Sayembara

1896 Words
Semua murid sekte Tao tampak terheran-heran karena tiba-tiba hari itu mereka diminta untuk berkumpul. Aula asrama yang biasa digunakan sebagai tempat untuk membaca kitab, kini digunakan sebagai tempat untuk berkumpul tersebut. Yaoshan menjadi salah satu orang yang mengikuti perkumpulan itu, dia berdiri di baris tengah bersama dengan sang mentor yang tentunya berdiri di sampingnya. “Apa kau tahu apa yang terjadi sehingga kita dikumpulkan di sini? Tumben sekali kita diminta berkumpul?” tanya Yaoshan yang merasa heran bukan main karena selama dirinya menetap di asrama sekte Tao baru kali ini mereka diminta berkumpul seperti ini. “Nanti juga kau akan tahu sendiri, tunggu saja.” Yaoshan mendengus mendengar jawaban Jingmi yang tak sesuai harapannya. Tak lama kemudian, suasana riuh karena gemuruh suara para murid pun seketika berhenti dan digantikan dengan kesunyian karena sosok seseorang yang paling dihormati di sekte itu kini tengah berdiri di depan, Guru Zhao baru saja datang dan sepertinya akan memberikan pengumuman yang penting. “Guru Zhao,” gumam Yaoshan pelan. Jika dipikir-pikir inilah pertama kalinya dia bisa bertemu lagi dengan sang pendiri sekte setelah pertemuan terakhir mereka terjadi lima tahun yang lalu ketika dia mengantar Yaoshan menuju asrama khusus para murid. Ya, semenjak saat itu Yaoshan tak pernah lagi bertemu dengan Guru Zhao karena baru dia ketahui, bertatap muka dengan sang guru agung merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Yaoshan pun merasa beruntung karena kala itu dia pernah melakukan teleportasi bersama Guru Zhao untuk melihat situasi di istana setelah Liu Changhai memimpin. Ketika itu dia menghabiskan waktu yang cukup lama dengan Guru Zhao. Dan lagi Yaoshan selalu ingin bisa bertemu dengan Guru Zhao karena dia ingin menanyakan langsung perihal larangan untuk keluar dari markas sekte bagi semua murid. Dia ingin memastikan apakah aturan dan larangan itu berlaku juga untuknya di saat Guru Zhao tahu persis tujuan dan alasan Yasohan memutuskan untuk menjadi murid sekte Tao. Namun, sosok yang lima tahun ini begitu sulit ditemui Yaoshan akhirnya menampakan diri, tengah berdiri di depan sana membuat Yaoshan rasanya ingin menghampirinya, walau tahu harus menahan diri mengingat sesuatu tampaknya akan diumumkan pria tua tersebut. “Kalian pasti bertanya-tanya alasan dikumpulkan di aula ini, bukan?” Suara baritone Guru Zhao mengalun keras, menarik atensi semua orang kini hanya tertuju padanya. “Benar, Guru!” Lalu jawaban itu pun mengalun serempak dari semua murid yang memang memang bertanya-tanya dalam hati apa gerangan yang tengah terjadi sehingga mereka dikumpulkan seperti ini. “Sudah puluhan tahun aku menjadi ketua di sekte yang aku dirikan ini. Banyak hal yang terjadi dan sepertinya inilah saatnya aku melepas posisi sebagai ketua sekte.” Suara riuh pun terdengar bergemuruh dari semua murid sekte yang tampak terkejut mendengar ucapan sang guru agung yang tidak mereka sangka-sangka. “Jangan ada yang bicara, cukup dengarkan saja semua yang akan kukatakan.” Begitu suara Guru Zhao mengalun, mengingatkan semua orang untuk diam, seketika suasana pun kembali tenang dan hening, tak ada seorang pun yang berani mengeluarkan suara. “Bukan tanpa alasan aku memutuskan untuk pergi dan melepas kedudukan sebagai ketua sekte, melainkan karena memang sudah saatnya aku pergi, bukan hanya pergi meninggalkan markas sekte Tao, melainka meninggalkan dunia fana ini menuju nirwana yang kekal.” “Guru, jangan-jangan anda …” Guru Zhao mengangguk-anggukan kepala ketika salah satu murid tampaknya ada yang menyadari alasan di balik keputusan Guru Zhao yang begitu mendadak dan mengejutkan ini. “Ya, kau benar. Aku sudah mencapai kultivasi tingkat Immortal Emperor yang setara dengan kekuatan Dewa. Aku sudah seharusnya meninggalkan dunia fana dan menetap di nirwana.” Raut takjub dan kagum pun tersirat di wajah semua orang. Tentu mereka bangga dan senang karena guru mereka sudah mencapai kultivasi tingkat tertinggi. “Karena tidak mungkin aku pergi sebelum ada penggantiku, aku berniat mengadakan sayembara untuk menentukan orang yang pantas menggantikanku menjadi ketua sekte. Tentu saja pemenang dari sayembara itu yang akan terpilih sebagai ketua sekte yang baru.” Suara riuh kembali terdengar karena tentu saja yang diumumkan Guru Zhao ini sangat mengejutkan. “Sayembara seperti apa yang anda maksud, Guru?” Salah seorang murid pun melontarkan pertanyaan. “Pertanyaan yang bagus. Sayembara ini tentu saja untuk menentukan siapa yang paling layak dan pantas untuk menjadi ketua sekte karena itu dia haruslah yang paling kuat di antara kalian semua. Jadi sayembara ini berupa duel di antara semua peserta yang mengikuti sayembara hingga ditentukan siapa pemenangnya berdasarkan dari kekuatan. Dengan kata lain yang terkuat yang akan memenangkan sayembara ini.” Di tempatnya berdiri, Yaoshan tertegun dengan kedua mata terbelalak sempurna karena masih belum bisa menenangkan diri dari keterkejutan yang sedang dia rasakan. Di saat dia kebingungan bukan main mencari cara agar dirinya bisa menjadi ketua sekte karena itu merupakan satu-satunya cara agar dia bisa meninggalkan markas sekte dengan bebas atau sesuka hatinya, siapa sangka kejadian seperti ini kini menimpanya. Pengumuman yang diberikan Guru Zhao bagaikan jalan keluar dan solusi untuk masalah besar yang dihadapi Yaoshan. Masalah yang membuatnya tak bisa tenang selama lima tahun dirinya menetap di asmara. Yaoshan menoleh ke arah samping, pada Jingmi yang sejak tadi terdiam tanpa mengatakan sepatah kata pun. “Hei, ini mengejutkan, bukan? Guru Zhao tiba-tiba mengumumkan mengadakan sayembara untuk menentukan penggantinya sebagai ketua sekte. Sepertinya ini solusi untuk masalahku, sekarang menjadi ketua sekte bukan sesuatu yang mustahil lagi untukku. Benar, kan?” tanya Yaoshan dengan semangat yang tersirat jelas dalam nada suara dan raut wajahnya yang sumringah. Jingmi mendengus. “Kau benar, menjadi ketua sekte bukan lagi sesuatu yang mustahil. Tapi bukan hanya untukmu, melainkan untuk semua murid sekte yang tentunya memiliki kesempatan yang sama denganmu bisa menjadi ketua sekte yang baru.” “Hei, kenapa kau bicara begitu? Aku pikir kau mendukungku untuk menjadi ketua sekte yang baru, kenapa kau malah mengatakan seolah tidak keberatan walaupun orang lain yang terpilih menjadi ketua sekte yang baru?” “Karena aku memang tidak keberatan siapa pun yang terpilih menjadi ketua sekte karena sekali lagi semua orang memiliki kesempatan yang sama.” Yaoshan gemas bukan main, dia berniat membalas perkataan Jingmi sehingga mulutnya sudah terbuka, tapi dia urungkan niat itu dan kembali mengatupkan mulut dengan rapat ketika mendengar suara Guru Zhao kembali mengalun. “Sekarang aku persilakan bagi siapa pun yang berminat mengikuti sayembara ini untuk maju ke depan.” Setelah pengumuman itu mengalun, terlihat taka da satu orang pun yang maju ke depan, seolah tak ada orang yang berani mengikuti sayembara karena tak ada yang menginginkan posisi menjadi ketua sekte. Tentu saja melihat hal ini membuat Yaoshan menyeringai lebar. “Kau lihat itu, sepertinya tidak ada yang menginginkan posisi menjadi ketua sekte yang baru. Bukankah ini artinya aku yang sudah pasti akan terpilih menjadi ketua sekte yang baru? Aku hanya perlu maju ke depan.” Mendengar ucapan Yaoshan yang terlalu percaya diri itu, Jingmi mengulas senyum miring. “Kau terlalu banyak bermimpi dan mengkhayal, Yaoshan. Coba kau lihat itu,” ucapnya seraya menunjuk ke depan dengan lirikan mata. Yaoshan pun mengikuti arah yang ditunjuk Jingmi, dan saat dia kembali menatap ke depan, Yaoshan mengepalkan tangan erat hingga buku-buku jarinya memutih karena kesal bukan main melihat ada seseorang yang maju ke depan karena rupanya masih ada orang yang tertarik untuk mengikuti sayembara ini karena mengincar posisi ketua sekte yang baru. “Huh, ternyata aku keliru, rupanya ada juga yang mengincar posisi ketua sekte sepertiku. Tapi itu bukan masalah, hanya seorang yang maju karena itu hanya dia yang akan menjadi lawanku nanti saat sayembara berlangsung. Aku hanya cukup mengalahkan orang itu untuk bisa menjadi ketua sekte yang baru.” Jingmi tiba-tiba mengglengkan kepala, dan reaksinya itu Yaoshan anggap sebagai tanda sang mentor tak setuju dengan ucapannya. Sepertinya pria itu tak mendukung rencananya ini atau mungkin tak mendukung keinginannya untuk menjadi ketua sekte yang baru. “Kenapa? Kau tidak mendukung aku mengikuti sayembara ini? Iya?” Yaoshan pun dengan cepat mengutarakan apa yang sedang dia pikirkan. “Bukan aku tidak mendukungmu mengikuti sayembara ini. Hanya saja pemikiranmu tadi salah.” “Pemikiranku yang mana yang salah menurutmu?” “Bahwa lawanmu dalam sayembara dalam memperebutkan posisi ketua sekte hanya satu orang?” Yaoshan mengernyitkan dahi, sama sekali tak paham maksud perkataan Jingmi karena berapa kali pun dia menatap ke depan, memang hanya ada satu orang yang berani maju ke depan menyatakan dirinya akan menjadi peserta sayembara ini. “Tapi di depan memang ada satu orang, kan? Apa kau melihat orang lain lagi yang maju ke depan? Kenapa aku hanya melihat satu orang yang maju dan menyatakan dirinya menjadi peserta sayembara ini?” “Apa ada lagi yang tertarik untuk mengikuti sayembara ini?” Suara Guru Zhao kembali mengalun dan hal itu membuat Yaoshan panik bukan main, khawatir dia kehilangan kesempatan emas ini gaa-gara sibuk terlibat perbincangan dengan Jingmi. “Aku harus maju ke depan sekarang,” ujar Yaoshan dan berniat melangkahkan kakinya ke depan, tapi gerakan itu terhenti karena satu tangan Jingmi tiba-tiba terulur ke samping, menghalangi jalan Yaoshan yang ingin maju ke depan. Tentu saja tindakan aneh Jingmi itu mengundang amarah muncul di benak Yaoshan. “Ada apa, Jingmi? Kenapa kau menghalangiku untuk maju? Sudah kuduga kau memang tidak mendukungku mengikuti sayembara ini, padahal kau tahu persis tujuan dan rencanaku untuk kedepannya.” “Sudah kukatakan bukan karena aku tidak mendukungmu mengikuti sayembara ini.” “Lalu kenapa kau menghalangi jalanku?” Setelah itu, Yaoshan tak pernah lagi mendapatkan jawaban dari Jingmi atas tindakan anehnya itu karena setelahnya dia melihat pria itu tiba-tiba melangkah maju ke depan. Terus berjalan ke depan hingga dia baru berhenti saat berdiri di samping orang pertama yang menyatakan diri mengikuti sayembara ini. “Jingmi … dia mengikuti sayembara ini?” gumam Yaoshan terkejut bukan main. Bagaimana bisa mentornya ini mengikuti sayembara di saat dia tahu semua kisah hidup Yaoshan yang memilukan dan tujuannya untuk bisa mengambil kembali semua miliknya yang direbut darinya secara paksa. “Ada lagi yang ingin mengikuti sayembara ini? Ini panggilan terakhir karena setelah ini aku tidak akan menerima lagi peserta.” Walau amarah masih mengusaianya, dengan tangan yang terkepal erat Yaoshan pun maju ke depan karena dia tahu ini kesempatan terakhirnya. Dia terus melangkah maju hingga baru berhenti setelah berdiri tepat di samping sang mentor yang telah mengecewakannya sebesar ini. “Baiklah, sudah diputuskan yang akan mengikuti sayembara ini berjumlah tiga orang. Sayembara akan dimulai besok karena kita akan berkumpul lagi di aula ini esok hari.” Pengumuman mengejutkan dari Guru Zhao pun berakhir sudah. Saat sang guru pergi meninggalkan aula, semua murid sekte pun ikut menghamburkan diri meninggalkan aula tersebut, sehingga di sana kini menyisakan Yaoshan dan Jingmi yang masih berdiri di tempat. “Kenapa kau melakukan ini?” tanya Yaoshan berharap Jingmi akan menjelaskan tindakannya tersebut. “Jawabannya sudah jelas dan sangat sederhana … aku mengikuti sayembara tentu saja karena aku mengincar posisi ketua sekte yang baru. Apa semua sudah jelas? Kau mengerti sekarang?” “Setelah kau tahu tujuan dan keinginanku, kau tetap mengincar posisi ketua sekte yang baru?” tanya Yaoshan nyaris tak percaya dengan perkataan Jingmi yang baru saja dia dengar. Sekarang dia merasa telah dikhianati oleh orang kepercayaan sekaligus paling dekat dengannya. “Ya, aku tidak peduli dengan tujuan dan keinginanmu itu. Karena bukan hanya kau yang memiliki impian, tujuan dan keinginan. Aku juga memilikinya.” Setelah itu, tanpa menunggu respons dari Yaoshan, Jingmi pun melangkah pergi, meninggalkan Yaoshan yang termenung seorang diri di dalam aula. Sang pria masih sulit mempercayai bahwa demi mewujudkan keinginannya menjadi ketua sekte yang baru, mentornya sendiri yang harus dia hadapi. Sungguh ini kejadian yang di luar perkiaraan dan bayangannya. Sulit dipercaya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD