38

1769 Words
Brakkk Tubuh Aeris baru saja terbanting ke atas meja ketika berusaha melawan salah satu laki laki itu, ia kalah tenaga namun mereka juga sudah kewalahan dalam melawannya yang sendirian. Mereka memang tidak terkejut dengan kekuatan Aeris, mereka sudah pernah menghadapinya sebelumnya "Aakhh! b******k!" Teriak Aeris ketika kakinya ditarik hingga ia terjatuh dari meja dan badannya terhempas kelantai, ia diseret ke kesalahsatu ruangan lain dan berusaha menahan dengan cara menarik meja agar beban yang ditarik bertambah "Kali ini kita punya kesempatan?" Ucap salah satu laki laki yang mengikuti kemana Aeris diseret "Yah, kali ini kita punya waktu hahaha" Aeris tidak mengetahaui apa yang sedang mereka bicarakan namun dia tahu sesuatu yang tidak baik akan terjadi padanya. Ia sudah mulai cemas dan berusaha memberontak namun ia sudah lumayan terluka. Citssss Suara yang sama dengan suara yang ia dengar ketika ia berada di dalam goa terdengar, ia yang mencakar lantai bisa melihat kalau tangannya mengeluarkan cahaya. Aeris merasa ada harapan, ia berusaha mengeluarkan sihirnya lebih banyak namun tidak terjadi apapun, ia masih redup seperti waktu itu Tranggggg Ketika Aeris sedang berusaha mengeluarkan sihirnya, suara kaca pecah terdengar sangat keras, padahal ketiga laki-laki itu ada didekatnya Slattt Slattttt Seketika cahaya hijau melesat menyerang ketiga laki-laki itu, kaki Aeris yang tadinya ditarik kini terbebas setelah laki-laki itu tersungkur. Ia yang terbaring dilantai langsung melihat ke arah pintu karena merasakan seseorang disana. "Dexter!" Panggil Aeris, laki-laki itu berjalan masuk dan melihat ketiga orang yang ia serang sudah terbaring pingsan, ia membantu Aeris untuk beranjak berdiri dan segera pergi dari sana "Wait, mereka gimana?" "Biarin aja, kita harus pergi sebelum mereka terbangun. Gue cuman buat mereka pingsan doang, kita gak boleh gunain sihir didepan manusia" "Bentar!" Jika dia tidak bisa menangkap ketiga laki-laki itu setidaknya ia harus tahu wajahnya, Aeris segera mendekati mereka bertiga dan membuka topengnya satu persatu. Ia mengamati wajah itu dan merasa pernah melihatnya "Mereka...... Mahasiswa juga kan? Kayaknya gue ingat wajahnya" ucap Aeris "Hah? Mereka.... Iya, dia ada di fakultas ini juga, makanya dia bisa masuk lab ini" ucap Dexter Mereka yang masih memperhatikan wajah mereka segera mendengar suara dari pintu keluar. Sepertinya ada yang hendak masuk ke dalam karena mendengar keributan yang dibuat oleh Aeris tadi. Dexter segera menarik Aeris dan mereka keluar dari jendela. Dexter membawa Aeris dalam gendongannya dan mereka terbang dengan cepat ketempat yang sepi. Pintu laboratorium terbuka, pihak penjaga keamanan sekolah heran ketika lampu tidak bisa dihidupkan, senter yang ia bawa sebagai penerangan memperlihatkan keadaan laboratorium yang sudah hancur, banyak alat-alat bantu yang pecah karena jatuh dari meja. Mejanya juga sudah tidak beraturan. Satpam itu segera menuju ruang penyimpanan yang ada di dalam ruangan itu setelah melihat ruangan yang terbuka, dan ia langsung menemukan tiga laki-laki yang tidak sadarkan diri. "Makasih, Lo tahu darimana gue disana" ucap Aeris setelah mereka mendarat disalah satu taman kota yang sudah terbengkalai, disana sepi sehingga mereka tidak perlu khawatir jika ada manusia yang melihat mereka muncul tiba-tiba. "Gue juga lagi di kampus, gue bisa tahu Lo ada di kampus juga dan gue dengar Lo teriak. Telinga gue sensitif tadi" "Jadi Lo punya pendengaran yang super juga?" "No.... Gue tadi lagi berubah bentuk, ehm pokoknya gitulah" ucap Dexter tidak mau membahasnya "Kenapa mereka ada disana? Dan apa yang mau mereka lakukan?" Ucap Dexter kini memberi pertanyaan pada Aeris. Tentu dari keadaan disana tadi pasti Aeris sempat bertengkar dengan mereka, tidak mungkin mereka sengaja mengacaukan tempat itu sendiri "Gue gak tahu mereka mau apa, yang jelas mereka mau ngecelakain gue. Gak tahu alasannya apa. Nanti kalau mereka bangun pasti mereka bingung karena gue hilang dan bakalan nyari gue kan?" Tebak Aeris, ia menduga kalau ketiga laki laki itu akan kembali mencarinya "Mereka gak bakalan ingat kalau mereka bertemu sama Lo. Tapi mereka bakalan ingat rencana mereka. Jadi Lo bisa bersikap seperti biasa waktu jumpa sama mereka, dan mencari tahu apa sebenarnya rencana mereka" jelas Dexter, sihir yang ia gunakan tadi biasanya digunakan untuk para manusia yang tidak sengaja bertemu kaum Immortal yang sedang menunjukkan jati dirinya secara tidak sengaja "Jadi mereka gak bakalan ingat kami udah bergulat?" Ucap Aeris tak percaya, dan diberikan gelengan kepala oleh Dexter. ___________ Hening menjadi suasana yang selalu didapatkan di dalam perpustakaan, setiap orang sibuk dengan kegiatan masing masing dan berbicara dengan pelan. Menjaga keheningan untuk memberikan kesempatan fokus pada orang orang yang belajar. Orang orang yang ada disana dominan mengerjakan tugas, karena perpustakaan ini adalah perpustakaan fakultas kedokteran hewan tempat Aeris belajar. Ia sedang sendirian dan menunggu seseorang untuk datang "Ck, gue masih kepikiran yang semalam" batin Aeris, ia berusaha fokus namun pikirannya terus bercabang "Lo udah lama nunggu?" Ucap Aqato yang datang, ia memang orang yang ditunggu oleh Aeris, mereka memiliki tugas kelompok dan harus mengerjakannya bersama. Mereka terdiri dari empat orang dan membagi tugasnya masing-masing. Aqato dan Aeris akan menyelesaikan tugas mereka bersama "Belum, gue gak fokus" "Kenapa? Emangnya Lo mikirin apa? Ada masalah?" "Enggak, yaudah ayo kita kerjakan" Laptop yang ada didepannya ia geser kepada Aqato agar laki laki itu melanjutkan pekerjaannya. Sementara itu diposisi yang berbeda Heshi, Fezi dan Rary sedang bertemu dengan ketiga laki laki yang gagal melancarkan aksinya, mereka justru kena masalah karena menghancurkan ruangan laboratorium. Untuk beberapa lama ruangan itu tidak akan bisa dipakai, belum lagi mengingat banyaknya alat yang rusak "Kalian ngapain sih hah? Bukannya dapetin dia malah bertengkar? b**o!" Caci Heshi kepada tiga laki laki itu "Heh, kalau bukan karena Lo yang minta bantuan kami pake ide gila Lo itu, ini semua nggak bakalan terjadi" "Gue nggak nyuruh kalian untuk memorak porandakan laboratorium, apalagi kalian bertengkar di sana dan ditemukan dalam keadaan pingsan! bodoh banget sih" "Jaga mulut lo yah!, Gue bisa menghajar mulut lo itu pakai tangan kosong. Lu kira gara-gara lu pacar Aqato kami gak bakalan berani lukain Lo hah? Lo masih punya batasan untuk gak seenaknya sama kami" ucap salah satu dari mereka lagi, tentunya mereka tidak terima jika terus dicaci maki oleh Heshi Merasa terancam membuat Heshi mulai memperhatikan setiap kalimatnya. Tapi emosinya masih belum reda dan ia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi "Oke, kalau begitu jelasin Kenapa kalian bertengkar di sana? Dan kenapa Aeris gak ada disana, bukannya Lo bilang dia ada tugas disana?" "I know, kami juga lupa, kami gak ingat kenapa kami bertengkar" "Kalian mabuk?" Tanya Heshi lagi, hanya alasan mabuk yang mungkin bisa menjelaskan Kenapa ketiga orang itu tidak sadar saling bertengkar Ketika laki-laki itu sering menatap dan mereka semakin bingung, mereka sama sekali tidak minum alkohol. Dan mereka ingat kalau mereka akan mengerjai Aeris di lab. Tapi tiba tiba mereka sudah bangun dengan keadaan hancur disegala sisi, dan satpam beserta beberapa orang lain menemukan mereka disana "Mungkin" ucap Hori, salah satu dari laki laki itu, dia adalah pacar Rary "Ck, arghhhhh!" Heram Heshi kesal, ia bahkan menghentakkan kakinya ke lantai "Kalo gitu kita cari cara lain" "Kenapa kita masih ikut campur sama dia sih? Menurut gue udah cukup waktu kita menyerang dia sama Licia" ucap Hori lagi "Gue belum puas" ucap Heshi lagi Mereka segera bubar, Hori dan yang lain pergi untuk menemui Aqato. Mereka memiliki rencana untuk pergi ke suatu tempat bersama hari ini. Dan tentunya rencana mereka bertiga dengan Heshi dan yang lain masih dirahasiakan dari Aqato "Aeris!" Ucap Lawson kini berada dihadapan Aeris, hal ini terasa sudah menjadi kebiasaan lawson ketika bertemu dengan Aeris. Melihat kedatangan nya membuat Aeris tersenyum cerah, ia menunggu laki laki itu mendekat "Darimana aja Lo, jadi Lo jumpa sama teman Lo semalam?" Ucap Aeris bertanya, lawson emang mengatakan kepadanya kalau semalam ia hendak bertemu dengan teman vampirnya yang lain "Lo gimana, gue udah denger dari Dexter" Aeris yang tadinya tidak ingin membahas itu langsung terpaku, ia tidak tahu kalau Dexter secepat itu memberitahu informasi mengenai dirinya kepada Lawson, ia merasa Dexter seperti memata-matainya untuk Lawson sekarang "Dia nggak pernah menutup mulutnya ya" ucap Aeris membicarakan Dexter "Siapa mereka, kenapa bisa nyerang lo?" "Gue juga gak tahu, gue bakalan mencari tahu nya. Kita bakalan ke dunia Immortal kan? Gue makan dulu, lapar" ucapnya sembari mereka berjalan beriringan Seperti biasanya mereka akan mencari cafetaria kampus untuk makan siang. Mereka mulai terlihat sangat akrab, dan para makhluk Immortal lain juga mengira mereka menjalin hubungan, padahal Lawson hanya memastikan kalau Aeris baik baik saja dari serangan kaum mereka. Dan kini manusia juga ikut mencoba mencelakainya "Lo masih didekati sama Aqato?" Tanya Lawson lagi, Aeris yang mendengar itu justru merasa aneh sendiri ketika Lawson menanyakan status laki laki lain "Yah, masih kayak biasanya" "Dia terlalu memaksakan sampai nyari kelas yang sama, sampai semua jadwal Kalian sama semua" ucap Lawson dengan nada yang terdengar kesal "Makanya gue masih terus anggap dia bodoh, padahal dia senior masa kelasnya sama semua sama gue" "Sekarang dia dimana? Tumben aja gak ngekor ke Lo" pancing Lawson lagi membuat Aeris tertawa. Memang Aqato juga suka menempel padanya tapi tidak setiap hari "Mana gue tahu, gue juga gak nanyain dia" tawa Aeris Mereka akhirnya sampai di cafetaria, Aeris langsung memesan makanannya dan duduk di bangku bersama lawson. Seperti biasanya lawson hanya memesan minuman, kadang ia menyentuhnya atau tidak meliriknya sama sekali. Hanya sebagai pengalihan saja. "Gue pernah ngeliat wajah orang yang semalam. Dan gue juga dengar memang ada mahasiswa yang kena kakus gara gara hancurkan lab. Itu pasti mereka bertiga, Dexter memang udah bilang kalau mereka gak bakalan ingat apapun. Dan kayaknya memang benar, mereka gak nyari gue, mereka gak tahu kalo mereka udah nyerang gue semalam. Tapi bukan berarti rencana mereka berhenti gitu aja, gue harus mencari tahu mereka siapa dan apa tujuan mereka sebenernya" "Jadi.... Menurut Lo mereka memang sengaja mau nyelakain Lo? Atau bisa aja mereka memang cuman mau nyari perempuan tapi kebetulan Lo yang ada di lab sendirian" Ucap Lawson memberikan kemungkinan lain, pasalnya memang pernah terjadi kejadian pelecehan seperti itu dimana saja, mereka tidak mengincar seseorang, hanya mengincar siapa yang ada didepan mata pada saat itu juga. Seperti seorang perempuanyang sendirian didalam ruangan kampus pada malam hari Kegiatan makan Aeris berhenti, ia tidak memikirkan hal itu. Bisa saja itu dikarenakan dia yang kebetulan sendirian semalam "Iya juga, tapi tetap aja gue harus tahu, gue gak nyangka ada cowok m***m kayak mereka disini" "Lo Ingat wajahnya?, coba kasih tahu gue ciri cirinya" Aeris berushsa mengingat wajah laki laki itu, ia memperhatikan sekitarnya untuk mencoba menjernihkan pikiran dan mengingat ciri-cirinya "Salah satu dari mereka punya jambang yang tipis, kayak baru dicukur, rambutnya sedikit gondrong tapi rapi, badannya lumayan kurus untuk kategori cowok dan..... Oh kayak gitu!" Ucap Aeris menunjuk pada seorang laki laki yang terlihat dari jauh, Lawson ikut melihat kearah itu dan Aeris terdiam ketika melihat wajah ketiga laki laki lainnya Disana ada Aqato, dan tiga laki laki yang menyerangnya semalam "Itu mereka" ucapnya pelan dan juga terhenyak
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD