Sekte Tao

2694 Words
Yaoshan tak tahu di mana dirinya berada karena saat membuka mata, yang dia temukan adalah tempat yang sangat aneh dan asing. Dia belum pernah mendatangi tempat bernuansa serba putih itu. Yaoshan yang panik itu berniat untuk bangun, tapi seketika dia merasakan sakit pada sekujur tubuhnya, terutama di bagian punggung sehingga dia pun kembali merebahkan tubuh. “Jangan memaksakan diri untuk bangun karena tubuhmu penuh dengan luka. Pasti sakit sekali rasanya jika kau tetap memaksakan diri untuk bangun.” Yaoshan menoleh ke arah sumber suara karena tiba-tiba terdengar suara seorang wanita. Begitu menoleh ke arah kanan, Yaoshan menemukan sosok gadis seusianya sedang berdiri sambil memegang sebuah nampan berisi gelas dan botol kecil entah berisi apa. Kedua mata Yaoshan memicing tajam menatap gadis tersebut. “Siapa kau? Dan di mana aku?” tanyanya. “Namaku Zhishu, aku salah satu murid di sekte ini.” Kening Yaoshan mengernyit dalam tampak semakin penasaran akan sesuatu. “Sekte? Maksudnya aku sedang ada di sebuah markas sekte?” Gadis yang bernama Zhishu itu pun mengangguk. “Benar. Kau sedang ada di markas sekte kami. Karena kau sudah siuman, sudah saatnya aku menjalankan tugas yang diberikan guruku.” Zhishu pun melangkah mendekati ranjang yang ditiduri Yaoshan. Bagi Yaoshan tindakan gadis itu sangat tidak sopan karena di istana tak ada dayang yang berani mendekatinya, tapi gadis asing yang baru dia temui itu sudah berani mendekatinya tanpa meminta izin terlebih dahulu. “Kau sepertinya tidak tahu siapa aku?” tanya Yaoshan. Zhishu tampak tak mempedulikan pertanyaan Yaoshan karena sekali lagi tanpa izin dia melakukan sesuatu yang dianggap Yaoshan tak sopan. Zhishu mendudukan diri di pinggir ranjang tanpa meminta izin pada Yaoshan. “Bisa kau lepas pakaianmu?” Yaoshan pun melebarkan mata karena alih-alih menjawab pertanyaannya, gadis itu justru menyuruhnya melakukan sesuatu yang tentunya tak ingin dilakukan Yaoshan. Mana mungkin dia mau membuka pakaiannya sembarangan, apalagi di depan seorang gadis. Dengan tegas Yaoshan pun menggelengkan kepala. “Tidak. Aku tidak mau.” Zhishu mendengus. “Jangan melawan, lebih baik kau cepat buka pakaianmu atau aku yang akan membukanya paksa.” Kening Yaoshan pun mengerut, baru kali ini dia bertemu dengan seorang gadis yang begitu berani dan pemaksa seperti gadis di hadapannya. Tentu saja Yaoshan yang sejak kecil tak pernah diatur atau dipaksa oleh orang lain itu tak akan pernah mau menurut. “Coba saja kalau kau berani membuka pakaianku dengan paksa. Aku yakin kau hanya sedang menggertak.” “Oh, begitu. Jadi, kau sedang menantangku? Baik, jangan menyesal karena aku tidak akan segan-segan lagi padamu walau kau seorang pria.” Setelah itu Yaoshan hanya bisa melebarkan mata karena apa yang dikatakan gadis itu sama sekali bukan sekadar gertakan seperti yang dia pikirkan. Zhishu berjalan cepat menghampiri Yaoshan yang masih merebahkan tubuh di ranjang karena rasa sakit di sekujur tubuhnya. “Hei, apa-apaan kau? Jangan coba-coba mendekatiku, ya?” “Tadi kan kau sendiri yang menantangku karena itu akan kubuktikan bahwa aku ini tidak pernah main-main dengan perkataanku.” Yaoshan berusaha melarikan diri karena dia mulai takut pada gadis bar-bar yang begitu pemberani itu. Namun, sayangnya pria itu tak mampu melarikan diri karena kondisinya yang memang sedang terluka cukup parah akibat terjatuh berguling-guling ke jurang sehingga kini dia hanya bisa pasrah saat Zhishu menangkapnya dan memaksa melepaskan pakaiannya. “Jangan sentuh aku!” teriak Yaoshan benar-benar ketakutan karena berbagai hal buruk kini menari-nari dalam kepalanya. Dia takut gadis itu akan melakukan hal tak senonoh dan kurang ajar mengingat dia memaksa untuk melepaskan pakaiannya. “Jika kau menyentuhku, kau akan dihukum mati. Apa kau tidak tahu siapa aku, hah?!” Zhishu memutar bola mata, tampak tak peduli dengan semua penolakan dan ancaman Yaoshan, dia lantas tetap memaksa melepaskan pakaian yang dikenakan Yaoshan hingga usahanya berhasil karena sang pangeran kini bertelanjang d**a. “Kau pasti akan dihukum mati karena berani membuka paksa pakaianku.” “Huh, aku tidak peduli karena niatku baik. Aku ingin melakukan ini makanya memintamu melepas pakaianmu.” Zhishu pun mulai mengoleskan obat berbentuk salep di tangannya pada luka-luka di punggung Yaoshan. Yaoshan diam tertegun karena tak terpikikan olehnya gadis itu berniat mengobati luka-lukanya. “Ternyata kau mau mengobati luka-lukaku, kenapa tidak bilang sejak awal?” Zhishu mendengus alih-alih minta maaf karena sudah membuat sang pangeran salah paham dan berpikiran yang tidak-tidak. “Salahmu sendiri tidak menyadarinya, padahal jeas-jelas aku membawakan obat untukmu dalam nampan.” “Aku mana tahu yang kau bawa itu obat. Aku pikir air dalam gelas hanya air biasa untuk minum dan benda dalam botol itu … aku tidak tahu apa isinya, tapi aku tidak berpikir sedikit pun kalau itu obat. Harusnya sejak awal kau memberitahuku.” “Huh, baru kali ini aku menemukan pria yang polos sepertimu, tapi ya sudahlah … sekarang kau sudah tahu niatku baik jadi jangan teriak-teriak lagi seperti wanita padahal kau ini seorang pria.” “Aku ini seorang pangeran asal kau tahu. Aku putra mahkota kerajaan Qing. Karena itu tidak seharusnya kau bersikap kurang ajar dan berkata kasar padaku.” Zhishu terkekeh seolah perkataan Yaoshan yang serius itu merupakan lelucon lucu baginya. “Memang apa peduliku kalau kau seorang putra mahkota? Huh, aku tidak peduli dan itu bukan urusanku.” Yaoshan terbelalak karena baru kali ini pula ada gadis yang begitu berani berkata demikian padanya. “Kau … memang harus dihukum berat. Beraninya kau bicara begitu pada orang yang seharusnya kau hormati.” “Tidak ada alasan bagiku untuk menghormatimu.” “Heh, jaga bicaramu atau kau benar-benar bisa dihukum mati. Aku ini calon rajamu.” Zhishu mengulum senyum. “Kau bukan calon rajaku, lagi pula tempat ini bukan bagian dari wilayah kekuasaan kerajaan Qing.” Yaoshan mengernyitkan kening, heran tentu saja karena gadis itu berkata demikian. Beberapa detik kemudian dia pun terbelalak karena baru menyadari sesuatu. “Tunggu, jangan katakan aku sedang berada di luar wilayah kekuasaan kerajaan Qing? Lalu aku ada di mana sekarang?” Yaoshan meringis kesakitan karena alih-alih jawaban yang dia dapatkan, dia justru merasakan sakit karena luka pada punggungnya ditekan oleh Zhishu. “Hei, pelan-pelan. Sakit sekali tahu.” “Ini karena kau sangat cerewet. Diam dan jangan banyak bertanya karena aku sedang mengobati lukamu sekarang.” “Apa susahnya menjawab pertanyaanku? Kau kan mengoleskan obat itu menggunakan tanganmu, bukan menggunakan mulutmu.” Dan suara ringisan kembali terdengar karena lagi-lagi gadis itu menekan luka di punggung Yaoshan. “Kau ini kenapa terus menekan lukaku?” “Agar kau diam dan tidak banyak bertanya.” Yaoshan rasanya ingin membalas lagi ucapan Zhishu, tapi urung dia lakukan karena takut gadis itu kembali menekan lukanya. Yaoshan pun memilih diam dan membiarkan Zhishu melakukan apa pun yang dia inginkan pada luka di tubuhnya. Tak ada lagi percakapan karena yang ada sekarang adalah keheningan, walau sesekali terdengar suara ringisan kesakitan Yaoshan saat obat dioleskan pada lukanya. “Sudah selesai. Semua lukamu sudah aku oleskan obat. Sekarang kau harus meminum obat ini.” Yaoshan meneguk ludah karena mencium bau menyengat yang berasal dari cairan obat dalam gelas yang katanya harus dia minum. “Obat itu pasti rasanya pahit sekali.” Mendengar pria di hadapannya lagi-lagi mengeluh, Zhishu mengembuskan napas bosan. “Tentu saja. Yang namanya obat mujarab pasti pahit. Mana ada obat yang manis. Sudah kukatakan jangan banyak bertanya, sekarang cepat kau minum obat ini.” Dengan tegas Yaoshan menggelengkan kepala. “Tidak. Aku tidak mau meminum obat itu. Baunya saja sudah membuatku mual, apalagi rasanya. Pasti aku ingin muntah.” Zhishu berdecak kali ini. “Kau ini padahal seorang pria, tapi manja sekali. Kalau kau ingin sembuh cepat minum obat ini. Kecuali jika kau ingin selamanya sakit, ya silakan jangan dimakan obat ini.” “Aku tetap tidak ingin memakannya.” Zhishu menggelengkan kepala karena baru kali ini dia menghadapi pria yang begitu manja dan penakut seperti Yaoshan. “Jadi, kau tidak mau meminumnya?” “Tidak mau,” sahut Yaoshan seraya menggelengkan kepala dengan tegas. “Baik. Kalau begitu aku akan membawa pergi obat ini, tapi jangan menyesal karena obat ini benar-benar mujarab, kau pasti akan langsung bisa bangun dan tidak merasakan sakit lagi. Tubuhmu akan segera pulih dan normal lagi jika meminum obat ini.” Yaoshan mendengus karena dia tak percaya ada obat sehebat itu yang bisa langsung membuat orang yang terluka parah bisa pulih dalam sekejap. Bahkan tabib paling hebat di istana pun tak memiliki obat sehebat itu, tetap membutuhkan waktu hingga obat itu bereaksi dan bisa menyembuhkan luka. Yaoshan yakin obat yang dibawa gadis itu juga demikian. “Aku tetap tidak mau meminumnya,” tolak Yaoshan yang sejak dirinya masih kanak-kanak memang tak menyukai obat berbentuk minuman yang sangat pahit seperti yang dibawakan Zhishu. “Padahal obat ini bisa menyelamatkan nyawamu. Jika kau tidak cepat diobati mungkin kau akan mati karena alasanmu bisa selamat setelah terjatuh dari jurang tidak lain berkat kekuatan guru. Tapi jika efek kekuatan guru di dalam tubuhmu telah habis mungkin kau akan mati. Obat inilah yang bisa menyelamatkan dan menyembuhkanmu. Tapi jika kau tidak mau meminumnya ya sudah, aku tidak akan memaksa. Hanya saja kukatakan sekali lagi, semoga kau tidak menyesalinya nanti.” Ucapan Zhishu kali ini tampaknya mempengaruhi pikiran Yaoshan karena pria itu mulai ragu menolak obat itu. Namun, gengsinya sangat tinggi sehingga dia enggan menghentikan Zhishu yang mulai melangkah pergi meninggalkannya. “Berikan obat itu padanya, Zhishu.” Hingga sebuah suara tiba-tiba terdengar mengalun, suara baritone yang terdengar berat dan membahana. Spontan Yaoshan menoleh ke arah sumber suara dan menemukan sosok pria tua sedang berdiri tak jauh dari jendela. Sejak kapan pria tua itu berdiri di sana karena sungguh awalnya dia tidak ada di ruangan itu? Bahkan Yaoshan tak menyadari pria tua itu masuk ke dalam ruangan. “Tapi guru, dia tadi menolak obat ini. Katanya dia tidak mau meminumnya karena rasanya pahit.’ “Tidak apa-apa berikan saja obatnya karena dia sudah berubah pikiran. Sekarang dia akan meminumnya.” Yaoshan melebarkan mata karena seolah bisa membaca isi pikirannya, pria tua itu tahu dia memang berubah pikiran dan sekarang ingin meminum obat itu. Dan lagi Zhishu baru saja memanggil pria tua itu dengan sebutan guru, Yaoshan berpikir mungkinkah pria itu yang telah menyelamatkannya saat terjatuh di jurang dan membawanya ke tempat yang asing yang hingga detik ini belum Yaoshan ketahui di mana tepatnya dirinya berada. “Baiklah Guru.” Zhishu menurut, dia kembali mengulurkan gelas berisi cairan obat pada Yaoshan. “Ini, cepat diminum obatnya. Masih banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan, jangan membuang waktu berhargaku dengan terus meladenimu di sini.” Yaoshan kesal bukan main mendengar ucapan Zhishu yang lagi-lagi tidak sopan dan kurang ajar padanya, dia ingin menyela, tetapi … “Kau sudah boleh pergi, Zhishu. Urusan di sini serahkan saja padaku.” Si pria tua menginterupsi sehingga Yaoshan pun mengurungkan niatnya untuk menyahut. Mulutnya yang sudah terbuka seketika terkatup rapat kembali. “Baik, Guru. Aku permisi dulu.” Zhishu pun benar-benar melangkah pergi, meninggalkan Yaoshan hanya berduaan dengan pria tua yang misterius. Di lihat dari sudut mana pun sosok pria yang masih berdiri di dekat jendela memang sudah tua, menyerupai kakek-kakek yang sudah berusia 80 tahun. Rambutnya yang panjang hingga mencapai punggung sudah memutih dengan sempurna, begitu pun dengan janggut panjangnya yang mencapai dadanya ikut berwarna putih seutuhnya. Dia mengenakan pakaian serba putih sehingga sekilas terlihat bercahaya. Yaoshan meneguk ludah, entah kenapa menatap pria itu lebih lama membuatnya gugup dan merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. “Silakan diminum, Pangeran. Yang dikatakan Zhishu memang benar. Obat itu sangat mujarab karena selain bisa menyembuhkan lukamu, obat itu juga bisa menyelamatkan nyawamu.” Setelah mendengar ucapan pria itu, Yaoshan tak ragu lagi, dia pun menenggak habis cairan obat dalam gelas walau rasanya sangat pahit, Yaoshan tetap memaksakan diri untuk meminumnya hingga obat itu habis tak bersisa. “Bagus sekali, Pangeran. Sebentar lagi obatnya akan bereaksi, tubuhmu pasti akan cepat pulih dan normal seperti semula.” “Mana mungkin ada obat sehebat itu, tapi aku akan membuktikannya sendiri nanti. Dan lagi dari mana kau tahu aku ini seorang pangeran? Sepertinya dibandingkan Zhishu, kau tahu aku ini seseorang yang harus dihormati.” Pria tua itu mengulas senyum tipis. “Aku tahu semua hal tentangmu. Kau bernama Liu Yaoshan, putra mahkota dari kerajaan Qing. Aku bahkan tahu kejadian mengerikan apa yang sudah menimpamu dan orang tuamu. Kalian telah dikhianati oleh Pangeran Changhai yang tidak lain merupakan adik ayahmu atau pamanmu. Orang tuamu dibunuh dengan kejam dan posisi singgasana raja kini ditempati oleh pamanmu itu. Hanya kau satu-satunya yang selamat dan berhasil melarikan diri dari istana saat pemberontakan terjadi, tapi sekarang kau dianggap sebagai buronan karena itu para prajurit istana terus mencari dan mengejarmu. Kau bahkan jatuh ke jurang karena mencoba melarikan diri dari kejaran para prajurit istana yang hampir saja berhasil menangkapmu, bukan?” Yaoshan melebarkan mata karena semua yang dikatakan pria tua itu memang sama persis dengan kejadian yang menimpanya. “Ternyata kau tahu semua hal tentangku.” “Aku sudah mengatakannya tadi, aku memang mengetahui semua hal tentangmu, Pangeran.” “Sebenarnya kau ini siapa? Dan di mana aku berada? Zhishu bilang kita sedang berada di tempat yang tidak termasuk wilayah kekuasaan kerajaan Qing, apa itu benar?” Hingga pertanyaan bertubi-tubi itu pun terlontar dari mulut Yaoshan karena tak kuasa menahan lagi rasa penasaran yang semakin naik ke permukaan. “Untuk menjawab semua pertanyaanmu itu, kau bisa ikut denganku sebentar.” “Ikut denganmu? Maksudnya aku harus berjalan mengikutimu, begitu?” Pria tua itu pun mengangguk. “Ya, benar. Turunkan dari ranjang itu dan ikut denganku.” “Mana mungkin bisa. Tubuhku sakit sekali, jangankan untuk berjalan, bangun dari ranjang ini saja aku tidak sanggup.” “Kenapa kau tidak mencoba untuk bangun? Mana mungkin kau akan tahu hasilnya jika tidak mencobanya dulu.” Yaoshan tahu persis sekujur tubuhnya sangat sakit karena beberapa menit yang lalu dia sudah mencoba untuk bangun. Kini dia enggan menuruti perkataan pria tua itu karena tak ingin lagi merasakan sakit yang sama. “Jangan takut, kau sudah bisa bangun sekarang. Percayalah dan ikut denganku jika kau memang ingin mengetahui di mana dirimu berada dan siapa aku ini.” Sebenarnya Yaoshan masih merasakan keraguan, tapi karena rasa penasarannya lebih besar dan mampu mengalahkan keraguannya itu, dia pun mencoba menurut. Dengan gerakan perlahan dia mencoba untuk bangun, di detik berikutnya dia tertegun karena sekujur tubuhnya yang sakit bukan main, kini tak merasakan sakit sedikit pun. Rasa sakit yang amat menyiksa tadi tiba-tiba hilang begitu saja. “Kenapa bisa? Aku tidak merasakan sakit lagi sekarang.” Si pria tua mengulas senyum. “Itulah kenapa aku mengatakan obat itu sangat mujarab. Sekarang kau percaya bukan?” Yaoshan hanya meneguk ludah karena tak menyangka memang ada obat sehebat obat yang baru dia minum itu. “Sekarang ikut denganku, aku akan menunjukan sesuatu padamu.” Yaoshan kembali menurut, rasa heran semakin kuat dia rasakan ketika lagi-lagi tak merasakan sakit sedikit pun ketika dia turun dari ranjang. Tubuhnya kembali seperti sediakala seolah dia tidak pernah terluka sebelumnya. Beruntung dia meminum obat itu karena jika sampai dia tidak meminumnya, maka benar yang dikatakan Zhishu, dia pasti akan sangat menyesal. “Mari Pangeran, ikut denganku.” Karena Yaoshan yang terus tertegun karena masih terkejut dengan kehebatan obat yang dia minum, pria tua itu pun kembali mengajak Yaoshan untuk mengikutinya. Yaoshan menurut lagi, dia kini berjalan mengikuti si pria tua yang entah akan mengajaknya ke mana karena mereka kini berjalan meninggalkan ruangan. Lama mereka berjalan, Yaoshan mulai khawatir dirinya akan dibawa ke tempat yang berbahaya oleh pria itu. “Apa tempatnya masih jauh?” tanyanya memastikan. “Sedikit lagi kita sampai,” sahut si pria tua, dan benar saja karena tak lama kemudian langkah mereka terhenti karena sudah tiba di tempat tujuan. Yaoshan terbelalak melihat banyak pria yang sedang berbaris dan dengan serempak tengah melakukan gerakan bela diri. Tampaknya mereka sedang berlatih. “S-sebenarnya ini tempat apa?” tanya Yaoshan meminta penjelasan. “Ini markas sebuah sekte, Sekte Tao namanya dan mereka semua adalah murid di sekte ini. Sedangkan aku … namaku Xingguang Zhao, aku adalah guru sekaligus pendiri sekte ini.” Setelah itu, Yaoshan hanya bisa menelan ludah karena tampaknya dia berada di tempat yang menakjubkan, dan orang yang berdiri di sampingnya itu bukanlah orang sembarangan melainkan seseorang yang memiliki kultivasi tinggi sehingga bisa mendirikan sebuah sekte seperti ini. Sebenarnya takdir apa yang sedang menanti Yaoshan? Benarkah ini semua hanya kebetulan dirinya bisa berada di markas sekte Tao tersebut?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD