2

1507 Words
30 Mei 2020 "Kita di tantang duel lagi Bos" ujar salah satu anak buahnya kepada Langit. "Anak Merdeka lagi?" tanya Zeon yang menimpali itu karena Langit hanya diam. "Iya tapi mereka ngajak anak Satu Sari buat back up mereka" ujar Cakra, salah satu anak buahnya. Yang membuat Langit langsung menertawakan anak Merdeka. "Oh jadi sekarang mainannya back up, back up an. Okay. Kapan mereka ngajak? Dan dimana? Kita liat seberapa kuat mereka" tanya Langit sembari tersenyum sinis. "Besok bos, besok kan weekend jadi mereka minta besok, di lapangan Satu Sari" ujar Cakra lagi. Langit pun sempat berpikir mengenai hal itu dan ia memutuskan. "Okay. Terima aja tantangannya. Genk Zero ga takut meskipun mereka bawa banyak back up an bilang juga ke mereka jangan sampe telat. Malu nanti" ujar Langit. "Oke bos" ujar Cakra dan yang lainnya mematuhi apa yang dikatakan Langit. Mereka pun mulai membubarkan diri mereka. Saat ini di warung yang juga biasa digunakan mereka untuk berkumpul itu hanya tersisa Langit dan Zeon saja. Mereka sedang dalam mode diam saja tanpa kata. Lalu tak lama kemudian Langit mengajak Zeon untuk pergi ke Club langganannya karena ia butuh minum. "Ayo Ze, temenin gua ke Club. Gua lagi pengen terbang pakek minuman" ujar Langit mengajak Zeon. Zeon pun ikut saja bersama dengan Langit itu. Ya. Meski pun Langit dan Zeon masih berumur 16 tahun, tapi mereka sudah keluar masuk beberapa Club. Hal itu dapat terjadi karena uang dan chanel yang di miliki oleh Langit. Dengan uang Langit dapat membeli apapun. Bahkan untuk masuk ke club yang seharusnya tidak boleh ia masukin itu. Untuk membeli club itu pun Langit juga mampu. Bahkan uangnya tidak akan habis sampai kapan pun itu. Mereka pun saat ini mengendarai mobilnya menuju ke Club X-Treme. Setelah beberapa saat dijalan tak lama kemudian, mobil mereka pun sampai di Club tersebut. Langit dan Zeon pun turun dari mobil. Mereka pun akan masuk ke Club X-Treme itu. Jika yang lainnya masuk dengan menggunakan tanda pengenal, tidak dengan Langit dan Zeon. Mereka masuk dengan kartu pelanggan Club tersebut. Kartu pelanggan Yang bisa dibilang merupakan kartu VIP di Club itu. Yang khusus di cetak bagi para remaja yang berduit dan ingin menghabiskan uangnya itu di Club. Setelah menunjukkan kartu itu, mereka pun bisa masuk ke dalam Club itu. Dentuman musik pun terdengar ditelinga mereka. Club X-Treme ini terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama adalah khusus untuk yang hanya ingin minum dan mendengarkan dentuman musik saja. Sedangkan lantai dua berisi orang-orang yang ingin menari sembari minum, di lantai dua juga ada beberapa table yang bisa digunakan. Sedangkan di lantai tiga yang dimana merupakan lantai paling atas sendiri dikhususkan untuk private table atau pun private room yang sangat mahal. "Mau langsung ke atas atau disini dulu Lang?" tanya Zeon kepada Langit. Karena jawaban Langit ketika di tanya hal tersebut sering berbeda-beda. "Langsung ke atas aja lah" ujar Langit. Mereka berdua pun naik ke tangga untuk menuju ke lantai atas. Setelah sudah masuk mereka pun langsung mendekati meja bar, di mana di sana ada bartender untuk memesan minuman mereka semua. "Wis bos lama ga kesini mau pesen apa? Nih? Kemana aja lama ga keliatan" tanya Bartender tersebut yang memang sudah mengenal Langit dan Zeon karena mereka berdua merupakan pelanggan tetap di sini. Dan Langit juga sering memberikan tip yang sangat banyak kepada bartender tersebut sehingga ia senang "Iya. Biasa aja lah Whiskey sama Vodka. Beer juga deh" ujar Langit menjawab. "Oke bos, table nomor berapa? Yang masih kosong ada table nomor 1, 6, sama 9 dan 10" ujar Bartender itu ujar bartender sembari memberi tahu kepada Langit. "Satu" ujar Langit dengan singkat, lalu ia pun memberikan tip pada Bartender itu. "Wah makasih bos" ujar Bartender itu dengan bahagia menerima tip tersebut. Langit dan Zeon pun duduk di table nomor 1. Baru sebentar mereka duduk, mereka pun sudah menyulut api untuk membakar rokok mereka berdua. Tak lama setelah itu ada dua cewek berpakaian seksi yang datang mendekati mereka berdua. Yang membuat Langit memutar matanya dengan sangat malas. Satu hal yang tidak Langit sukai dari Club adalah banyaknya wanita yang seperti ini. Bukan maksudnya Langit tidak menyukai wanita. Langit menyukai wanita, tapi yang tidak seperti ini. Menyodorkan tubuhnya ke berbagai macam pria. Menjijikkan. Zeon yang mengetahui bahwa Langit sudah tidak minat pun langsung menyuruh kedua wanita itu pergi sebelum nanti Langit akan semakin marah kepada mereka berdua. Akhirnya mereka berdua pun pergi dengan muka cemberutnya. "Lo emang ga pernah berubah ya Lang. Dari dulu aja kalo disodorin yang bening-bening pasti kaga pernah mau ambil. Heran gua tuh sama lo" ujar Zeon pada Langit. "Ck siapa juga yang mau sama cewek murahan gitu" ujar Langit menjawab. Setelah itu pembicaraan mereka pun berhenti ketika minuman yang tadi mereka pesan pun akhirnya sudah datang. Setelah itu pelayan itu pun pergi. Mereka langsung memindahkan minuman itu ke gelas mereka. Langit dan Zeon memang selalu membeli minuman dalam bentuk botol, karena jika hanya satu atau dua gelas mereka tidak akan terkena efek melayangnya. Lagipula mereka mampu untuk membelinya. Hanya satu atau dua botol saja bagi mereka sangat kecil Langit dan Zeon pun sekarang mulai meminum minuman itu. Berkali-kali gelas yang terisi pindah ke dalam mulut Langit dan Zeon. Langit pun sudah mulai mabuk. Sementara Zeon biasanya tidak membiarkan dirinya benar-benar mabuk karena jika mereka berdua mabuk nanti siapa yang akan mengendarai mobil mereka berdua. "Huh b*****t kan Ze, apa tadi katanya tuh si Arumi itu makanan dari Mama? Dari nyokap gua? Emangnya dia masih peduli sama gua. Haha lucu. b*****t dia ga peduli lah sama gua. Mau gua matipun ga peduli" ujar Langit disela-sela mabuknya. Jika sedang mabuk, Langit memang lebih banyak berbicara. Itu pun hanya Zeon yang mendengarnya karena memang mereka berdua sering pergi ke Club bersama. Dan partner pergi ke Club mereka juga hanya berdua. Tidak ada yang lainnya. Dulu, sebenarnya mereka sempat akan bersama-sama pergi ke Club untuk merayakan kemenangan mereka sehabis mereka menang dalam tawuran. Namun tidak jadi karena Langit tidak ingin jika anggota dari Grup Zero tersebar nama-namanya. Hal itu nanti akan membahayakan pada anggota dari Genk Zero. Bukan karena apa Langit tidak memperbolehkan orang lain untuk mengetahui siapa saja anggota dari Grup Zero. Tapi hal ini Langit lakukan agar nantinya jika Grup Zero bermasalah mereka tidak akan terkena masalah. Cukup Langit dan Zeon saja yang terkena imbasnya. Mereka semua jangan sampai terkena imbasnya juga. Langit sebenarnya khawatir hal itu akan terjadi, karena beberapa dari anggota Grup Zero juga terkenal akan kepintarannya di sekolah. Bahkan ada juga yang terlihat seperti anak emas guru tapi mengikuti Grup Zero. Maka dari itu Langit ingin melindungi mereka. Ia tidak ingin reputasi mereka semua tercemar karena ikut Genk. Saat ini Langit pun sendiri ditable itu karena Zeon sedang menari mengikuti dentuman musik yang memekakkan telinga itu. Langit masih meminun minumannya. Semakin malam, Club tersebut semakin ramai saja. Karena Langit sudah sangat mabuk, akhirnya Zeon pun memutuskan untuk pulang saat ini juga. Zeon memapah Langit yang sangat mabuk itu. Mereka berdua berjalan menuju parkiran. Sesampainya dibawah ia memasukkan Langit ke dalam mobil dan ia pun menyetir mobilnya. Walau pun Zeon menyetir dengan sedikit mabuk. Tak lama kemudian, mereka berdua pun akhirnya sampai di rumah Langit. Sesampainya di gerbang rumah Langit, Zeon pun meminta Pak Joko yang merupakan satpam di rumah Langit untuk membukakan pintu. Setelah terbuka Zeon pun memasukkan mobil itu. Mobil pun sudah terparkir di tempatnya. Saat ini Zeon sedang akan mengeluarkan Langit. Dan akan memindahkannya ke dalam rumah. "Ck, lo ngerepotin banget dah Lang kalo udah mabuk. Untung ini gua, coba kalo orang lain. Dah di bunuh kali lo terus diambil uang sama mobil lo" ujar Zeon sembari memapah Langit menuju ke dalam rumahnya dengan sangat hati-hati. Bi Narsih yang merupakan pembantu dari rumah Langit pun langsung membantu memapah Langit. Ia sedih melihat Langit yang mabuk lagi itu. "Ya Allah Mas Langit mabuk lagi ini mas?" tanya Bi Narsih kepada Zeon. "Iya Bi, bantuin bawa ke kamarnya ya Bi. Dia berat banget deh" ujar Zeon. Zeon dan Bi Narsih pun membawa Langit menuju ke kamarnya. Setelah itu Zeon pun pamit pulang kepada Bi Narsih dengan mobil Langit karena ia juga sudah biasa melakukan hal itu. Membawa pulang barang- barang Langit, Langit pun juga sering begitu kepadanya. Pak Joko pun masuk dan mengecheck keadaan Langit. "Mbok, itu Mas Langit ga papa kan ya?" tanya Pak Joko dengan khawatir. "Mas Langit biasa mabuk pak dia. Tapi udah di bawa ke kamarnya kok tadi. Sekarang udah tiduran juga" ujar Bi Narsih dengan sedih memikirkan Langit. "Kasian aku sama Mas Langit itu Mbok. Dia itu cuman kurang kasih sayang aja. Sayang banget Bapak sama Ibu harus pisah ya dulu" ujar Pak Joko dengan sedih. "Syutt ga usah dibahas lagi Pak, kalo Mas Langit denger nanti dia marah loh" ujar Bi Narsih kepada Pak Joko. Langit memang sangat tidak menyukai orang- orang yang hanya kasian kepadanya. Maka dari itu ia selalu memasang tampang biasa bahkan terkesan flat saja. Saat ini Langit sudah tertidur. Ia tidak tahu bahwa saat ini ia sedang di amati oleh Malaikat. "Jadi ini tugas selanjut nya. Oke Langit Angkasa Adiguna. Sampai jumpa di 1 Juni" ujar Malaikat tersebut lalu menghilang. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD