29

1785 Words
Pemandangan yang sangat hijau terlihat seolah-olah tidak mungkin berada di kota New York ini, pepohonan yang berada di sekitar mereka bahkan di tumbuhi oleh lumut di setiap batangnya. Di tengah-tengah hamparan rerumputan hijau itu terdapat 8 buah batu panjang yang seakan tertancap di tanah sehingga tegak menjulang keatas, mengelilingi batu bulat yang ada di tengahnya. Di atas batu bulat itu terdapat sebuah nampan atau mangkuk yang lumayan besar, dan terbuat dari tanah liat "Wow, gue baru tahu ada tempat kayak gini disini, walaupun jauh dari kota yang gue tahu tempat ini cuman hutan biasa doang, gue juga udah pernah datang ke sini sama teman gue tapi nggak ada tempat ini" ucap Aeris melihat sekitarnya, Dexter membawanya ke pelosok kota yang masih sangat asri, mereka bahkan menghabiskan waktu berjam-jam untuk sampai di sana "Manusia gak bisa lihat ini, coba perhatikan itu" tunjuknya ke arah langit hampa, Aeris langsung mendongakkan kepalanya untuk melihat ke langit dan memperhatikan apa yang sebenarnya ingin ditunjukkan oleh Dexter. Ia memperhatikan dengan lama dan menyadari kalau disana terlihat seperti ada selaput tipis bening namun juga bercorak seperti pelangi menjadi dinding yang mengelilingi tempat mereka berada. "Apa itu?" "Mantra, supaya nggak ada yang tahu tempat ini selain kaum Immortal. Yah walaupun kadang beberapa manusia sempat nyasar ke sini, dan mereka dicari sebagai orang hilang, bahkan banyak yang mengira mereka dibawa oleh para makhluk gaib. Padahal mereka salah masuk tempat" tawa Dexter, ia berjalan untuk memasuki lingkaran batu yang lumayan luas itu. "Oh ya? Hahaha Gue pernah dengar berita kayak gitu, tapi mereka juga sempat ditemukan, apa yang terjadi selama mereka setelah melihat ini?" "Pikiran mereka bakalan kacau, mereka bakalan mengaku kalau mereka melihat pemandangan yang sangat indah dan sebagainya, oh iya Lo tahu Kenapa mereka bisa masuk ke sini?" Tanya Dexter dan langsung dijawab oleh gelengan kepala oleh Aeris "Mungkin mereka memiliki keturunan kaum yang immortal. Tapi gen itu persenannya sangat sedikit di dalam tubuh mereka, mungkin salah satu dari kakek buyut mereka itu kaum Immortal tapi nggak pernah menceritakannya kepada pasangan mereka. Misalnya kakek buyut mereka menikah tapi nggak memberitahu jati dirinya yang asli sama istrinya. Akhirnya keturunan-keturunan nya bahkan yang harusnya sadar kalau dia kaum immortal memilih untuk diam doang walaupun merasakan hal-hal aneh. Jadi sisa keturunan itu ada dibeberapa manusia biasa. Jadi mereka kadang bisa masuk ke tempat ini, secara gak sengaja sih" jelasnya Aeris hanya mengangguk mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh Dexter, ia sudah berdiri di dekat sebuah batu bulat yang ada di tengah-tengah kumpulan batu melingkar itu. Dexter menyentuh wajan yang ada di atas batu itu, Aeris segera mendekat untuk melihat apa yang dilakukan olehnya "Apa ini?" Heran Aeris melihat benda yang ada di dalam wajan, terlihat seperti serpihan dari tempurung kelapa yang dibakar. Ia segera menyentuhnya dan menyadari kalau itu bukanlah arang yang ia kira "Ini.... Aduh Gue lupa namanya. Yang jelas dia bisa terbakar dan juga sangat subur" "Tanah kering?" Tebaknya "Hmm.... Mirip tapi bukan itu" "Apa kegunaannya? "Gue shape shifters jadi kekuatan gue nggak bakalan kelihatan kalau menggunakan ini. Biasanya yang punya kekuatan api, Tumbuhan, air, atau petir bisa gunain ini untuk mengetahui kekuatan mereka atau memancingnya keluar. Bisa digunakan sebagai latihan karena dia sangat sensitif. Lo mau nyoba?" Tawar Dexter, Aeris mengangguk dan segera mengambil posisi Dexter sebelumnya Aeris berdiri di depan batu bulat itu dan menyentuh wajan dengan kedua tangannya, ia melirik Dexter meminta instruksinya dan mengajarinya cara menggunakannya "Fokuskan pikiran lo untuk mengeluarkan sesuatu dari sana, emosi Lo harus lumayan mendalam karena belum pernah mengeluarkan sihir lo sebelumnya" "Apa yang harus gue pikirkan kalau gue enggak tahu apa yang bakalan bisa gue lakuin? Apa gue harus memikirkan kalau gue bisa ngeluarin api atau semacamnya?" Ucap Aeris bingung "Iya, tapi daripada Lo berharap keluar api lo harus fokus....., Cobalah melakukan sesuatu terhadap apa yang ada di dalam wajan itu, kalau memang mempunyai kekuatan api dia bakalan terbakar, kalau mempunyai kekuatan tumbuhan maka tumbuhan akan langsung tumbuh di sana. Kalau punya kekuatan air di sana akan muncul mata air. Kalau lu punya kekuatan meteor benda yang di dalam wajan itu akan berubah menjadi batu meteor dan akan terbang di hadapan lo. Semua bakalan terlihat, jadi lo harus fokus untuk melakukan sesuatu terhadap mereka, cobalah mengeluarkan sesuatu yang ada didalam diri Lo" Setelah mendengar penjelasan dari Dexter, Aeris segera menatap isi wajan itu, kedua tangannya sudah berada di sisi kanan dan kiri wajan. Ia terdiam berapa saat mencoba mengosongkan pikirannya, dan berharap sesuatu keluar dari sana. Dari tempatnya berdiri Dexter menatapnya, ia menunggu sesuatu terjadi dari sana. Beberapa Wizard yang menggunakan tempat mereka berada ini selalu berhasil untuk mengeluarkan sihir mereka. Ia memiliki teman yang mempunyai kekuatan tumbuhan dan seketika sihir temannya waktu itu meledak, bukan dari wajan itu saja, tumbuhan menjalar langsung keluar dari setiap batu yang mengelilingi tempat mereka. Tumbuhan jalar itu memiliki diameter yang sangat tebal, bahkan menjalar dan menutupi lingkaran itu sehingga tidak ada cahaya matahari yang masuk. "Argh gak bisa!" Teriak Aeris membuyarkan lamunan Dexter "Coba terus, fokus Aeris, pertama-tama lo harus fokus untuk mengeluarkannya meskipun nanti sihir yang keluar nggak bakalan bisa lo kendalikan langsung. Berusahalah untuk mengeluarkan kekuatan lo setelah itu Lo harus berusaha mengendalikannya" Aeris mencoba kembali dan hasilnya masih sama, tidak terjadi apapun disana bahkan petunjuk kecil saja tidak ada. "Argh!" Teriaknya kesal, Aeris langsung mendudukkan dirinya di tempat. "Huft.... jangan nyerah, bisa aja kekuatan lu bukan sihir Terra, benda ini nggak diciptakan untuk semua jenis sihir, walaupun memang kebanyakan para Wizard memiliki sihir ini" ucap Dexter menyemangati dirinya, ia mendekat dan duduk disampingnya "Terus apa metode lainnya? Lo sendiri gimana cara mengetahui sihir Lo?" "Hmm... Keluar sendiri sebenarnya, waktu gue masih balita bahkan dia udah keluar sendiri, mama gue pernah bingung mencari gue ada dimana karena nggak ada di tempat dia meletakkan gue terakhir kalinya, Tapi dia ngeliat kucing di tempat terakhir kali dia ninggalin gue di rumah" "Hahaha, jadi lo berubah jadi kucing terus gimana caranya orang tua lo nemuin lo?" "Waktu itu kami memang melihara kucing, jadi dia heran kenapa kucing kami ada 2 ekor. Pas dia perhatian dia bisa melihat mata gue di salah satu kucing itu, baru dia sadar kalau kemampuan Sihir gue udah muncul" "Terus, lo balik ke bentuk semula?" "Yaiyalah, gue masih kecil banget waktu itu jadi sihir gue juga belum matang, gue cuman berubah bentaran doang, gue suka banget sama kucing gue makanya tanpa sadar gue niru bentuknya, apalagi dia kecil jadi mudah untuk ditiru" Mereka terus bercerita mengenai kekuatan Dexter, dan Aeris menyadari dirinya benar-benar sangat terlambat untuk tahu sihir apa yang ia punya. "Lo tahu gak, waktu gue lagi di rumah sakit... Sebelum gue sadar kalau gue udah jadi Wizard, gue melihat kupu-kupu berwarna emas yang berkilau banget, apalagi waktu sayapnya kena matahari, dan gue juga berada di lantai atas jadi heran aja kenapa ada kupu-kupu terbang setinggi itu. Gue menyentuh dinding kaca yang ada di ruangan gue dan tiba-tiba dindingnya hilang" ucap Aeris yang mengingat kejadian aneh waktu itu "Hah? Jangan-jangan lu punya kemampuan menghilang? Menghilangkan barang atau menghilangkan diri lo sendiri". Tebak Dexter "Tapi waktu gue periksa lagi setelah gue terkejut ternyata dindingnya masih kembali, kupu-kupu yang tadinya di luar jadi berada dalam ruangan gue" "Ini" ucap Dexter memberikan kunci mobilnya kepada Aeris. Ia menarik tangan Aeris dan meletakkan kunci mobilnya di telapak tangannya "Untuk apa? Lo mau gue nyetir?" "No, coba hilangkan kunci itu" Aeris ragu, dan mencoba menghilangkan kunci itu, ia mengingat bagaimana caranya dinding itu tiba-tiba hilang ketika ia sentuh "Emangnya kemampuan menghilangkan sesuatu ini ada yah?" "Ada, tapi..... Sebenernya bukan kemampuan utama sih" ucap Dexter lagi "Bukan kemampuan utama?" "Iya, ada sih yang kemampuan utamanya bisa menghilangkan sesuatu, tapi kalau sebagai kekuatan utama biasanya dia bahkan bisa menghilangkan ingatan, bukan cuman barang. Beberapa Wizard lain juga bisa hilangin barang, itu seperti bonus sihir mereka aja, bakat lain. Tapi kita gak boleh pesimis dulu kan. Kalau memang kemampuan menghilangkan ini cuman kemampuan tambahan yang ada di dalam diri Lo, berarti lu udah punya kemajuan sejak awal" ucap Dexter lagi Aeris kembali menatap kunci mobil yang ada di tangannya, ia berusaha mengingat bagaimana perasaannya ketika menghilangkan dinding waktu itu. Ia mencoba menghilangkan dinding itu karena ingin menyentuh dan melihat kupu-kupu itu dengan dekat. Saat dinding itu menghilang jarak antara tangannya dan kupu-kupu yang menempel di dinding itu hanya dibatasi oleh dinding kaca "Gak bisa" ucap Aeris heran, padahal dinding itu jauh lebih besar dibanding kunci yang ada di tangannya tapi ia tidak bisa menghilangkannya Dexter kini ikut bingung, seharusnya jika sudah pernah melakukan sihir seperti itu pasti akan bisa melakukannya sekali lagi apalagi ke benda yang jauh lebih mudah. "Mungkin kita harus mencoba cara lain lagi, sudah membaca buku yang gue kasih?" "Udah, ternyata jenisnya benar-benar banyak yah" "Yap, dan sepertinya kita harus ke dunia Immortal" ucap Dexter, karena percobaan-percobaan lain seharusnya hanya di coba ketika berada di dunia immortal. Aeris merasa sangat tertarik untuk pergi ke sana namun ia teringat akan Lawson. Lawson pernah mengatakan dirinya harus siap untuk masuk ke dunia Immortal, dia tidak bisa langsung datang ke sana tanpa mengetahui banyak hal termasuk sihirnya sendiri "Kapan?" Ucap Aeris bertanya "Malam ini gimana?" "Cepat banget" "Bukannya Lo besok ada jadwal kuliah? Lagian Lo gak ada tugas malam ini kan?" Aeris sebenarnya memang tidak memiliki kegiatan apapun malam ini tapi ia berencana akan bertanya kepada Lawson. Ia memang percaya kepada Dexter tapi ragu akan peringatan yang pernah diberikan oleh Lawson. Pasti ada alasan kenapa dirinya belum dibawa ke sana. Jika memang sejak awal ia bisa masuk ke dunia Immortal pasti Lawson sudah membawanya sejak dulu sebagai Dexter. "Ya udah kalau gitu kita pulang dulu aja sekarang, nanti kalo gue bisa pergi gua bakalan menghubungi Lo. Lagian kita ada di gedung apartemen yang sama jadi mudah aja kalau mau jumpa" Akhirnya mereka beranjak dari tempat mereka duduk di tengah-tengah batu yang melingkar itu. Mereka segera berjalan keluar dari sana dan menembus dinding mantra yang melindunginya dari para kaum manusia. Mobil mereka masih terparkir di sana tanpa ada orang lain yang mengunjungi tempat ini "Dexter, gimana kalau suatu saat nanti manusia mau menguasai tempat ini dan membangun sesuatu di sini? Walaupun ini daerah pegunungan pasti nanti pemerintah bakalan punya ide untuk membangun sesuatu disini. Apa batu ini nanti bakalan hancur? Walaupun dipasangkan mantra. Batu-batu tadi kan beneran nyata" tanya Aeris ketika mereka sudah memasuki mobil dan beranjak dari sana. "Pemerintah negara kita ini masih bisa dikendalikan sama kaum kita" "Maksudnya?" "Beberapa kaum Immortal juga mengawasi pemerintahan" Mulut Aeris langsung membulat ketika mengetahui kalau kaum Immortal juga bisa masuk ke dalam dunia pemerintahan manusia. Dan tujuan mereka adalah untuk menjamin kelangsungan nyamannya hidup pada makhluk hidup jika berada di dunia manusia. Dan terkadang terdapat beberapa manusia yang mengetahui keberadaan kaum immortal. Entah itu dikarenakan mereka berpasangan dengan makhluk Immortal itu, atau alasan lainnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD