Riri masih belum sadar sepenuhnya, sisa-sisa pencapaiannya masih terasa disetiap sendi tubuh Riri. Tapi dinginnya angin malam yangmenusuk tulangRiri segera membuat Riri sadar sepenuhnya. Ia menjerit histeris ketika menyadari dirinya yang telah telanjan bulat dan berbaring dengan kambar Dawson yang menatapnya lapar.
“Pergi! Jangan liat, jangan liat!” Riri berusaha melarikan diri, tapi gerakannya terbaca oleh kembar Dawson. Hugo dan Bri segera menahan tangan Riri, sedangkan Fathan menahan kaki Riri yang terus menendang ke sana ke mari.
“Bersiaplah karena kikta akan melakukan penyatuan.” Farrel menatap lapar pada Riri.
Riri menjerit takut saat Farrell menunduk dan mencium kewanitaannya yang tak tertutupi apa pun. Riri menangis histeris saat merasakan udara hangat menerpa bibir kewanitaannya yang sensitif. Rirri mengejang ketika sebuah benda hangat menyentuh di sana.
Fathan bergerak mencium Riri dengan lembut. Sedangkan Hugo dan Bri juga memijat buah d**a Riri dengan intens, mencoba membangun puing-puing gairah Riri. Riri menggeleng, menghindari lumatan Fathan di bibirnya. Tubuh Riri panas. Keringat mulai ke luar dari pori-pori kulitnya.
Selangkangannya juga terasa tak nyaman, lembab dan geli secara bersamaan, karena Farrell yang masih melanjutkan kegiatannya di sana. Punggung Riri melengkung ketika putingnya disentuh oleh sesuatu yang hangat. Cukup! Riri tak lag bisa menahannya. Ia menjerit keras dirinya mencapai puncaknya yang kedua kali mala mini. Ya, Riri mengira dirinya pipis kembali.
Riri melemas, napasnya terengah. Matanya menyerot sayu pada Farrell yang kini telah mengangkangnkan kaki Riri semakin lebar. “Bersiaplah!” bisik Farrell.
Riri kembali menjerit saat rasa sakitt yang belum pernah ia rasakan, menyerang kewanitaannya. “Berhenti! Sakit … huhu sakit!”
Tangan Riri yang bebas, segera memukul-mukul d**a Farrell dan mendorongnya sekuat tenaga. Tapi, Farrell malah semakin menekan penyatuan mereka. Riri mengejang merasakan sakit yang teramat di selangkangannya itu. “Sakit!”
Hugo tak tega, ia mendekat dan menciumi kedua mata Riri yang terpejam. “Sstt, tenanglah sayang. Sebentar lagi, tidak akan terasa sakit.”
Tapi tangis Riri sama sekali tak mereda. Ia mencakar punggung Farrell yagkini tengah mendekap tubuh mungilnya. “Riri percaya padaku, semuanya akan baik-baik saja.” Farrell berbisik tepat di telinga Riri. Tapi sedetik kemudian, Riri kembali menjerit saat Farrell mulai bergerak.
Riri menolak dicium oleh siapa pun. Tapi Bri dengan lembut menangkup wajahnya dan mencium Riri, menyalurkan ketenangan dan kasih sayangnya. Riri mash saja berontak, apalagi ketika Farrell menghujam dengan dalam dan kuat, membuat Riri bergetar karena menahan sakit.
Fathan dan Hugo segera memberikan rangsangan pada Riri agar mereka semua mendapatkan puncak yang sama. Sedangkan Farrell meangkat sedikit pinggul Riri, lalu bergerak secara teratur. Bibirnya terkatup rapat dan mendesis nikmat, belum pernah dirinya merasakan jepitan seerat ini.
Farrell mulai mencari kesenangannya sendiri dan memberian sensasi yang pernah Riri rasakan. Riri mengejang saat dirinya kembali menapai klimaks. Bri mengecup bibir Rirri yang membuka lebar, tampak bertiap tapi tanpa suara.
Farrell menggeram, saatnya dirinya menyiram rahim Riri dengn benihnya. Ini rekor tercepat Farrell mendapatkan klimaksnya. Farrell langsung terjatuh berbaring di samping Riri, untuk menikmati sisa-sisa pencapaiannya.
Melihat itu, Bri segera mengambil alih tempat Farrel. Ia kembali mengangkangkan kaki Riri dan memasukkan miliknya dengan lembut. Riri mengerang, masih merasakan sakit yang menggigit. “Hiks, sakit ….”
Hugo melepas p****g Riri yang sejak tadi ia mainkan, ia mengusap wajah Riri yang dibasahi peluh dan air mata. “Bersabarlah sayang, nanti jika sudah terbiasa kauhanya akan merasakan nikmatnya saja.”
Riri menggeleng dan mengerang keras ketika Bri menghujam dengan keras, bersamaan dengan Fathan yang mengulum putingnya dengan kuat. Pening mulai mendera Riri, ada yangbergejolak dalam dirinya, tapi Rri tak memahami perasaan ini. Yang Riri tahu ia tengah dilecehkan. Harga dirinya telah jatuh pada batas terendah.
Riri menjerit lemah saat dirinya kembali mencapai puncak. Tak berapa lama, karena remasan Riri yang terlalu kuat Bri akhirnya menyeburkan benihnya, menanamkannya tepat ada rahim Riri, Bri mendesah, ia menatap Riri yang terpejam, tapi tubuhnya masih bergetar pelan. Hugo langsung mengambil alih, ia sudah tidak tahan saat melihat Riri yang kelewat menggairahkan dengan wajah memerah seperti ini.
Riri membeliak saat Hugo memasukinya. Ia mengerang kesakitan saat Hugo mengujam dengan kuat dan dalam, tubuhnya bergetar saat gairahnya jembali merangkak naik. Fathan yang masih belum mendapatkan jatah, tengah asyik memberikan tanda di sana sini. Ia menatap hasil karyanya dengan bangga.
Riri menjambak Fathan ketika dirinya baru saja mencapai puncak yang entah keberapa. Hugo masih asyik menikmati jepitan Rri yang luar biasa eratnya. Dan akhirnya Hugo mendapatkan klimaksnya. Ia melepaskan tautan tubuh mereka, membiarkan Fathan untuk menerima haknya.
Fathan bangkit dan menindih Riri, ia mengusap wajah Riri, lalu mencium lembut bibir kering Riri. “Satu kali lagi, dan kauboleh istirahat.” Fathan mencum hidung Riri, ia tahu Riri pasti sangat kelelahan dan merasa ngantuk.
Rri kembali mengerang saat Fathan menyatukan tubuh mereka. Dengan lembut, Fathan membimbing Riri menuju puncak mereka berdua. Akhirnya keduanya mendapatkan klimaks bersama. Riri bergetar hebat, merasakan sesuatu yang asing kembali mengisi rahimnya hinga terasa sangat penuh.
Fathan jatuh berbaring di samping Riri. Senyum kepuasan terihat jelas di setiap wajah kembar Dawson. Akhirnya mereka mendapatkan kepuasan yang sebenarnya dari istri mereka ini. tapi mereka harus berpuas diri, karena hanya mendapat jatah masing-masing satu kali. Mereka tak mungkin tega kembali menggarap Riri yang telah jatuh tertidur dengan wajah sembab.
Tak apa, yang penting ikatan pernikahan mereka terlah disempurnakan. Bergantian, kembar Dawson menanamkan kecupan di bibir Riri yang sedikit terbuka. Farrell yangmendapatkan bagian terrakhir sedikit melumat bibir Rir, sebelum memeluknya dengan erat.
Lima orang yang diliputi aroma khas percintaan itu, tertidur pulas. Ikatan tabu telah menjerat mereka dengan simpl kuat, apakah Riri sanggup menjalaninya?