41

1709 Words
"Lihatlah apa yang sudah Lo perbuat" ucap Lawson pada Aeris, mereka berdiri di atas sebuah gedung yang bisa membuat mereka melihat gedung yang sudah hancur itu. Dari ketinggian yang ada mereka bisa memperhatikan banyak mobil polisi dan juga orang-orang yang ikut ingin tahu apa yang baru saja terjadi. Mata Aeris sudah kembali seperti warna sebelumnya. Ia terdiam melihat apa yang terjadi di sana, dia sudah lebih tenang ketimbang ketika bersama Heshi tadi, ketika melihat mereka ia benar-benar tidak bisa menahan emosinya untuk melukai mereka. Bahkan mengingatnya saja membuatnya marah. "Apa gue bakalan masuk penjara?" Ucap Aeris bertanya dengan mata yang masih memperhatikan ke depan. Lawson melirik Aeris yang ada di sebelah kirinya, perempuan itu tidak memiliki rasa penasaran ketika menatap kehancuran yang ia buat. Namun juga dia tidak terlihat bahagia, ia menatapnya dengan kosong seolah tidak menyangka dengan apa yang barusan terjadi "Kita bakalan lihat sendiri, gue nggak bisa menghilangkan ingatan orang lain. Tapi gue punya kenalan yang bisa melakukan itu" Aeris langsung menatapnya ketika mendengar ada seseorang yang bisa menghilangkan ingatan "Lo bakalan membuat mereka hilang ingatan?" Ucap Aeris "Iya, sebenarnya ingatannya bukan hilang tapi tertanam jauh di dalam memorinya. Beberapa kejadian mungkin bakalan membuat dia ingat suatu saat nanti" "Mana orangnya? Kita membutuhkan dia sekarang" "Dia udah ada di sana tanpa Lo minta" ucap Lawson menunjuk pada keramaian itu "So.... Lo udah mendapatkan Sihir lo?" ucapnya lagi, Aeris langsung tersenyum tipis karena ia juga merasa senang mendapatkan sihirnya kembali. Dia menengadahkan tangannya dan mencoba mengeluarkan sihirnya, sebuah bola biru yang bercahaya langsung terlihat di sana "Sihir apa ini?" Ucap Lawson Bola biru itu terlihat sangat jernih dan bening, ia juga memancarkan cahaya biru yang sangat indah, disekitar bola biru itu juga terlihat seperti asap biru yang menguap ke udara "Kalau Lo nanya gue, gue harus nanya siapa? Gua nggak tahu sihir apa yang gue punya. Tapi gue bisa melakukan hal ini" Sihir yang ada di tangan Aeris tiba-tiba berubah bentuk, yang tadinya bulat menjadi piramida, kemudian menjadi balok dan bentuk-bentuk lainnya. Aeris bahkan membentuk sebuah ujung panah yang tajam kemudian melesatkan panah itu Slaaattttt Dengan cepat anak panah biru yang yang ada di tangan Aeris melesat pergi dari tangannya, ia melemparkan anak panah itu kepada seseorang yang memperhatikan mereka dari kejauhan dan di bawah sana. Trashh Anak panah itu mendarat di tanah dan membuat aspal yang ia kenai menjadi retak. Orang yang tadinya ditargetkan oleh Aeris berhasil mengelak, jika saja panah itu mengenai tubuhnya pasti akan membuatnya terluka parah. "Werewolf" ucap Aeris dan diberi anggukan oleh Lawson. Werewolf yang berada di bawah sana menatap ke ketinggian gedung. Mereka saling melihat dan werewolf yang tidak mereka kenal itu tahu kalau perempuan yang ada di atas sanalah yang menyebabkan kekacauan yang terjadi. "Kayaknya dia tahu itu ulah gue" ucap Aeris "Semua makhluk Immortal kemungkinan sudah tahu" ucap Lawson, sebenarnya ia bisa merasakan beberapa pasang mata yang memperhatikan mereka dari jauh sejak tadi. Kemampuan vampir bisa merasakan hal ini namun Aeris tidak, karena ia hanya seorang wizard. Kltakk Suara sepatu terdengar di belakang mereka, mereka berdua langsung berbalik kebelakang dan melihat siapa yang baru saja datang. Perempuan penyihir baru saja terbang dan menjumpai mereka yang ada di atas bangunan. Tadinya perempuan itu masih berada di reruntuhan gudang yang masih diselidiki oleh para polisi "Di sini kalian ternyata" ucap haleth, Aeris menatap lawson dengan pandangan bertanya-tanya karena ia tidak mengenalnya, ia yakin kalau lawson lah yang dicari oleh perempuan itu "Sihir yang meledak itu, pasti berasal dari mu kan?" Ucap Haleth lagi, ia menatap mata Aeris dan memperjelas kalau kepada Aeris lah ia berbicara "Ehm.... Iya, Gue nggak sengaja" ucap Aeris membela diri, perempuan yang ada dihadapannya ini sudah lumayan tua. Cocok untuk dianggap sebagai bibinya "Aku tahu, panggil aku Haleth, aku juga seorang wizard" ucapnya memperkenalkan diri kepada Aeris, Lawson sudah mengenalnya, Haleth adalah salah satu petinggi di dalam universitas tempat mereka belajar. "Aku sudah mendengar tentang seorang penyihir yang sihirnya disegel sejak kecil, dan tiba-tiba terbuka sampai membuat para makhluk Immortal yang ada di sekitarnya langsung tertarik untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi sekarang kau sudah menemukan sihir mu, dan lagi-lagi aura yang selama ini kau perlihatkan tidak berbohong. Kau memang memiliki sihir yang kuat" Sambil berbicara Haleth terus berjalan mendekati Aeris dan lawson, ia menatap Aeris untuk mencoba mencari tahu siapa sebenarnya orang tua Aeris, ia merasa mengenali wajah yang mirip dengan Aeris namun tidak yakin di mana ia melihatnya dan siapa orangnya "Kristal" ucap Haleth tiba-tiba setelah menatap lama ke arah mata Aeris "Hah?" "Kristal, itulah sihir yang kau punya" ucap Haleth sambil tersenyum, kemudian senyum itu tiba-tiba berubah menjadi tatapan yang sangat serius. Aeris yang melihat perubahan emosinya langsung merasa ketakutan. Ia tahu ada yang salah dengan sihirnya "Jadi apakah itu kabar yang baik atau buruk?" tanya Aeris "Dua-duanya, sihir yang kau punya salah satu sihir langka dan sudah tidak ditemukan untuk beberapa lama. Bahkan sekarang hanya kau satu-satunya kaum Immortal yang memiliki sihir itu. Kabar buruknya kekuatan mu akan membahayakan dirimu. Kau.... Akan dikejar oleh orang-orang yang ingin memanfaatkan Sihir mu itu" "Guner" ucap Lawson yang tahu apa yang sedang dibicarakan oleh Haleth "Iya, hanya sihir yang dimiliki oleh Aeris yang bisa mengetahui letak keberadaan kristal itu. Dia pasti akan mencari Aeris setelah mengetahui kabar ini" ucap Haleth Melihat pembicaraan yang serius di antara Haleth dan Lawson membuat Aeris mulai khawatir, ia yakin hal yang akan dihadapi sangatlah serius. Dia tidak tahu nama yang sedang mereka bicarakan "Siapa Guner?" Ucap Aeris, Haleth merasa mereka sudah tidak aman lagi berada di atas gedung itu. Hujan sudah reda dan mereka sudah basah kuyup. "Kalian pulang lah, Aku harus menyelesaikan permasalahan yang terjadi" ucap Haleth dan berjalan pergi dari sana. Ia terbang mencari arah yang tepat untuk mendarat di tanah kembali tanpa dilihat oleh kaum manusia. Lawson dan Aeris saling melihat satu sama lain, Lawson mengulurkan tangannya untuk mengajak Aeris turun dari gedung itu bersama dirinya. "Gue pasti bisa terbang seperti dia kan?" Ucap Aeris yang tahu kalau seorang penyihir pasti bisa terbang "Bisa, tapi lo butuh latihan" "Kenapa gue bisa melesat?" Ucap Aeris, setahunya seorang penyihir tidak bisa melesat tepat di tanah seperti seorang vampir. Para Wizard hanya bisa melesat dengan cepat ketika mereka terbang. Tangan lawson yang tadinya terulur tidak diterima Aeris, ia menarik tangannya kembali dan berfikir kenapa hal itu bisa terjadi. "Lo melesat? Maksudnya lari dengan cepat ketika di tanah?" "Iya, gue juga ngelakuin itu secara nggak sengaja. Tapi sekarang gue tahu itu seharusnya terjadi" ucap Aeris lagi "Hmm.... Gue gak tahu, tapi bisa jadi itu salah satu kemampuan yang ada karena sihir Lo, gue enggak tahu apa aja yang bisa dilakukan oleh penyihir kristal. Kayak yang lo dengar dari Haleth tadi, lo satu-satunya penyihir kristal setelah beribu tahun, gue nggak pernah menemukan penyihir kayak Lo" ucap Lawson, ia menarik tangan Aeris langsung dan menariknya ke dalam gendongannya, Aeris yang sudah mendapatkan perlakuan ini beberapa kali tidak lagi terkejut. Lawson langsung membawanya melompat dari atas gedung yang tinggi mencari tempat yang aman untuk mereka mendarat Diposisi yang lain kini rumah sakit sudah menjadi tempat tinggal ke enam orang yang berurusan dengan Aeris, salah satu anggota kelompok mereka yang beruntung tidak ikut dalam rencana mereka segera menuju rumah sakit setelah mendengar kabar mengenai Heshi dan yang lain Aqato berlari terburu-buru di rumah sakit untuk mencari ruangan tempat ke-6 temannya berada. Setelah bertanya kepada pegawai rumah sakit ia diminta untuk menuju ke ruangan unit gawat darurat "Heshi!" Panggil Aqato panik ketika melihat pintu yang dijaga oleh para polisi, ia handak menerobos masuk namun ditahan oleh para polisi karena mereka masih dalam pemeriksaan "Apa yang terjadi? Siapa yang menyerang mereka?!" Ucap Aqato panik, bagaimana pun juga mereka adalah teman-temannya dan juga pacarnya "Hanya ada mereka di tempat kejadian" "Gak mungkin!" "Tenang nak, kami akan mencari tahu" ucap polisi itu yang melihat dirinya sangat panik Tidak ada pilihan lain selain menunggu, Aqato duduk di kursi tunggu untuk bisa masuk ke dalam dan melihat keadaan teman-temannya. Selang beberapa lama ia tidak tertidur dan terus memperhatikan para polisi yang bergantian masuk dan juga para dokter yang berlalu-lalang beserta para perawat nya. Akhirnya Aqato dipersilakan masuk ke dalam, mereka semua masih tertidur namun Rary sudah terbangun ketika ia masuk kedalam ruangannya "Satu..., Dua... Tiga.... Empat... Lima?" Heran Aqato ketika melihat hanya ada 5 orang yang ada di sana sementara satu tempat tidur lagi kosong. Ia segera mendekati Rary membuka matanya dan menatap kosong pada langit-langit "Rary!" Panggil Aqato mendekatinya. Ia menepuk pipinya untuk mengajaknya berbicara "Siapa yang menyerang kalian?" Ucapnya bertanya, Rary hanya diam dengan bibirnya yang terlihat bergetar ingin mengatakan sesuatu namun lidahnya kelu "Katakan aja Rary, kenapa kalian bisa babak belur kayak gini apa yang terjadi?" Ucap Aqato lagi mendesak "Hantu" ucapnya setelah lama diam Ekspresi cemas Aqato langsung berubah menjadi datar, ia tidak mengerti apa yang dimaksud hantu oleh Rary "Hantu? Lo ngelihat hantu, Rary... Lo belum mati. Lo masih hidup. Lihat gue" ucap Aqato, Rary yang masih merasa ketakutan langsung menatap mata "Hantu" ucapnya sekali lagi, Aqato kini langsung menjauh dari Rary yang menatapnya dengan mata ketakutan. Ia tidak mengerti apa yang terjadi kepada mereka sehingga membuat temannya itu menjadi aneh. Ia menatap Heshi, Fize, Kurnia dan Nova yang masih tertidur dengan alat-alat medis yang menempel di tubuh mereka. Ia ingin bertanya kepada mereka namun belum ada yang tersadar "Kemana Hiro?" Ucapnya Aqato memang belum tahu kalau salah satu temannya sudah mati, ketika mendengar Heshi dan teman-temannya mengalami kecelakaan ledakan di gudang ia langsung berlari ke rumah sakit tanpa mengetahui adanya korban jiwa Setelah beberapa saat Ia berpikir ia langsung mengambil ponselnya untuk melihat berita. Bahkan berita utama yang ada di setiap pemberitaan adalah ledakan yang dialami oleh teman-temannya. Dengan cepat ia langsung menggeser tulisan berita itu untuk mencari tahu berapa orang yang terlibat di dalam kecelakaan yang terjadi. Dan ia hanya menemukan inisial temannya Matanya langsung membulat ketika melihat keterangan korban jiwa, dan inisial korban jiwa itu milik Hiro. "Hi, Hiro?" Ucapnya gagap, ia frustasi dan menarik rambutnya dengan kasar, di dalam berita itu dikatakan kalau Hiro tewas karena terhempas menusuk salah satu besi hingga menancap pada tubuhnya. "Dimana dia, pasti dirumah sakit ini" ucapnya dan segera keluar dari sana. Ia berencana untuk melihat sendiri jasad Hiro. Namun saat ia keluar dari sana beberapa orang tua baru saja tiba dan melihat Aqato berdiri disana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD