Delapan

1118 Words
Hari jum'at adalah hari yang paling disukai oleh Tasya. Bagaimana tidak karena hari jum'at jam belajarnya lebih sedikit. Mata Pelajaran Favoritnya Bahasa Jerman dan Prakarya kan ada di hari itu. Pukul 2 nanti adalah saat yang ditunggu olehnya karena itu kan jadwal latihan Pramukanya. Gina dan Silvi kebetulan tidak ikut Pramuka.  Jadilah ia bersama Alin teman sebangkunya. Tasya bersemangat jika latihan Pramuka karena ia akan bertemu dengan Rangga. Siswa terpintar di sekolah itu karena tiap semester selalu mendapat nilai tertinggi alias juara umum. Cowok dingin yang dijuluki Beruang Kutub oleh Silvi. " Tasya kamu suka sama kak Rangga ya." Alin tiba-tiba bertanya kepada Tasya yang sedang mengerjakan tugas. Sebetulnya itu tugas untuk minggu depan namun Tasya memanfaatkan waktu luangnya untuk membereskan tugas tersebut. Mereka berada di dalam ruangan kelas X IBB. Menunggu siswa putra melaksanakan sholat jum'at. " He..he..ssttt jangan keras-keras ntar ada yang denger." Tasya memberikan cengiran kecilnya. Tampak malu-malu.  Lalu menempelkan jari telunjuknya di bibir tipisnya. "Di sini cuma kita berdua kali. Cie...bener kan. Dari awal kan kamu sering banget ngomongin dia." Alin tersenyum menggoda Tasya. Kini pipi Tasya yang putih terlihat memerah. Hubungan mereka berdua cukup dekat juga namun Alin jarang ngumpul karena harus membantu ibunya di warung nasi. Keluarganya membuka usaha warteg. Terlebih ia bukan dari keluarga berada seperti Silvi, Gina dan Tasya. Hal itu yang terkadang membuatnya agak minder. Padahal Tasya tidak pernah membeda-bedakann teman. " Kamu jangan comel. Yang tahu kan cuma Gina dan Silvi." Tasya memperingati. Soal asmara Tasya sama sekali belum berpengalaman. Boleh dibilang ini kali pertama ia jatuh cinta. Waktu SMP pernah juga sih ngeceng- ngeceng tapi cuma suka aja. " Santai aja. Mau aku comblangin?Kostan dia kan deket rumah aku lho." Alin menatap Tasya. Sekarang keduanya mulai berbicara serius. " Beneran kostan dia deket rumah kamu? ko kamu ga pernah bilang." Tasya membereskan buku-bukunya. Tema tentang Rangga lebih menarik perhatiannya. " Iyalah beda 5 rumah. Tiap hari Kak Rangga makan di tempat ibuku.  ngapain juga aku bikin pengumuman kamu kan ga pernah nanya." " Kak Rangga orang mana sih aslinya pake ngekost segala?" Tasya mengorek informasi lebih lanjut. " Setahu aku sih dia asli Padang. dulu tinggal sama bibinya. Tapi mereka pindah ke Tanggerang. Jadinya kak Rangga ngekost. Baru sekitar 6 bulanan lah." Alin membocorkan informasi. " Orang Padang!? Aku juga setengah Minang lho. Papa aku kan dari Bukit Tinggi Sumatra Barat." Seru Tasya setengah tidak percaya. Jodoh apa kebetulan sih. " Cocok tuh. Jodoh. Aha...ha..." Alin tertawa renyah. " Kalian suka ngobrol? ko kamu tahu banyak tentang dia?" Tasya makin penasaran. " Mas Galih kakak aku kan sekelas sama dia." " iya, aku lupa. mereka kan XII MIA 4" Seru Tasya lagi. " Kapan-kapan kamu main ke rumah aku. Nanti Aku tunjukin kostannya" " Oke deh...kapan yah. Hari minggu aku main deh ke rumah kamu." *** " Waduh kalian berdua aja nih...ke kantin yuk laper banget nih." Yusuf muncul. Ia baru selasai jumatan. " Eh si Asep kemana." Tasya bertanya heran. Mereka kan duet maut yang tak terpisahkan di kelas itu. " Pulang. bolos latihan katanya sih mau ke Bandung jenguk neneknya." Jawab Yusuf. Di kelas IBB yang berjumlah 19 orang siswa itu hanya ada 2 orang siswa laki-laki. Yusuf sang KM  yang juga anak guru di sekolah itu dan Asep anak juragan bakso yang tersohor. Asep nama lengkapnya Asep Sucipto. Ayahnya jawa ibunya sunda. Karena sejak lahir tinggal di Jakarta lebih kental dengan logat betawi. Jadilah Asep dan Yusuf siswa terganteng di kelasnya. " Ntar. Aku sama Alin mau sholat dulu. Sana aja ke kantin duluan." Tasya memerintah. " Oke. tapi beneran ya ke kantin." Yusuf memastikan. " Maksa amat sih mau nraktir ya?" ujar Tasya. " Bukan. mau minta dibayarin" Jawabnya tanpa malu-malu. Akhir bulan kaya gini uang jajannya udah menipis. Yusuf yang biasa dipanggil Ucup sering memanfaatkan Tasya. " Dasar si Ucup. Dimana-mana cowok yang bayarin." Alin mendelik. Tidak suka dengan ulah Yusuf. " Tasya aja ga protes." " Oke. udah sana jalan duluan. Aku bayarin kok. Subsidinya cuma 10ribu aja ya." Tasya terkikik. **** Di Kantin Sekolah Suasana sangat sepi. Hanya ada beberapa siswa saja yang duduk. Kebanyakan dari mereka sudah bubar. Sebentar lagi kantin sudah mau tutup. " Eh ada Erik...lu latihan PA ya." Yusuf mendekati sepupu Tasya yang duduk sendirian tanpa didampingi gengnya. " Yup." Jawabnya pendek. Hari jum' at adalah jadwal ekstrakurikuler Pramuka dan Pecinta Alam. Erik dan teman-temannya ikut ekskul tersebut selain basket. Cowok banget. " Nebeng duduk ya." Yusuf mendudukkan bokongnya di kursi samping Erik. " Tasya mana?" Erik menanyakan keberadaan sepupunya. " Sama Alin. Tuh dia..." Yusuf menunjuk ke arah Tasya dan Alin yang terlihat dari arah kejauhan. " Erik..kamu tumben sendirian." Tasya merasa aneh. " ini sama Ucup." Jawabnya. " Maksudnya ga bareng sama geng kamu?" Tasya memepertegas pertanyaannya. " Si Azril sama Rio lagi mojok bareng pacar baru mereka. Gilang ke toilet." " Udah pesen makanan?" Tasya melirik Yusuf. " Belum." " Cepetan pesen aku mau Empek-mpek sama Es Jeruk." Perintah Tasya sok ngebos. " Samain aja. Aku juga itu." Seru Alin. " Erik kamu pesan apa. Biar sekalian gue pesenin?" Tanya Yusuf " Batagor kuah sama jus Mangga. samain sama Gilang ntar tuh anak kesini" jawabnya. " Berhubung ada Erik jadi nanti yang bayar Erik ya." Tasya tersenyum ceria karena uangnya dijamin selamat. Lumayan hemat 45 ribu. " Iya, Iya...." *** Hari Jum'at biasanya saat latihan Pramuka siswa dan siswi selalu dipisah. Namun kali ini semua anggota putra dan putri yang berjumlah 80 orang itu digabungkan dalam satu ruangan. Mereka kini berada di Aula mendengarkan pengumuman yang disampaikan oleh pembina. " Sabtu depan kita akan camping di Bogor. Sekalian pelantikan." Seru Pak Wisnu sang pembina Pramuka. Sejak SD Tasya aktif mengikuti Pramuka namun jika berhubungan dengan camping ia selalu menolak ikut serta. Ada saja alasan yang dibuatnya, untuk menghindari yang namanya camping. Tasya bawaannya memang manja. Katanya sih camping itu menderita. Banyak nyamuk, dingin, tidur hanya di tikar, susah mandi dll. Selain itu Tasya juga penakut. " Wajib ya?" Bisik Tasya kepada Alin. Ada rasa enggan untuk ikut terlibat. " Ya, iyalah." Jawab Alin. Tiba-tiba Rangga yang bertugas membagikan kertas surat pemberitahuan untuk orang tua berada di samping Tasya. Alin dan Tasya duduk paling depan jadinya mereka mendapat surat lebih awal. " Makasih ya Kak." Tasya menerimanya diiringi senyum manisnya. deg deg deg Selalu begitu jika berdekatan dengannya. Diam-diam Rangga yang belum pernah punya pacar tertarik dengan sosok Tasya. Sayangnya pemuda itu bukanlah sosok agresif seperti kebanyakan siswa lainnya. " Kamu ikut?" Tanyanya. Tadinya Tasya enggan ikut. tapi setelah menerima kertas yang diberikan oleh Rangga anak itu malah antusias. Ia ingin ikut kegiatan itu untuk pertama kalinya. Alasannya pasti karena ingin dekat Rangga. " InsyaAllah Kak, aku ikut." Jawab Tasya dengan semangat 45. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD