belum terima dirinya dikalahkan kemarin waktu duel hingga tangannya sakit selama tiga hari.
'Eh tapi gue kan anti jahat ke cewek, waduh'--Zidan memegang bibirnya meski ia berbicara di dalam hatinya.
"Heh." Cantika menepuk pinggang Zidan.
"Eitss." Zidan mengusap pinggangnya dan mengaduh kesakitan.
"Kan kena pukul lagi." Zidan mendengus sebal dan menghindari Cantika dan memilih berdiri agak jauhan.
Cantika tersenyum samar sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali melihat kelakuan Zidan. Ia tidak membenci temannya Malik itu karena Zidan menurutnya juga lucu dan anaknya polos sekali.
"Ekhem." Di sisi lain, Melani mencoba PDKT kepada Vardo meski gelagat cowok itu begitu acuh dan memilih menatap ke arah lain, bukan ke dirinya.
"Hmm?" Vardo berdeham saja.
"Lo sudah punya pacar?" tanya Melani berbasa basi.
"Enggak."
"Wah jomblo dong?"
"Iya."
"Emm lagi deket sama cewek gak?"
'Kan kang kepo bermulai'--Cantika berkomentar soal tingkah temannya di dalam hatinya.
"Enggak."
"Waw syukurlah." Lama-lama kedua kaki Melani terasa pegal akibat berdiri terlalu lama. Melani meringis seraya membungkukan badany sedikit sambi tangannya sebelah memegangi salah kakinya. Tingkah Melani itu tidak diketahui oleh Cantika dan yang paham ialah Vardo yang duduk di bangku sebelahnya.
"Kenapa emang?" tanya Vardo sembari melirik gadis itu sekilas dan ia juga tau kalau Melani capek berdiri lama di sampingnya.
"Bisa kali anu apa ya pedekate hahay." Melani tersenyum lebar dan melonjak-lonjak sebentar.
"Centil banget deh Lan." Cantika memperingati temannya, ia tau kalau Vardo risih berada di dekat Melani karena sikap temannya itu yang terlalu berlebihan.
"Ish diam dulu Tik, namanya juga lagi deketin Vardo. Ya walau susah sih karena cuek bebek begini ish." Melani mencebikkan bibirnya sambil menggaruk rambutnya.
"Hahaha cuek bebek yuhuu." Zidan mengejek Vardo dan entah sejak kapan Zidan sudah duduk di atas kurso dan diletakkan di samping Melani.
"Diem deh lo." Vardo mengibaskan tangan Zidan yang menepuk pundaknya beberapa kali.
"Heleh itu lho ada yang suka sama lo, jangan dicuekin napa." Zidan makin semangat menggoda temannya tersebut.
"Temennya aja peka sama lo enggak sih, iya nih gue emang lagi pengen deketin lo kalau belum siap ya mending temenan dulu gak papa." Melani terkekeh pelan dan Cantika mengamati mereka saja.
"Kalian ini ganggu ketenangan gue deh, gue gak suka ya ribut-ribut hal-hal gak berguna begini dan juga lo, lo tuh cewek punya harga diri napa sih? Jangan kecentilan beginilah bikin gue ifeel sama lo." Vardo beranjak berdiri hingga kursi yang didudukinya berbunyi keras dan mengangetkan orang-orang yang mendengar suara berasal dari bangku mereka.
"Maaf." Melani menunduk takut dan memasang wajah bersalahnya. Sontak kejadian itu membuat Cantika berdiri dan mendekat ke Melani.
"Bisa gak sih sama cewek itu berkata lembut dan gak kasar gini? Gak semua orang sama mau menerima ucapan kasar begini apalagi cewek yang lemah lembut hatinya. Ya gue tau lo keganggu karena temen gue tapi nyadar gak sih, suara lo bikin dia takut." Cantika menatap kesal ke Vardo kemudian melihat Melani berlari keluar dari kantin sambil membekap mulutnya.
"Kaget tuh dia. Untung gue gak pernah kasar ke cewek." Zidan berdekap d**a dan merasa bangga pula tidak pernah menyakiti cewek.
"Cih." Cantika berdecih sinis menatap Zidan.
"Eh ada apa ini? Kayak habis ada keributan?" Malik baru datang ke kantin dan berjalan menuju bangku mereka.
"Tanya aja sama temen lo itu." Cantika menunjuk Zidan.
"Habis berantem kah?" tanya Malik lagi yang masih kebingungan karena tidak paham apa yang sebelumnya terjadi soal teman-temannya ini dan mengapa suasana mereka menjadi bersitegang.
"Males gue jelasin," balas Vardo dan berlalu pergi juga.
"Yah yah malah pergi dia." Zidan berkacak pinggang dan menatap punggung Vardo hingga menghilang dari pandangannya.
"Biarin aja." Cantika menyahut.
"Kenapa sih?" Dahi Malik berkerut bingung.
"Ada masalah kecil," jawab Zidan.
"Iya, masalahnya apa?"
"Nantinya lo bakal tau sendiri," jawab Cantika.
"Hadeh, kalian ini." Malik memijat pelipisnya pelan.
"Btw, lo habis kemana?" tanya Zidan penasaran karena tadi Malik pamit kepadanya dan Vardo secara mendadak saat dipanggil guru olahraga.
"Biasa Dan, disuruh ikut ekskul sepak bola." Malik tersenyum tipis.
"Ya bagus dong, lo keren kalau main." Cantika memuji Malik sambil mengacungkan jempolnya.
"Tapi gue gak mau."
"Lho kenapa?"
...