21

1594 Words
"menjadi seorang penyihir itu berarti harus harus mempelajari banyak hal lagi, seperti yang gue bilang waktu perjalanan kesini. Kebanyakan wizard bisa menguasai banyak kemampuan lebih dari para vampire dan werewolf. Tapi sembari mempelajari itu Lo juga seharusnya sudah tahu kekuatan apa yang lo punya" Ucap Lawson yang berdiri di depan Aeris, mereka berada di ruangan yang lain yang disediakan oleh Marth. Aeris duduk di sebuah kursi dengan buku-buku yang banyak di atas mejanya. Lawson yang sedari tadi mengucapkan banyak hal kepadanya seakan menjadi guru bimbingan belajar pribadinya sekarang "Kalau misalnya gua harus mencari tahu sendiri kekuatan apa yang gue punya, terus kenapa kalian selalu bilang gue punya kemampuan sihir yang kuat? Berarti kalian udah tahu kekuatan gue kan? Kenapa kalian nggak langsung ngasih tau gua aja gimana cara ngendaliin dan ngeluarin kekuatan itu" ucap Aeris, Lawson masih berdiri dihadapannya sambil bersandar pada rak buku "Ternyata lo belum sepenuhnya paham sama penglihatan yang bisa Lo rasakan sampai sekarang, itu hanya aura, lu cuman bisa membedakan aura itu kuat atau lemah, aura itu dingin, hangat, atau menusuk hingga membuat Lo merinding" jelas Lawson "Lo bisa mengenali seseorang itu Vampir dengan merasakan auranya yang dingin, Hangat berarti werewolf, menusuk kalau Wizard. Dan semakin kuat aura itu berarti kekuatannya juga sama kuatnya. Bukan berarti kita tahu kekuatan apa yang dia punya" lanjut Lawson Aeris mendengarkan sambil memainkan rambutnya, ia menyisir rambutnya dengan jari jari tangan nya sambil memperhatikan Lawson. merasa Aeris tidak mendengarkannya dengan serius membuat Lawson langsung berekspresi malas. Ia melipat kedua tangannya di depan dada "Lo gak seriusan?" Ucap Lawson, ia menjatuhkan tangannya pasrah berjalan mendekati Aeris "Gue dengarin kok, terus sekarang kalian maunya apa? Gue gak bisa ngeluarin kekuatan gue" "Kenapa Lo ngomong gitu?" Seketika Aeris langsung mengingat banyaknya cara yang ia lakukan untuk mencoba mengeluarkan sihir yang katanya dimiliki olehnya. Ia meniru segala gerakan yang ia lihat didalam film fantasi. Ia mencoba hal hal itu di depan cermin, dikamar mandi, atau menjelang tidur. Bahan saat hendak makan ia mengulurkan tangannya mencoba mengambil piring piring yang ada didalam rak dengan sihir, namun tidak terjadi apapun "Huft.... Karena lu sendiri enggak lihat apa aja yang udah gue lakuin untuk mencoba sihir keluar dari badan gue, sudah mencoba berbagai cara" "Emangnya apa aja yang ada lo lakuin?" "Gak usah tanya, mungkin semua yang bakalan lo saranin udah gue kerjakan semua" Mereka berdua kini saling diam untuk beberapa saat, sibuk memikirkan bagaimana caranya agar Aeris bisa mengeluarkan sihirnya. Lawson tentunya mengetahui cara-cara agar seseorang bisa mengeluarkan sinarnya dengan cepat namun setidaknya Aeris tahu apa kekuatannya. Ada beberapa penyihir yang tidak bisa mengeluarkan sihirnya dengan cepat dan kuat, namun itu bisa dilatih tergantung kekuatan apa yang mereka miliki. Mereka bisa saja mencoba berbagai hal, termasuk membuat Aeris mencoba segala tata cara untuk setiap kekuatan sihir itu, tapi itu akan memakan waktu yang lama "Ekhem" Ketika mereka saling diam, Marth yang dari sebenarnya menguping muncul diantara mereka. Aeris dan Lawson langsung meliriknya yang datang dengan beberapa buku, Lawson mengira kalau Marth Ingin memberikan buku itu padanya "Eh eh bukan, buku ini bukan untuk kalian" ucap Marth ketika Lawson hendak mengambil buku yang da ditangannya "Ehm.... Sebenarnya sejak tadi aku mendengarkan percakapan kalian. Jadi aku ingin memberitahu kalau biasanya Wizard juga jarang sekali mengeluarkan sisirnya dengan cara sengaja pertama kalinya. Karena itu akan membutuhkan emosi yang kuat, saat pertama kali keluar dari tubuh biasanya sihir akan membutuhkan perasaan yang sangat mendalam" "Mendalam? Sedih?" Ucap Aeris menebak "Perasaan mendalam itu bukan cuman rasa sedih, yang penting perasaan yang tulus di dalam hati, sederhana namun kuat.... Bisa aja itu rasa sedih yang sangat mendalam, kemarahan yang meluap-luap ataupun.... Cinta yang menggebu" "Ewww" ucap Aeris refleks "Kenapa ew?" "Menjijikkan" ucap Aeris menjawab Marth "Lo... Coba pikirkan suatu adegan yang sedih yang bisa bikin nangis, Lo pasti punya kenangan menyedihkan yang bisa bikin lo nangis dan itu akan membantu untuk ngeluarin sih lo" titah Lawson langsung pad Aeris Seketika Aeris menjadi pusat perhatian kedua yang lelaki yang ada di dekatnya, ia tidak tahu harus membayangkan apa agar ia merasakan kesedihan yang mendalam, Aeris tidak langsung terpikir nasib kehidupan yang menyedihkan, ia sudah terbiasa dengan hal itu sehingga memikirkannya saja tidak akan membuatmu menangis lagi. Beberapa film yang pernah ia tonton dan berhasil membuatnya menangis kembali dan putar di ingatannya "Ck gak bisa" ucapnya pad akhirnya "Masa gak bisa? Lo nggak punya kenangan sedih?" Heram Lawson "Tentu aja gue punya tapi bukan berarti setiap mengingatnya gue langsung nangis, dulu sih emang gw langsung nangis..... Tapi karena udah terbiasa jadi nggak terlalu menyakitkan lagi" "Film sedih yang Lo tonton?" "Gak!" Ucap Aeris kesal "Masa sih? Padahal hidup Lo menyedihkan, masa Nangis aja gak bisa, gue yakin kalau Lo sendirian ko juga bakalan nangis kek anak kecil" "Ih gue udah coba, gak bisa!" Ucap Aeris dengan nada tinggi, Marth melihat mereka secar bergantian, ia tahu Lawson sedang memancing emosinya namun Aeris yang semakin kesal sepertinya masih memiliki kesabaran dalam menghadapi Lawson "Stop!" Ucap Marth menghentikan perdebatan di antara mereka berdua. Lawson dan Aeris langsung menatap Marth yang berada di tengah-tengah mereka "Lu nggak bakalan berhasil" ucap Marth pada Lawson, Aeris yang benar itu langsung sadar kalau sebenarnya Lawson baru saja ingin membuat kesal dan emosi secara sengaja. Tanpa mengucapkan apapun lagi kini Marth kembali meninggalkan mereka berdua di tempat yang sama, Lawson segera berjalan kesamping Aeris dan duduk di sebelahnya. "Lo... Punya foto orang tua Lo?" Ucapnya "Punya, walaupun gue nggak pernah mengingat kenangan bersama mereka setidaknya gue tahu wajahnya" "Boleh gue liat? Bisa jadi gue kenal sama mereka" "Boleh, di apartemen gue, mungkin bakalan gue fotoin terus nanti gue tunjukkan waktu kita jumpa di kampus besok" "Sekarang aja" Aeris berfikir sebentar apakah ia akan membawa Lawson masuk ke dalam apartemennya, ia dari jam yang ada di tangannya dan sebentar lagi waktu akan memasuki sore hari "Oke, tapi gue lapar, gue nyari makan dulu. Lo gak lapar?" Ucap Aeris, ketika ia menanyakan perihal makanan ia teringat kalau waktu itu Lawson sama sekali tidak menyentuh makanan yang mereka beli. Aeris ya makan sendirian sebelum ia terjatuh dari lantai atas apartemen "Lo.... Gak mau ngisap darah gue kan?" Tanyanya curiga karena takut jika Lawson menyerangnya ketika mereka di apartemen nanti "Gak lah, gue gak mau minum darah Lo" tolak Lawson dengan tegas, bukannya merasa lega mendengar hal itu, Aeris justru merasa tersindir karena penolakan Lawson, ia memang tidak ingin menjadi santapan vampir, tapi Lawson menolaknya seakan-akan darah Aeris tidak bagus kualitasnya "Loh, emangnya apa yang salah sama darah gue? Walaupun makanan gue gak ada yang sehat gue yakin kalau darah gue kualitasnya bagus, dan pasti juga enak" Lawson yang mendengar penuturan itu langsung terdiam, dia terkejut ketika mendengar Aeris yang kesal karena ia tidak tertarik dengan darahnya apalagi Ia seperti sedang menawarkan darahnya sendiri untuk Lawson "Hahaha.... Kenapa lo jadi kesel sendiri Kalo gue bilang nggak mau darah lo? Jadi Lo mau gue makan? Hahhaha" Tawa Lawson menggelegar dan membuat Aeris sadar kalau ia baru saja salah berbicara, ia langsung meninggal dan berusaha bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa. Ia mengalihkan perhatiannya ke sebelah kanan dan menemukan Marth yang mengintip mereka sepertinya Ia datang karena mendengar tawa Lawson. Marth mengangkat kepalanya seakan bertanya apa yang terjadi, Aeris menggelengkan kepala dan mengisyaratkan agar Marth mengabaikan mereka. "Ih udah! Lebay banget lo ketawanya" kesal Aeris memukul Lengan Lawson, ia beranjak dari tempat duduknya berniat untuk pergi dari sana karena mereka sudah berencana untuk pergi ke apartemen Aeris "Eh tunggu gue" "Kalian udah mau pergi?" Ucap Marth melihat mereka hendak pergi dari tempatnya "Iya, udah mau sore banget" "Oh.... Kapan kalian akan kesini lagi?" "Entahlah, tapi mungkin kamu bakal yang sering ke sini" ucap Lawson, ia segera menyusul Aeris yang sudah berada di luar, ketika ia keluar dari pintu ia melihat kalau perempuan itu sudah berjalan menjauh tanpa menunggunya terlebih dahulu. Ia segera berlari seperti orang normal untuk menyusulnya, karena masih banyak orang yang berada di sekitar mereka dan mungkin akan menyadari kalau Lawson melesat dengan cepat jika menggunakan kekuatannya "Kita mau makan apa?" Ucapnya setelah berjalan di sebelah Aeris "Lo cari sendiri aja makanan lo, lagian gue rasa dia nggak makan makanan manusia kan?" Tebak Aeris, Lawson yang mendengar itu hanya diam menatapnya bingung, entah sejak kapan Aeris sudah menyadari itu "Waktu itu lo sama sekali nggak makan makanan yang udah kita beli, jadi sumber kekuatan kalian cuman ada pada darah? Dan Kenapa lu belum pernah lapar? Gue penasaran gimana caranya lo mencari darah, apa Lo diam-diam masuk ke rumah orang kemudian menyerang? Kayak yang ada di film?" Tebal Aeris sambil mereka berjalan "Enak aja, gue vegetarian" "...........?" "AHAHHAHAHAA, Lo makan sayur? Masa sih ahahha emang bisa yah?" Tawa Aeris yang sempat loading lama ketika mendengar sebutan vegetarian untuk seorang vampire. Lawson tahu itu pasti terdengar aneh bagi Aeris yang sama sekali tidak mengetahui arti istilah itu bagi para vampire, ia diam menunggu Aeris menyelesaikan tawanya sambil memperhatikan dengan intens Merasa diperhatikan membuat Aeris mulai memelankan tawanya, lambat laun ia langsung tertawa dengan canggung melihat Lawson "Hehehe sorry, gue gak nyangka ada vampire vegetarian pftttt" "Udah ketawanya?" Tanya Lawson dengan lembut, Aeris mengangguk meskipun ekspresi wajah nya masih memperlihatkan ia menahan tawanya "Vegetarian yang gue maksud bukan makan sayur, vampir yang vegetarian artinya minum darah hewan ketimbang Manusia, itu cuman istilah doang yang kami pakai untuk membedakan jenis makanan kami" jelas Lawson, mereka masih terus berjalan dan melupakan kalau Lawson membawa mobil "Eh tunggu, kayaknya ada yang tinggal deh" ucap Aeris teringat sesuatu, Lawson segera berhenti mengikuti Aeris yang berhenti berjalan "Kita tadi pakai mobil b**o!" Lawson langsung menepuk jidatnya sendiri, ia yang jarang menggunakan mobil itu tentunya tidak ingat dengan mobilnya sendiri
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD