Kediaman Aifa, pukul 20.30 malam. Jakarta Timur.
Aifa baru saja mengakhiri panggilannya dengan Ray di Solo beberapa menit yang lalu. Di sebelahnya, ada koper besar miliknya dan milik Rex beserta koper milik si kembar Rafa dan Rafi karena besok pagi Aifa dan keluarga besar Hamilton akan melakukan perjalanan ke kota Solo untuk menghadiri opening peresmian perusahaan terbaru Franklin besok lusanya.
Pintu kamar terbuka pelan, Aifa menoleh kearah sana dan berdirilah Rex sambil menyampirkan jas formalnya di lengan kanannya. Aifa meletakkan ponselnya diatas tempat tidur.
Aifa segera menghampiri suaminya. Tak hanya itu, seperti biasa ia pun mencium punggung tangan suaminya di ikuti dengan Rex yang mencium kening Aifa.
"Bagaimana keadaanmu hari ini, sayang?" tanya Rex tersenyum tipis.
Aifa bisa melihat bagaimana raut wajah Rex yang terlihat lelah. Ikatan dasi di kemejanya melonggar. Aifa tak banyak bicara, ia pun menarik pergelangan tangan Rex untuk duduk di pinggiran ranjang.
"Alhamdulillah Aifa baik. Mas sendiri?"
"Alhamdulillah aku juga baik."
"Oh iya, bagaimana keadaan Daddy?"
"Aku dan adik ipar Frankie sudah melaporkan penipuan investasi yang menimpa Daddy kepada pihak kepolisian. Saat ini mereka sedang menyelidikinya."
Rex menatap Aifa yang menuangkan segelas air putih di atas meja kecil yang ada di kamar itu. Salah satu yang di lakukan Aifa ketika menyambut kedatangan dirinya setelah pulang bekerja.
Tanpa sengaja tangan Rex menyentuh ponsel Aifa di tempat tidur yang sedang menyala. Rex mengerutkan dahinya bertepatan saat Aifa menyodorkan segelas air putih untuknya.
"Alhamdullilah. Semoga penipu itu lekas tertangkap. Ini Mas, air putihnya, di minum ya."
"Terima kasih." senyum Rex tipis sambil meneguk segelas air putih hingga habis. Rex menyerahkan gelas tersebut ke Aifa. "Kamu habis berkomunikasi dengan Ray?"
Aifa terdiam. Ia mengangguk sambil memegang gelas. Aifa meletakkan gelas tersebut diatas meja kemudian duduk di sebelah Rex.
"Iya, Aifa tadi telpon Ray."
"Apakah ada hal yang penting?"
"Iya, penting banget Mas."
"Soal apa?"
Aifa memeluk lengan Rex kemudian menyenderkan dahinya pada pundak Rex.
"Aifa hanya ingin tahu apakah selama di Solo, Rayna dan Franklin terlihat dekat? Bisa jadi ada chemistry diantara keduanya kalau terlibat hubungan pekerjaan."
Bukannya menjawab, dengan perlahan Rex menjauhi Aifa. Ia berjalan kearah jendela dan bersedekap.
Raut wajahnya terlihat tidak suka bahkan dalam hati ia cemburu. Aifa pun mendekati Rex dan memeluk lagi lengannya.
"Mas jangan marah ya.."
"Aku hanya tidak suka melihatmu berkomunikasi dengan Ray hanya karena masalah yang tidak penting."
"Tapi-"
"Franklin akan menemukan sendiri jodohnya suatu saat. Sebagai Kakak, alangkah baiknya kamu mendoakan yang terbaik untuknya. Tidak perlu mencari tahu secara detail apakah Franklin dekat dengan Rayna atau tidak."
Aifa sadar sejak dulu Rex begitu cemburu dengan Ray yang notabennya adalah adik tiri suaminya itu.
"Maafin Aifa."
Rex memeluk pinggul istrinya yang terlihat sedih. "Jangan diulangi lagi. Biar bagaimanapun aku tidak suka melihatmu berkomunikasi dengan hal yang tidak penting sama Ray. Apalagi saat di masalalu dia pernah menyukaimu sebelum dia menikahi Aisyah. Kamu harus ingat itu Aifa."
Keesokan harinya, Pukul 10.00 siang. Desa Grogol kabupaten Sukoharjo.
Misha terlihat mondar mandir didalam kamarnya. Ia sedang cemas terhadap dua hal. Yang pertama adalah kepergian Hamdan sejak semalam dan tidak kunjung pulang hingga sekarang. Ia sudah mencarinya ketempat biasa tongkrongan Kakaknya namun tidak ketemu.
Dan yang kedua, soal Franklin. Ia tidak menyangka kalau tadi malam bertemu lagi dengan pria itu di toilet kedai kopi Van Java. Padahal ia ingin mengucapkan terima kasih pada pria itu setelah sebelumnya sempat menolongnya saat pingsan.
Tanpa banyak bicara Misha pun menghubungi Anita melalui panggilan ponsel.
"Asalamualaikum, Mbak Nita?"
"Wa'alaikumussalam. Iya Sha?"
"Mbak, mohon maaf sebelumnya. Ada hal penting yang ingin saya sampaikan."
"Soal apa, Sha?"
"Tapi, em saya malu hanya untuk membicarakannya."
Suara Anita tertawa pun terdengar. "Misha, Misha, kita itu sudah lama saling kenal. Kamu sudah aku anggap seperti Adikku sendiri, jadi santai saja. Mau bicara apa sih?"
Misha terlihat salah tingkah. Ia pun memutuskan keluar kamar dan duduk di kursi ruang tamunya.
"Ini soal teman Mbak Nita."
"Teman saya? Teman yang mana?"
"Em itu.." Misha merasa telapak tangannya sudah berkeringat dingin. "Temen Mbak yang sudah menolong saya waktu saya pingsan."
"Maksud kamu Franklin?"
"I-iya Mbak."
"Kok suara kamu tergagap begitu? Kamu baik-baik saja?"
"Ha? Em itu, anu.. em ya. Aku baik-baik saja."
Anita tertawa lagi dan Misha merasa malu bahkan merutuki kebodohannya sendiri.
"Kenapa tidak berterima kasih secara langsung sama dia, Sha?"
"Maaf Mbak, saya nggak bisa."
"Loh kenapa?"
"Saya malu. Em, bisa tolong sampaikan hal tadi Mbak?"
"Oke.. oke.. kamu ini ada-ada saja, Sha. Baiklah nanti aku sampaikan hal ini sama dia kalau dia ada berkunjung ke kedai kopi atau bertemu dengannya di luar sana."
"Iya Mbak. Sekali lagi terima kasih. Maaf merepotkan."
"Tidak masalah, Sha. Yaudah hari ini kamu off bekerja kan?"
"Iya Mbak."
"Jaga kesehatan. Jangan sampai lelah. Baiklah, aku lanjut aktivitas dulu ya. Asalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Panggilan berakhir. Misha pun bersiap-siap akan melakukan kegiatannya hari ini sesuai janjinya mengajak jalan-jalan Fiya.
Tapi tidak dengan Anita yang saat ini malah tersenyum geli. Ntah mengapa ia menaruh rasa curiga pada Misha dan merasa kalau wanita itu diam-diam menyukai Franklin
Surakarta, Pukul 11.30 siang.
Franklin sibuk menatap seisi gedung besar dan bertingkat 8 yang kini sudah resmi menjadi miliknya. Saat ini, terlihat banyak puluhan pekerja yang tengah mempersiapkan acara syukuran dan peresmian perusahaanya besok pagi.
Beberapa diantaranya juga sibuk membersihkan lantai, dinding kaca, toilet, ruangan gedung, serta mengangkat barang-barang furniture kantor untuk mengisi tiap-tiap ruangan.
Disebelah Franklin ada Aldi, Ray, dan Rayna yang tengah memperhatikan sekitarnya. Sesekali mereka berbincang yang tak jauh-jauh dari urusan pekerjaan.
Dibelakang mereka, ada 5 orang pria yang menjadi tim pendukung pengembangan sekaligus pengawasan perusahaan selama ini.
"Sudah berapa lama proses persiapan ini berlangsung?" tanya Franklin dengan serius pada salah satu pria yang ada di belakangnya bernama Bima.
"Semua persiapan sudah dilakukan sejak seminggu yang lalu Pak." ucap Bima yakin.
"Dan Bapak tidak perlu khawatir." sela salah satu pria diantara mereka lagi yang bernama Cakra. "Hari ini persiapan sudah mencapai 90% Pak. Saya pastikan hari ini akan selesai."
Franklin mengangguk. "Oke."
"Pak, maaf menganggu." bisik Aldi pelan. "Bapak Fandi dan sekeluarga sudah tiba di Bandara Adi Soemarmo."
"Oke. Kita akan pulang sekarang."
Franklin segera membalikkan badannya di ikuti yang lainnya. Sementara 5 pria tadi mengangguk hormat pada Franklin.
Franklin berjalan dengan langkah tegap. Kewibawaan dan aura kharismatik nya sebagai pemimpin terpancar.
"Rayna, kamu sudah mempersiapkan agenda besok dengan mengundang 100 anak yatim?"
Rayna memajukan langkahnya. Ia mensejajarkan langkahnya disebelah Franklin.
"Sudah Franklin. Semua persiapan sudah aku lakukan termasuk mengundang salah satu tokoh agama masyarakat di kota ini."
"Hadiah dan uang untuk anak-anak yatim?"
"Sudah. Kamu tidak perlu khawatir. Insya Allah acara syukuran besok akan berjalan dengan lancar."
"Aamiin."
Franklin dan Rayna berjalan berdampingan. Dari belakang, Ray menatap keduanya. Bila di lihat, keduanya itu bisa di bilang pasangan serasi. Yang satu tampan dan yang satunya cantik. Sama-sama cerdas dan pemimpin perusahaan.
Mereka sudah tiba di bassement parkiran dan berdiri di depan mobil masing-masing.
"Em Franklin.."
Franklin menoleh kearah Rayna. "Ya?"
"Aku cuma ingin kasih tahu, Minggu depan jadwal pemotretan dirimu di Jakarta untuk menjadi brand ambassador parfumku sesuai jadwal yang tertera di surat kontrak kerjasama kita."
"Oke."
"Terimakasih. Baiklah, sampai ketemu besok. Asalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam." jawab Franklin dan memasuki mobilnya.
Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Pukul 11.00 siang.
Cuaca yang cerah meskipun terik matahari sedikit menyengat tidak membuat Misha dan Fiya lelah ketika akhirnya mereka akan menuju tempat rekreasi Pandawa Waterwold. Salah satu tempat wisata liburan keluarga di kompleks Pandawa jalan Cemara Raya Solo Baru, Sukoharjo.
Hari ini Misha berniat membawa Fiya kesana agar putri cantik berusia 5 tahun itu sedikit banyaknya terhibur. Misha yakin sesampainya disana Fiya akan senang dengan desain dan konsep lokasinya seperti patung pewayangan.
Meskipun Pendawa sendiri di sebut sebagai kelima putra pandu dalam kisah Mahabharata, tempat tersebut sudah menjadi salah satu tempat wisata keluarga andalan Solo.
Fasilitas disana terbilang cukup beragam dan memadai. Tak hanya itu, unsur modern yang memiliki standar internasional dan aman sengaja di buat untuk anak-anak serta dewasa. Pandawa Waterwold juga memiliki khas dengan konsep budaya klasik.
"Bunda, Bunda!" panggil Fiya antusias. Bahkan ia menepuk-nepuk pelan bagian paha Misha.
Misha menoleh kesamping dan membuka kaca helmnya.
Saat ini ia tengah membonceng Fiya yang duduk di belakang menggunakan motor matiknya.
"Ya, Nak?"
"Makasih sudah bawa Fiya jalan-jalan. Nanti kalau Bunda libur, kita jalan-jalan lagi ya!"
Misha tertawa kecil. "Insya Allah, doakan Bunda banyak rezeki ya."
"Aamiin. Fiya sayang Bunda. Yey asyik! Sebentar lagi Fiya akan berenang!"
Dan Misha pun kembali tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Misha menyetopkan motornya di persimpangan lampu merah bertepatan di samping sebuah mobil.
Franklin mengerutkan dahinya. Tanpa sengaja ia melihat wanita yang pernah ia tolong di kedai kopi Anita. Tak hanya itu, ia juga menatap gadis kecil imut yang sedang tertawa bersama wanita itu. Lama-lama Franklin menatap wanita itu dengan serius dan tanpa diduga ia tersenyum sinis.
"Tunggu saja, ada saatnya aku harus bicara empat mata denganmu, wanita misterius." ucap Franklin dalam hati.
"Rupanya kamu ingin bermain-main denganku selama ini."
Misha menyembunyikan sesuatu dari Franklin.
Dan sejak part kemarin, kalian bertanya-tanya hal apa sih yg di sembunyikan Misha?
Dan Franklin malah diam-diam siap menerkam Misha.
Tetap stay disini walaupun author agar lambat up ya. Moga sabar Maklum lah, mamah muda yg makin hari tuan putri dirumahnya makin aktip.. hhe
Sehat selalu buat kalian.
Jazzakallah Khairan
With Love LiaRezaVahlefi
Instagram : lia_rezaa_vahlefii