PART 3 [DiTERIMA?]

1200 Words
*** Evelyn berteriak senang dan segera berlari menerjang ranjang yang ada di dalam apartemen itu. Pagi ini, ia resmi pindah menuju apartemen milik ayahnya itu. “Aaa! Love you, Daddy!" teriak Evelyn heboh dan berjalan menyusuri tiap sisi apartemen itu. Ia terkagum-kagum dengan interior yang apartemen ayahnya miliki. Evelyn membuka kulkas dan ia sungguh terkejut karena isinya yang dipenuhi makanan pokok dan cemilan. Evelyn mengambil satu buah cemilan dan mengemilnya sembari kembali berjalan menyusuri tempat. “Ah, iya! Aku harus wawancara hari ini! s**l!” Evelyn meletakkan cemilannya sembarangan dan berlari menuju kamarnya. Evelyn mengacak-acak pakaian yang ada di dalam kopernya. Persetan dengan pakaiannya yang kusut, Evelyn bergegas menuju walk in closed. Lima menit, Evelyn telah selesai dengan pakaian yang masih belum rapi. Kancing atas pakaiannya bahkan belum ia kancing kan. “Persetan, aku sudah telat!” Setelah selesai, Evelyn meninggalkan apartemen dan tentunya ia tidak lupa mengunci tempat tinggal barunya itu. Evelyn mengendarai mobilnya dengan sangat cepat. Setelah lima belas menit menempuh perjalanan, akhirnya Evelyn tiba. Evelyn menutup pintu mobil dengan sangat kuat dan tergesa berjalan memasuki tempatnya wawancara. Evelyn sempat dikirimi email dan karena itu ia tidak perlu bertanya di mana ruang wawancaranya. Evelyn berjalan sesuai instruksi dalam kiriman email itu. Namun, karena ia tak terlalu berpikir apakah itu ruangan yang tepat atau tidak, ia segera memasuki ruangan tanpa pikir panjang. “Maafkan aku karena telat!” Evelyn berucap panik, namun ketika pandangannya bertemu dengan orang yang berada di depannya. Evelyn terkejut dan segera menundukkan pandangannya. BODOH! umpat Evelyn dalam hati. “Siapa suruh kau masuk ke sini?!” teriak seorang wanita yang Evelyn lihat baru saja b******u dengan seorang pria. “Maafkan saya salah masuk,” Evelyn tanpa berlama-lama dan menunggu omelan dari wanita itu, ia segera berjalan keluar. “Hey, mau kemana kau!” teriak wanita itu marah. Wanita itu menampilkan wajah cemberut dan kembali menatap pria yang tadi b******u dengannya. “Sayang, dia kurang ajar!” rengek wanita itu. “Turun,” saat pria itu mengeluarkan suara, wanita itu tercengang. Bukannya melepaskan tangannya yang bergelayut di leher pria itu, ia malah memeluknya semakin erat. “Kau kenapa?” tanya wanita itu bingung. “Turun sekarang!” tekan pria itu sekali lagi. “Aku tak ma—” BRUGH! Wanita itu terjatuh menyentuh lantai yang dingin. Pria itu menatapnya rendah. “Keluar,” “Ta—” “KELUAR SEKARANG, b***h!” teriak pria itu lantang. “Ba-baik,” dengan tergesa-gesa, wanita itu berjalan keluar dengan rasa malu yang tak terkira. Ia mengumpati Evelyn yang mengacaukan semuanya. Rasa dendam tumbuh dalam dirinya. ‘Lihat saja kau, jalang!’ Pria itu kembali duduk dan menatap pintu di depannya. Sebenarnya, ini bukan ruangannya. Tapi karena wanita itu membangkitkan birahinya, ia akhirnya memilih menggunakan ruangan ini untuk sedikit menuntaskan birahinya. Namun, seketika hilang saat melihat Evelyn memasuki ruangan itu. Tangannya menyangga dagunya dengan telapak tangannya dan setelahnya ia menyeringai. “Wah, tak kusangka kau yang datang padaku lebih dulu, gadis nakal.” *** Evelyn keluar dari ruang wawancara dengan tampang lesu. Ia telah gagal untuk masuk ke dalam perusahaan ini. Ini semua karena Daddy nya yang membuat ia terlalu bahagia. ‘Awas saja kau, Daddy!’ Sementara, di lain tempat. Sean tersedak minumannya sendiri. Sean memukul dadanya dan berbatin horor, ‘Apa ada yang membicarakanku di belakang?’ Kembali pada Evelyn. Wanita itu keluar dengan perasaan marah yang meletup-letup. Dan memyempatkan dirinya untuk singgah di cafe depan perusahaan tadi. Ketika Evelyn baru memasuki cafe, lonceng di atas cafe berbunyi kala ia membuka pintu. Bahkan karena emosinya, Evelyn mencibir sebab bunyi lonceng itu mengagetkannya. Semua orang menatap Evelyn dengan bingung, mereka menganggap Evelyn sebagai wanita kampung yang tak pernah memasuki cafe berlonceng. Evelyn mengatur emosinya dan akhirnya kembali tenang, “Pelayan,” panggil Evelyn. Seorang pelayan mendatangi Evelyn dengan tampang merendahkan. Evelyn yang emosinya telah reda, kembali tersulut. “Aku pesan coffe latte,” pelayan itu semakin menatap Evelyn rendah. Karena menurutnya Evelyn hanya orang miskin yang tak layak untuk ia layani. “Jika kau orang miskin, sebaiknya kau tidak usah memesan itu. Karena kupikir uangmu tak akan cukup.” ucap pelayan itu meremehkan, lalu kembali berkata, “Coffe Latte dengan harga $20 dolar, apa kau mampu membayarnya?” “Kau meremehkanku?” tanya Evelyn tak percaya. Evelyn mengeluarkan kartu rekening yang ayahnya berikan kemarin, “Ini! Apa masih kurang?” Pelayan itu terkejut dan segera membungkuk cepat sembari meminta maaf, “Maafkan aku, tolong maafkan aku.” “Ya ya, cepat bawakan aku pesanannya sekarang.” ucap Evelyn malas. Mood nya mulai kembali rusak. Huh! Evelyn menghela napas lelah. “Kemana lagi aku harus melamar kerja? Kalau begini terus, bisa-bisa aku akan menduduki kursi Daddy secepatnya. AH! AKU MASIH INGIN BEBAS!” Evelyn terus saja berceloteh sendiri hingga tak sadar bahwa ada yang sedang berjalan menujunya. “Nona?” “Apa?!" ketus Evelyn spontan dan terbelalak saat menatap wanita yang tadi mewawancarainya. “Maaf, ada apa?” “Kau diterima,” ucap wanita itu. “Hah?” Evelyn menatap cengo sebab ia belum mengerti apa yang wanita itu katakan. “Kau di terima bekerja di Vincent Company, selamat.” wanita itu menjabat tangan Evelyn. “A-aku? Benarkah?” wanita yang Evelyn ketahui bernama Xera itu. “Ya, dan mulai besok kau sudah bisa bekerja.” Evelyn tersenyum bahagia. Ia segera berdiri dan membungkuk terima kasih. “Dan oh ya, kau bukan menjadi staf administrasi, melainkan menjadi sekretaris CEO.” “APA?!” teriak Evelyn tak percaya. Bukan ia tak bersyukur, tapi jujur ia tak suka menjadi sekretaris. Ia lebih senang untuk berkutat menjadi staf administrasi. Selain karena ia ahli dalam bidang itu, ia juga senang berkumpul dengan banyak orang. “Kenapa tidak di staf administrasi?” tanya Evelyn bingung. “Karena staf administrasi tidak lagi membutuhkan karyawan baru. Dan beruntungnya, kau dipilih langsung oleh CEO kita untuk menjadi sekretarisnya.” ucap Xera menatap Evelyn kagum Karena mampu membuat bos nya tertarik dalam sekali pertemuan, mungkin. “Kemana sekretarisnya yang lama?” tanya Evelyn lagi. “Baru saja dipecat,” ucap Xera sedikit ada nada senang di sana. “Kenapa bisa?” Evelyn menatap penuh rasa penasaran. ”Yah, mungkin bos telah bosan dengan w***********g itu.” Setelah mengatakan itu, Xera segera pamit pergi dan Evelyn kembali duduk. “Woah, apa mungkin... pria tadi?” Evelyn menduga-duga namun segera menepisnya. Tak mungkin itu pria tadi adalah bosnya dan lagi pula Evelyn tak melihat rupa pria tadi. ‘Apa bosku nanti adalah pria tua yang m***m? Woah gila! Apa Daddy ku seperti itu juga?! Awas saja Daddy ketahuan berselingkuh di belakang Mommy! Kan ku tendang dari muka bumi ini!’ *** “Ethan, apa kita jadi pergi ke club malam ini?” tanya Edward Felix, sahabat Ethan. Pria itu menghempaskan dirinya di sofa ruangan Ethan. Ethan melepaskan kacamata bacanya dan berdiri menghampiri Ethan. Ia ikut duduk di sebelah Edward dan menghempaskan napasnya lelah. “Sepertinya tidak, karena kerjaanku masih sangat banyak.” jawab Ethan. “Payah! Siapa suruh kau memecat sekretarismu tiba-tiba!” ucap Edward sedikit kesal. “Kau diam, atau kerjaanmu kubuat banyak sepertiku!” ancam Ethan tak main-main. “Wow, santai bro. Kau terlalu serius, aku hanya bercanda saja.” Edward segera berdiri dan berjalan mundur menjauhi Ethan yang sepertinya kelelahan. “Eh, a-aku ingat! aku ada urusan mendadak. Oh ya, aku duluan ya. Bye!" “Huh, aku lelah.” Ethan menghembuskan napas kasar ketika hanya ada ia di dalam ruangan itu. Tok... Tok... “Masuk,” “Bos, ini data tentang wanita yang kau suruh tadi.” seorang wanita membawakan beberapa kertas berisi infomasi tentang seorang wanita yang bosnya incar. “Terimakasih, ambillah bonusmu untuk bulan ini.” wanita itu mengangguk senang dan berlalu pergi. “Akhirnya aku mendapatkan mu, gadis nakal!” seringai Ethan. Ia segera membereskan berkas-berkasnya untuk ia bawa pulang. ‘Kupastika besok kau akan berada di. bawah kendaliku, manis!’ ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD