27

1742 Words
"Dexter, siapa yang datang?" Ucap Aeris yang segera menyusulnya Karena temannya itu tidak kunjung kembali ke tempat duduknya. Ia langsung melihat seseorang yang masih berdiri di depan pintu dan melihat nya juga, ia terdiam karena merasa tatapan Lawson menusuk kedua bola matanya "Ohh... Lawson, Lo ngapain kesini?" "Dia ngapain kesini?" Tanya Lawson yang bertujuan untuk menanyakan alasan keberadaan Dexter "Dia teman gue, Lo juga pasti udah tahu kalau dia penyihir seperti gue kan? Apa salahnya gue berteman sama dia, oh iya dia juga mau bantuin gua untuk nemuin kekuatan gue" "Hah? Lo yakin dia bakalan membantu lo?" Ucap Lawson yang terdengar sama sekali tidak yakin kepada Dexter. Ia juga langsung menerobos masuk dan menutup pintu apartemen Aeris. Dexter yang mendengar itu langsung memberikan tatapan herannya kepada Lawson, ia bahkan langsung berpikir apakah ia pernah melakukan kesalahan pada Lawson sehingga laki-laki itu tidak senang akan kehadirannya "Why not?" Ucap Aeris, ia juga memberikan isyarat kepada Dexter agar mereka kembali ke tempat duduk mereka. Akhirnya mereka kumpul di tempat nonton, ruangan santai milik Aeris yang biasanya sangat sepi dan tidak pernah dikunjungi oleh orang lain selain Vulia. Mereka duduk di sofa yang berbeda dan mengelilingi meja. Masing-masing dari mereka masih sendiri untuk beberapa saat, Lawson memberikan tatapan menusuk pada Dexter yang akhirnya ikutan kesal karena merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Aeris menatap mereka berdua Dan yakin kalau ada sesuatu diantara mereka berdua sebelumnya "Orang tua Lo penyihir" ucap Lawson dengan tatapan mata yang masih melirik Dexter kesal "Hah? Udah jelas dong" ucap Dexter "Bukan Lo, tapi Aeris" Pendengaran Aeris yang tadinya tidak fokus langsung menajam, Aeris memperbaiki posisi duduknya dan mencoba mendengar kalimat Lawson lagi, ia merasa Ia baru saja salah dengar "Apa Lo bilang? Orang tua gue penyihir? Lo tahu darimana?" "Cormac, pemimpin kaum immortal. Dia kenal orang tua Lo" Mendengar seseorang mengenal orangtuanya membuat senyum sumringah terukir diwajahnya. Aeris benar-benar bahagia mendengar ini itu berarti selama ini sebenarnya Ia adalah seorang Wizard. "Gue bisa mempercayai perkataan lo ini kan? Lu nggak mengarangnya supaya gue tenang kan?" Ucapnya takut terlalu bahagia jika ini semua kebohongan "Gue serius, untuk apa juga gue bohongin Lo. Kedua orang tua lo memang Wizard. Dan selama ini ada yang menyegel sihir Lo, jadi setelah sekian lama segel itu akhirnya terbuka. Makanya semua aura sihir Lo udah bisa dirasakan oleh semua kaum kita. Padahal awalnya lo cuman dikenal sebagai manusia biasa" Dexter mendengarkan semua informasi mengenai Aeris, ia juga ikut penasaran siapa sebenarnya orang tua Aeris. Mereka berada di umur yang hamil sama itu berarti ada kemungkinan kedua orang tua mereka saling kenal. Meskipun sebenarnya Dexter sudah sangat tua namun ia awet muda karena beberapa ramuan "Siapa nama orang tua Lo?" Ucap Dexter ikut bergabung dalam pembahasan mereka berdua "Emangnya orang tua lu tinggal di mana?" "New York, sama dengan gue, tapi cuman beberapa waktu aja mereka menetap di dunia kita, dunia Immortal" "Kalau begitu mereka pasti nggak pernah bertemu, orang tua gue di London. Dan mereka udah meninggal sejak gue kecil" ucap Aeris santai, Dexter yang mendengar itu justru merasa bersalah karena membahasnya. Ia ingin meminta maaf namun merasa canggung "Makasih Yah Lawson, setidaknya salah satu pertanyaan yang selama ini ada di benak gue udah terjawab. Sekarang gue hanya perlu mencari tahu kenapa sihir gue disegel dan siapa yang menyegelnya, kalau orang itu masih hidup juga gue mau menanyakan alasannya" ucap Aeris, ia memang berharap orang yang menyegel sihirnya masih hidup dan bisa bertemu dengannya. Meskipun kemungkinan itu sangat kecil, setidaknya jika orang itu masih hidup pasti akan mencari keberadaan Aeris, setelah mendengar berita tentangnya "Setuju, sekarang kita harus melatih kekuatan Lo. Gak ada kata terlambat untuk belajar" "Gak perlu" ucap Lawson tiba-tiba, seakan tidak setuju dengan apa yang dikatakan Dexter. Mereka berdua langsung melihat Lawson heran, terlebih lagi orang yang menyarankan agar Aeris mempelajari sihirnya adalah Lawson sejak awal "Apa yang gak perlu?" "Lebih baik Lo gak memaksakan untuk mencari tahu sihir apa yang Lo punya, daripada mencari tahu sih lebih baik lo mencari tahu kenapa sihir lo itu di segel. Gue udah bertanya sama Cormac, penyihir yang menyegel Lo itu penyihir kuat, dan dia bukan orang yang sembarangan melakukan itu pasti ada alasan kuat dibaliknya" Aeris berfikir sejenak, ia dan Dexter juga sadar kalau ada alasan dibalik semua yang terjadi padanya tapi bukan berarti dia harus diam terus menerus menunggu seseorang memberikannya jawaban, tanpa ia harus melakukan sesuatu. Dia sudah tidak bisa menunggu, Aeris terlahir sebagai wizard, dia ingin tahu siapa dirinya, kekuatan apa yang ia punya dan sebaginya. "Terus Lo mau gue diam aja? Kalau kita nggak menemukan jawabannya bagaimana? Gue bakalan diam terus? Udah berapa tahun gua hidup sebagai manusia biasa padahal gue seorang wizard, Gue merasa menemukan dunia baru gue setelah mengetahui ini, gue yakin pasti ada seseorang diluar sana, dari kaum penyihir atau yang lainnya menunggu gue. Pasti orang tua gue punya keluarga yang lain dan selama ini disembunyikan dari gue. Atau mungkin mereka punya sahabat atau semacamnya. Gue harus tahu" "Kalau ternyata gak ada gimana? Lo mau berharap sama sesuatu yang gak pasti itu? Itu hanya harapan Lo Ris, hanya harapan yang Lo ciptakan sendiri, jangan buat Lo jatuh Sama ekspetasi itu" "Gue yang menginginkan ekspektasi ini. kalau memang ternyata khayalan gue tuh nggak ada gue nggak bakalan menyalahkan siapapun termasuk lo. Tapi jangan halangi gue, karena kalau ternyata dugaan gue benar gue bakalan nyalahin Lo karena menjadi orang yang menghalangi gue untuk mengetahui semuanya lebih cepat" Lawson yang menatap mata Aeris bisa melihat kesungguhan yang ada di dalam dirinya, ia tidak akan bisa menghalangi niatan Aeris untuk semakin menggali potensi dan kebenaran mengenai dirinya. "Sebenarnya gue kira lo bakalan membantu gue untuk mencari tahu apa sihir gue. Tapi melihat kita debat kayak gini kayaknya Lo gak memihak gue lagi, makasih untuk bantuan Lo selama ini, setidaknya gue sampai tahap ini karena bantuan Lo" ucap Aeris dingin, Lawson tentunya tahu kalau kalimat itu adalah kalimat perpisahan, sepertinya Aeris benar-benar tidak mengharapkan kehadiran Lawson lagi Merasa dirinya tidak diperlukan lagi kehadirannya di sana, Lawson segera beranjak dari tempat duduknya, ia berjalan menuju pintu dan keluar dari sana. Aeris yang asik membaca buku hanya meliriknya sampai Lawson benar-benar keluar dari tempat tinggalnya "Argh..... " Kesal Aeris meremas kepalanya, ia berusaha menahan rasa kesalnya ketika Lawson masih dihadapannya tadi. Dexter yang sedari tadi ada bersama mereka hanya menonton semuanya, perdebatan mereka yang terlihat tenang sebenarnya terasa sangat sengit bagi Dexter. "Seharusnya Lo gak ngomong gitu, gue yakin sebenarnya dia masih mau membantu lo kalau tadi Lo gak mengucapkan kalimat perpisahan kayak gitu. Seolah lo bener bener nggak membutuhkan bantuan dia lagi, wajar aja dia pergi, dia gak punya kesempatan ngomong" ucap Dexter "Jangan sampai Lo juga gue husir yah" ucap Aeris dengan kepala yang masih menunduk dengan kedua tangannya meremas rambut "Kalau Lo mau gue pergi gue gak bakalan marah sih" "CK, Gue nggak mungkin mengusir lu juga, siapa yang bakalan bantu gue kalau kalian dua gak ada disini" Dexter langsung tertawa pelan, ia segera mengambil sesuatu dari kantongnya. Sretttt Sebuah buku yang lumayan tebal dan besar keluar dari sana, awalnya buku itu kecil namun segera mengembang saat sudah dikeluarkan olehnya. Aeris yang melihat itu langsung terkagum-kagum dan juga tersenyum sumringah, ia lagi-lagi melihat hal yang baru pertama kalinya ia saksikan. Ia menyentuh buku itu untuk memastikan kalau ia asli, dan saat kulit tangannya menyentuh sampul buku itu ia bisa merasakan kertas yang lumayan kaku dan tebal dijadikan sebagai sampul bukunya. "Wait, ini kayu?" Ucapnya setelah meraba sampul buku itu. Tulisan yang ada di sampul buku coklat itu seperti ukiran, dan kerasnya teksturnya membuat Aeris yakin sampul itu memang kayu, bukan kayu yang biasa ditemukan tapi pasti merupakan kayu unik tertentu "Iya itu kayu" "Wow..... Gimana bisa keluar dari kantong jaket Lo? Perasaan kantong lu gak sebesar itu dan buku ini juga nggak mungkin di lipat supaya bisa masuk" "Sihir, Lo bisa mempelajarinya nanti, sihir kayak gini bisa dipelajari setelah Lo bisa mengeluarkan sihir utama lo nanti, yang lainnya bakalan mengikuti" Aeris mengangguk mengerti dan segera membuka buku itu, ia memulai membaca halaman pertama di mana dijelaskan bahwa banyak jenis sihir yang dikuasai oleh wizard, ada yang langka ada yang umum. Terkadang beberapa penyair memiliki kekuatan yang sama, atau mempunyai sedikit perbedaan. Dan untuk melihat kekuatan itu biasanya akan dilakukan beberapa percobaan, jika memang memang kekuatan sihirnya lama untuk keluar secara sendirinya Salah satu sihir yang ada pada kaum wizard adalah sihir Terra, atau sihir alam. Sihir ini meliputi elemen-elemen yang bisa ditemukan di bumi dan langit seperti api, air, udara, tanah, Tumbuhan, petir, meteor dan lainnya. Sihir ini juga banyak dimiliki sebagai sihir alamiah para Wizard "Kita bakalan nyoba itu" Ucap Dexter yang melirik halaman yang sedang dibaca oleh Aeris, ia tahu mengenai sihir Terra, dan sudah berkali-kali melihat para Wizard yang belum menemukan kekuatan mereka mencoba beberapa cara untuk menemukan sihir Terra mereka. "Sihir Terra?" "Iya, gue udah pernah melihat orang yang mencoba beberapa cara untuk mengetes apakah dia punya sihir itu, jadi kita akan mulai dari sana aja, gimana?" Tawar Dexter Aeris tentunya akan mengangguk setuju, ia akan mencoba berbagai macam kemungkinan agar sihirnya bisa dikeluarkan "Kalau gitu kita harus pergi ke suatu tempat" "Kemana?" "Ketempat Lo bisa mencoba mengeluarkan sihir Lo. Kalau Lo memang memiliki sihir Terra, bukan hal yang bagus kalau kekuatan Lo keluar disini, Lo nggak bakalan bisa langsung mengendalikannya begitu aja ketika keluar, kalau Lo punya sihir air mungkin apartemen kita ini bakalan kebanjiran tapi kalau api, petir atau meteor? Kita bisa membuat kekacauan besar. Lagi pula kita gak punya peralatan yang memadai untuk membantu lo" Dexter segera beranjak dari tempatnya agar mereka segera pergi ke tempat yang ia tuju, Aeris juga segera beranjak dan mengambil tasnya untuk pergi bersama Dexter. Ia memasukkan buku itu ke dalam tas dan mereka keluar dari apartemennya. Setelah mereka berhasil keluar, Dexter mengajaknya untuk menuju basement bawah. Mereka menggunakan mobil miliknya untuk beranjak dari sana "Selain sihir Terra, ada jenis sihir apa lagi?" Ucap Aeris bertanya, mereka sudah berada di dalam perjalanan dengan mobil. Dexter terus menatap kedepan mengemudi dengan aman "Punya gue, shape shifters, ada yang bisa menyerupai makhluk hidup ada yang bisa menyerupai benda mati, ada yang bisa menyerupai keduanya" "Wow..... Selain itu?" "Banyak Ris, hmm.... Gue lupa ini masuk kategori apa, ada yang punya kemampuan telekinesis, ada yang bisa baca pikiran, ada yang bisa mengendalikan orang lain" "Hah? Mengendalikan orang lain? Bukannya itu bahaya? Keren sih tapi pasti bahaya untuk kenal dama orang itu" ucap Aeris, ia langsung membayangkan kalau orang dengan kekuatan itu akan bisa mengendalikan dunia
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD