20

1685 Words
Meskipun tidak tahu dia akan dibawa kemana, Aeris terus mengikuti langkah kemana Lawson berada. Sesampainya di sana Lawson langsung membukakan pintu untuk Aeris, melihat hal yang tidak biasa ia alami membuatnya menatap heran kepada Lawson. "Masuk" ucap Lawson kepada Aeris yang masih saja berdiri menatapnya. Ia segera masuk kedalam mobil dan Lawson segera mengitari mobil yang untuk duduk di bangku sopir. "Kalau Lo bisa terbang kenapa lo punya mobil sendiri? Lo bisa aja kan meleset cepat kayak biasanya, lo bakalan sampai lebih cepat ketimbang naik kendaraan kayak gini. Memang sih kalau keadaan lu bawa teman kayak gue kita harus naik kendaraan umum, ini mobilnya udah lama lo beli kan?" Komentar Aeris sambil memperhatikan desain yang ada di dalam mobil Lawson. "Dari mana lo tahu kalau mobil ini udah lama?" "Gue pecinta film dan hal-hal yang berbau unik, jadi Gue pernah lihat mobil ini di salah satu pameran mobil antik gitu. Memang sih bukan mobil yang sama tapi melihat dari desainnya yang mirip pasti mobil ini juga mobil lama. Bukan mobil lama yang rongsokan tapi mobil lama yang antik dan mahal. Lo belinya di mana?" "Ya di tempat orang biasanya beli mobil" "Ini mobil antik.... Nggak semua tempat menjual mobil punya mobil kayak gini" Lawson menyadari kalau Aeris pasti tidak mengetahui berapa umurnya sebenarnya, dan mereka memiliki umur yang terpaut jauh. Bisa dikatakan pasti Lawson bahkan lebih tua dibanding orang tua Aeris sendiri. Untung saja Ia adalah seorang vampir yang fisiknya cepat dewasa namun akan lama menua "Gue udah beli mobil ini waktu dia belum jadi barang antik dia masih kategori mobil mewah" "Oh... Warisan dari ayah lo yah?" "No, ayah Gue nggak punya mobil, dia terbang dan melesat dari sana kemari seperti yang lo sarankan tadi" "Jadi siapa yang beli?" "Gue" ucap Lawson lagi sambil tertawa kecil karena tahu Aeris seperti orang yang sedang dibodoh-bodohi sekarang "Ck, iya... waktu Lo beli pasti sudah pindah tangan kan? Maksud gue lo bukan orang pertama yang beli mobil ini pasti ada orang sebelumnya yang membeli mobil ini waktu baru keluar, terus orang itu menjual mobilnya sama Lo" "No.... Gue beneran pergi sendiri belinya, gue tangan pertama yang makai mobil ini" Kini Aeris menatap malas kepada Lawson yang sudah menahan tawanya, Aeris merasa sedang dibodoh-bodohi sekarang dan kesal karena Lawson tidak mau jujur kepadanya. Ketika ia terus berpikir alisnya yang tadinya berkerut tiba-tiba menjadi datar kembali, ia menyadari sesuatu yang belum pernah ia tanyakan kepada Lawson "Eh, gue belum pernah nanya umur lu berapa" ucap Aeris "Coba Lo tebak sendiri berapa umur gue" "Karena umur gue 19 tahun dan kita ada di angkatan yang sama pasti lu juga 19 tahun?" "Salah" "Lebih mudah dari gue?" "Enggak" ucap Lawson lagi, Aeris yang tidak memakai sabuk pengaman tidak lagi duduk menghadap ke depan melainkan miring agar menghadap kepada Lawson "Kalau begitu 20" tebak nya lagi namun Lawson menggeleng kepala dan lagi-lagi masih dalam keadaan menahan tawanya. "Dua puluh satu" "Dua puluh dua" Tebakan yang ia ucapkan belum ada yang benar dan Aeris sudah semakin bingung "Emangnya lo se tua apa sih? Lo 23? Berapa kali lo tinggal kelas sampai tua banget daripada gue" "Hahahaha gue nggak pernah tinggal kelas, justru gue punya prestasi yang jauh lebih banyak dibanding Lo" tawa Lawson lagi sambil terus menyetir. Aeris yang melihatnya tertawa langsung menatap wajah Lawson dengan Lamat. Ia kesal melihat laki-laki itu tertawa tapi pemandangan ini sangat ia sukai. Aeris tentunya masih normal dan menyukai pria tampan namun bukan berarti ia hanya melihat ketampanan seseorang untuk menyukainya. Aeris masih memikirkan kepribadian lebih dahulu sebelum paras "Oke gue nyerah jadi lebih baik lo sendiri yang ngasih tahu gue berapa umur lo" "Seratus tiga puluh lima" Aeris bingung sebentar karena merasa jawaban Lawson tidak berkaitan dengan umur "Apa yang 135? Gue nanyain umur lo Lawson....." Ucap Aeris menyebutkan nama Lawson dengan nada yang panjang di akhir. Sepersekian detik ia mengatakan itu ia langsung mengerti apa yang dimaksud angka 135 "What?!" Teriak Aeris keras, mobil mereka yang tertutup membuat suaranya sangat keras di dalam mobil, Lawson langsung menutup sebelah kupingnya ketika mendengar teriakan Aeris "Jangan teriak" ucap Lawson, meskipun tubuhnya sangat kuat dan tidak mudah terkena penyakit karena ia seorang vampir tetap saja ia merasa telinganya berdengung ketika mendengar teriakan Aeris "Lo 135 tahun? Demi apa?! Lo sama aja tuanya sama neneknya nenek gue kalau masih hidup" ucap Aeris dengan mata yang melotot menatap tidak percaya kepada Lawson. Laki laki yang asyik mengendarai mobil itu langsung melirik wajah Aeris sambil tertawa, entah mengapa sedari tadi perempuan itu membuatnya banyak ekspresi dan tingkah yang tidak bisa ia tebak. "Iya gue 135 tahun" ucapnya datar. Aeris langsung memperbaiki duduknya untuk menghadap ke depan dan memperhatikan jalan dengan tatapan kosong, ia lumayan shock ketika mendengar angka ratusan itu. "Gue 19 tahun, Lo 135" ucapnya lagi sambil membayangkan betapa tuanya Lawson, dia juga membayangkan apa saja yang sudah dilalui laki-laki itu selama hidupnya. Namun ketika Aeris kembali memperhatikan Lawson mulai dari ujung rambutnya hingga ke kakinya, Aeris rasanya ingin gila. Tubuh laki-laki itu masih terlalu muda untuk orang yang berumur 135 tahun "Gue boleh nanya gak?" Ucap Aeris dengan nada pasrah "Nanya apa?" "Gue tahu kalau Vampir itu memang umurnya panjang, dan fisiknya lama menua, terus kalau Werewolf sama Wizard? Mereka punya umur yang sama kaya vampire atau tumbuh dan menua seperti manusia biasa?" "Werewolf punya umur yang hampir sama dengan vampir bahkan sebenarnya bisa dibilang sama, kami sama-sama bisa hidup dengan umur yang panjang. Tapi bedanya ketika menuju dari anak-anak hingga dewasa mereka memiliki waktu yang sama seperti manusia, mereka tumbuh secara normal. Kalo seorang vampir biasanya dua kali lebih cepat tumbuh dibandingkan manusia biasa dan werewolf. Ibaratnya setelah 1 tahun bayi vampir akan terlihat seperti bayi yang sudah berumur 2 tahun" "Wow......" Ucap Aeris yang sudah terkagum padahal Lawson belum menyelesaikan ceritanya "Nantinya kalau tubuhnya sudah mencapai 17 tahun maka pertumbuhannya akan berhenti, makanya gue benar-benar melambat seperti tubuh sekarang" "Kalau Wizard?" Ucap Aeris antusias, tentunya ia ingin mengetahui bagaimana fisiknya akan tumbuh sebagai seorang penyihir. "Wizard memiliki fisik yang sama seperti manusia" "Hah?! Jadi kami nggak punya keistimewaan?" Ucap Aeris tak terima, tentu ia berharap bisa memiliki fisik seperti seorang vampire dan werewolf "Wizard.... Memang fisiknya seperti manusia biasa, tapi kalian punya hal lebih yaitu punya kemampuan sihir dalam tubuh kalian, terlebih lagi sebenarnya kalian lebih kuat dibandingkan vampir dan werewolf, tubuh kalian itu bisa menerima dan menguasai bnayak sihir. Kalo kami biasanya hany punya satu kemampuan alami sejak lahir" "Lo punya kekuatan apa?" Tanya Aeris Ketika mereka asyik berbicara tidak terasa kini mereka sudah sampai di tempat tujuan, Lawson segera menepikan mobilnya dan Aeris melihat keluar dan mencoba menebak ke mana mereka akan pergi. Ia melihat sebuah tempat yang sudah ia kenali ditempat pemberhentiannya "Marth" Ucap Aeris setelah Lawson keluar dari dalam mobil, ia segera menyusul dan ternyata Lawson juga menuju toko tempat Matth berada "Lawson tunggu!" Teriaknya "Sejak kapan lo tau tempat ini?" "Loh, emangnya lu tahu tempat ini?" Ucap Lawson "Kemarin gue ke sini" "Hah? Kok bisa" "Yah enggak sengaja juga sih gue ngeliat ini, ayo masuk" ajak Aeris, padahal Lawson sudah lebih dahulu di depan pintu dibanding dirinya. Ketika mereka masuk, bel yang ada di atas pintu langsung berbunyi, membuat orang yang berada di tokoh tua dengan buku-buku usang ini langsung menyadari kalau ia kedatangan tamu. Drettttt Rak buku yang ada di dalam ruangan ini memiliki tinggi yang dimulai dari lantai hingga mencapai langit-langit ruangan, dan sebuah tangga terdengar bergeser bersamaan dengan Marth yang sedang menaiki tangga itu. "Owh! Lawson" ucap laki-laki tua itu tersenyum melihat Lawson, kemudian ia melirik Aeris, Dan ia masih mengingat wajah perempuan itu. "Apa kita pernah bertemu?" Ucapannya "Marth? Aku Aeris, 2 hari yang lalu aku datang ke sini" Marth tentu tidak langsung dengan karena ia sudah tua, namun setelah berpikir sebentar ia kembali mengingat wajah Aeris "Oh... Aku ingat, kau mencari buku-buku mengenai Vampir itu kan?, Apa kau membaca buku yang lain lagi?" "Hmmm... Sebenarnya aku datang ke sini gara-gara dia" tunjuk Aeris pada Lawson. Marth segera turun dari tangga yang bergerak dari sana kemari dengan sihirnya. Ia berjalan mendekati mereka berdua yang masih berdiri di depan pintu "Ada apa Lawson? Kau mau ke Dunia kita?" Ucap Marth, biasanya Lawson datang menemuinya karena ia ingin menggunakan salah satu portal yang biasanya digunakan kaum mereka untuk berpindah tempat ke dunia mereka "Dunia kalian?" Beo Aeris yang belum tahu kalau makhluk seperti mereka memiliki dirinya sendiri "Dunia immortal, gue dengar manusia menyebut tempat kita dengan sebutan itu" jelas Lawson, Aeris langsung menunjukkan ekspresi yang sangat gembira karena ia penasaran seperti apa dunia tempat para penyihir, tempat dan makhluk ajaib lainnya berada. "Tapi kita nggak pergi hari ini" ucap Lawson lagi membuat ekspresi bahagia Aeris seketika menjadi hancur. "Kenapa gak hari ini? Terus apa gunanya lo membawa gue ke sini?" Proses nya "Bukannya gue udah bilang lo harus mengenal kami semua dulu? Lo tahu Marth siapa?" "Wizard" ucap Aeris cepat untuk memperlihatkan dirinya meyakinkan untuk dibawa pergi sekarang "Benar, lo tahu apa kekuatannya? Atau Lo tahu hal-hal yang harus dilakukan penyihir? Dan peraturan-peraturan lainnya? Apa Lo tahu seluk beluk penyihir? Siapa yang menjadi pemimpin bagi kaum wizard, vampir, werewolf, Lo tahu?" Mendengar penuturan Lawson yang berurutan membuatnya terdiam mengulum bibirnya sendiri, ia tidak bisa menjawab satupun dari pertanyaan itu. Marth yang dari tadi berdiri di hadapan mereka menjadi bingung apa yang sebenarnya dibicarakan oleh Lawson dan Aeris "Kalian sedang membicarakan apa?" "Dia wizard yang pernah ku ceritakan kepadamu" "Kau banyak bercerita kepadaku termasuk tentang penyihir jadi...." Kalimat marth berhenti sebentar karena belakangan ini ada salah satu wizard yang menjadi pembicaraan hangat di antara mereka, termasuk Bagi penyihir lain. Marth segera mencoba memfokuskan kekuatannya kembali untuk merasakan aura yang dibawa oleh Aeris, selama ini ia hanya mengabaikannya dan ketika ia mencoba menggunakan kekuatannya lagi ia bisa merasakan kalau Aeris memiliki salah satu aura kuat bagi penyihir seperti mereka "Oh.... Dia orangnya?" Ucap Marth, ia tidak menyadari itu ketika melihat Aeris saat pertemuan pertama mereka "Pantesan saja waktu itu dia datang kesini dan mencari buku-buku tentang vampire" ucap Marth lagi "Hah?" Ucap Aeris heran, kedua laki-laki itu menatapnya lamat seakan Ia baru saja melakukan sebuah kejahatan yang tertangkap basah oleh mereka berdua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD