“Ayo dimakan dulu, Ay.” Lagi-lagi dia memanggilku, Ay. Dasar. “Hmmm … sebelum makan, boleh gak aku minta sesuatu?” tanyaku dan menatapnya lekat. “Minta apa?” Dia bertanya santai sambil mengambil sumpit makan miliknya. “Aku mau dengerin hasil sadapan suara Tante Lani dengan Pak Faqih sekarang, bisa?” tanyaku padanya. “Kasih tahu aku, kenapa kamu ingin mendengarkan suara rekaman ini?”Pertanyaan Dion sontak membuat otakku berputar untuk mencari jawaban. “Ahmmm … kenapa memangnya kamu tanya gitu? Gak bolehkah aku ingin dengar?” Aku sengaja bertanya kembali. Rasanya gak ada gunanya juga Dion tahu alasanku. “Bukan gak boleh dengar. Hanya saja, aku hanya akan memberikan file rekaman suara ini pada orang yang berkepentingan.” “Aku berkepentingan.” Aku menjawab cepat. “Kepentingan untuk apa