Bab 31

1423 Words

Pov Dewi Ucapan Mirna masuk akal. Aku pun setuju. Kuhabiskan setengah gelas lagi es kopi yang gelasnya sudah mengembun dan bersiap pulang. Namun, baru saja aku bangkit, gawai bergetar. Aku mengambilnya dari dalam tas, tampak panggilan dari nomor tak dikenal dan tanpa foto profil. Baru saja kuusap layarnya dan hendak kuangkat, tiba-tiba panggilan dimatikan. Hanya saja, rupanya dia sudah mengirim pesan. [Ini bukti rekamanmu. Pengakuan ini bisa dijadikan alat buat hancurin karir kamu. Kalau mau selamat, temui aku besok malam di hotel Citra.] Jemariku gemetar ketika memijat tombol putar pada video yang dia kirimkan. Mirna pun mendekat karena aku kembali duduk karena kaki ini terasa lemas dan tak menyahut ucapannya. “Apa sih, Wi?” tanyanya seraya ikut memperhatikan adegan keributan kami di

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD