Rencana Tersembunyi Guru Zhao

2164 Words
Semua kegiatan hari pertama Yaoshan menjadi murid di sekte Tao sudah dijalani dengan baik dan sejauh ini cukup lancar. Saat belajar bela diri, Jingmi mengajarkan bela diri paling dasar pada Yaoshan mengingat pria itu tak memiliki kemampuan bela diri sedikit pun. Dan kini tibalah pada kegiatan yang terakhir yaitu mempelajari pengaturan tenaga dalam. Yaoshan diminta untuk fokus karena inti dari pengendalian tenaga dalam adalah fokus atau konsentrasi. Namun, sayangnya Yaoshan tak bisa mendapatkan konsetrasinya walau sekeras apa pun dia berusaha. Bukan tanpa sebab dia jadi seperti ini, melainkan karena dia yang tidak bisa melupakan perkataan Zhishu saat mereka sarapan di kantin tadi pagi. “Ada apa? Kenapa kau tidak bisa konsentrasi?” Yaoshan tersentak karena pertanyaan Jingmi itu menandakan dia menyadari bahwa Yaoshan memang sedang tidak berkonsetrasi seperti yang dia perintahkan. “Hm, maaf. Aku memang belum bisa konsentrasi atau fokus padahal aku sudah berusaha semampuku tadi.” Berbeda dengan saat Yaoshan tak tahu bahwa mentornya itu memiliki kekuaran luar biasa di mana Yaoshan selalu bersikap ketus dan sinis serta membantah ucapan Jingmi, kini dia benar-benar mematuhi apa pun yang diperintahkan sang mentor. Bahkan caranya bicara dengan Jingmi pun berubah drastis. Tidak ada lagi cibiran atau cemoohan sombong terlontar dari mulutnya, melainkan perkataan penuh tatakrama dan sopan santun serta nada suara yang lemah lembut seolah Jingmi kini menjadi orang yang paling dia hormati di dunia ini. “Apa yang membuatmu tidak bisa konsentrasi? Coba katakan.” Yaoshan tertegun dalam diam, awalnya dia tidak ingin membahas masalah ini sekarang dengan Jingmi karena merasa ini bukan waktu yang tepat, tapi tak mungkin juga dia mengabaikan pertanyaan Jingmi. Yaoshan menghela napas panjang dan mengembuskannya secara perlahan, sudah dia putuskan akan mengatakan yang sebenarnya, sesuatu yang membuatnya tak sanggup berkonsentrasi walau sudah berusaha semampunya. “Hm, aku dengar dari Zhishu, kau ini murid terkuat di sekte Tao. Bahkan kau sudah mencapai kultivasi tingkat Golden Immortal, apa itu benar?” Jingmi mendengus. “Jangan dengarkan perkataan Zhishu karena masih banyak senior yang jauh lebih kuat dibandingkan aku.” “Tapi benar kan kau sudah mencapai kultivasi setinggi itu?” Kediaman Jingmi menjelaskan segalanya, Yaoshan semakin yakin yang dikatakan Zhishu memang benar adanya. “Sebenarnya aku memiliki satu permintaan padamu.” Satu alis Jingmi terangkat naik. “Satu permintaan? Apa itu?” Yasohan yang sedang duduk bersila itu pun tiba-tiba bangkit berdiri, dia lantas melakukan tindakan mengejutkan dengan berlutut di hadapan Jingmi. Tentu saja tindakan tak terduga Yaoshan itu membuat Jingmi terkejut bukan main sekaligus terheran-heran. “Apa yang sedang kau lakukan? Kenapa berlutut di depanku?” Yaoshan mengangkat kepala, memakukan tatapannya dengan serius pada Jingmi. “Aku ingin meminta bantuanmu, tolong kau ajarkan semua ilmu dan kekuatan yang kau kuasai padaku.” “Kenapa kau meminta seperti ini? Apa tujuanmu sebenarnya?” Yaoshan tak tahu apakah tindakannya ini sudah benar, hanya saja dia tidak mungkin melupakan tujuan yang sebenarnya hingga memutuskan untuk menjadi murid sekte Tao. Karena itu sang pangeran memutuskan untuk mengakui segalanya. “Seperti yang sudah kau ketahui aku ini seorang putra mahkota dari kerajaan Qing. Apa kau sudah mengetahui apa yang menimpa kerajaanku? Menimpaku dan juga orang tuaku?” Jingmi menggelengkan kepala pertanda dia belum mengetahui apa pun tentang kisah memilukan yang menimpa Yaoshan dan orang tuanya. Karena itu, Yaoshan pun dengan lantang menceritakan semua kisahnya, kekejamaan yang telah dilakukan pamannya sendiri kini tak dia sembunyikan dan dia ceritakan semuanya pada Jingmi. Selama Yaoshan bercerita, Jingmi tak menyela sedikit pun, dia mendengarkan dengan seksama semua yang diceritakan Yaoshan padanya. “Begitulah kejadian tragis yang menimpaku.” Hingga Yaoshan pun mengakhiri ceritanya. “Jadi, apa yang kau rencanakan?” “Aku akan mengambil kembali semua milikku yang sudah direbut dengan paksa dariku. Aku juga ingin membebaskan semua orang dari penderitaan yang disebabkan Liu Changhai yang licik dan serakah itu. Tapi aku tidak mungkin mewujudkan tujuanku ini jika tidak memiliki kekuatan untuk bisa mengalahkan mereka. Itulah sebabnya aku membutuhkan bantuanmu. Tolong ajarkan semua kekuatan yang kau kuasai padaku agar aku bisa sekuat dirimu.” Berharap jawaban antusias Jingmi yang bersedia mengajarkan semua kekuatannya yang akan dia dapatkan, justru dengusan penuh cemoohan dari Jingmi yang sang pangeran terima. “Kenapa? Apa kau tidak bersedia mengabulkan permintaanku ini karena tidak mendukung niat baikku yang ingin menegakkan keadilan?” “Bukan aku tidak mendukung niat baikmu. Aku salut kau memiliki niat dan rencana sehebat itu, hanya saja sepertinya kau tidak akan pernah bisa mewujudkan keinginanmu itu.” “Kenapa kau berpikit begitu? Apa ini karena kau berpikir aku tidak akan pernah bisa menguasai kekuatan sehebat dirimu?” Yaoshan kembali mencoba menerka ucapan Jingmi. Jingmi menggelengkan kepala sebagai respons. “Tidak. Bukan begitu maksudku. Aku percaya kau memiliki bakat yang hebat karena itu Guru Zhao sampai membawamu ke sini dan mengizinkanmu menjadi murid sekte Tao. Hanya saja …” Jingmi tak melanjutkan perkataannya, membuat Yaoshan dibuat penasaran setengah mati ingin mengetahui kelanjutan perkataan sang mentor yang masih menggantung itu. “Hanya saja apa?” Hingga pertanyaan itu pun dilontarkan olehnya. “Mungkin kau belum tahu aturan mutlak bagi semua murid di sekte Tao.” “Aturan mutlak?” Kening Yaoshan mengernyit karena ya dia belum mengetahui apa pun tentang aturan yang dikatakan Jingmi. “Ya, sebuah aturan mutlak yang melarang semua murid sekte Tao meninggalkan markas ini. Setiap orang yang sudah bergabung dengan sekte dan menjadi murid di sini maka seumur hidupnya tidak bisa meninggalkan markas ini. Tentu saja kecuali jika dia sedang menjalankan sebuah misi penting.” Kedua mata Yaoshan melebar sempurna, tentang aturan itu Guru Zhao sama sekali tidak memberitahunya padahal dia tahu persis tujuan dan rencana Yaoshan untuk di masa depan nanti. “Mustahil. Kenapa ada aturan seperti itu?” “Aturan itu dibuat sejak sekte ini didirikan dan sejauh ini belum pernah ada satu orang pun yang berani melanggar.” Sekarang Yaoshan mengerti alasan banyak murid sekte yang sudah berumur cukup tua, rupanya mereka sudah berada di sini seumur hidup mereka. “Dan kau, kapan pertama kali mendatangi sekte ini?” tanya Yaoshan penasaran dengan masa lalu sang mentor. “Sejak aku berusia sebelas tahun. Guru Zhao menyelamatkanku yang saat itu hampir mati karena kelaparan. Aku salah satu korban perang, orang tua dan semua saudara tewas karena perang yang terjadi kala itu. Hanya aku seorang yang selamat, tapi aku hidup tanpa tempat tujuan. Aku tidak memiliki apa pun untuk bisa bertahan hidup, bahkan orang lain pun tak ada yang peduli atau merasa iba sehingga berniat membantuku. Hanya Guru Zhao satu-satunya yang peduli dan dia menyelamatkanku dengan membawaku ke markas sekte. Sejak saat itu aku menjadi murid di sekte Tao.” Yaoshan menelan saliva, jika usia Jingmi telah mencapat 24 tahun, artinya pria itu memang sudah sangat lama menetap di markas sekte. Sekarang dia tak heran pria itu bisa memiliki kekuatan luar biasa di usia semuda ini karena faktanya sejak anak-anak dia sudah menetap di sini dan mempelajari semua ilmu yang telah dikuasainya tersebut. “Jadi selama ini kau tidak pernah meninggalkan markas sekte?” Jingmi menggelengkan kepala. “Tidak pernah. Karena ada larangan untuk meninggalkan markas sekte bagi semua murid, tentu saja larangan itu juga berlaku untukmu.” “Bagaimana mungkin hal seperti ini terjadi, lalu bagaimana caraku agar bisa mewujudkan keinginan dan tujuanku jika keluar dari markas ini saja aku tidak bisa.” “Karena itulah kukatakan tadi mustahil kau bisa mewujudkan niat muliamu itu. Sayang sekali, aku turut bersedih untukmu.” Yaoshan hanya bisa mengepalkan tangan, entah kenapa sekarang dia merasa dirinya telah dijebak oleh Guru Zhao yang tidak menceritakan mengenai larangan tersebut padahal tahu persis tujuan dalam hidup Yaoshan dan alasannya memutuskan untuk menjadi murid di sekte Tao. Setelah ini, entah akan jadi seperti apa kehidupan yang dijalani Yaoshan di saat semangatnya untuk memperkuat diri menjadi redup karena kabar buruk yang baru saja dia dengar? “Tapi sebenarnya ada satu cara jika kau ingin keluar dari markas sekte?” Yaoshan yang sedang menundukan kepala dengan raut sendu pun seketika kembali mendongak. “Cara seperti apa yang kau maksud? Tolong beritahu aku.” “Kau harus menjadi ketua sekte karena hanya ketua sekte yang bisa meninggalkan markas ini kapan pun dia inginkan.” Dan untuk kesekian kalinya Yaoshan melebarkan mata karena satu-satunya cara itu pun terdengar mustahil. Mana mungkin dia bisa menjadi ketua sekte di saat posisi itu ditempati oleh Guru Zhao. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Hanya pertanyaan itu yang kini memenuhi benak dan pikiran sang pangeran. *** Lima tahun kemudian. Meskipun sudah tahu persis larangan mutlak yang ada di sekte Tao, Yaoshan yang tahu persis dirinya sudah tak bisa mundur lagi itu pun memilih tetap pada tujuan awalnya yaitu memperkuat diri karena dirinya tak ingin lagi menjadi sosok yang lemah dan tidak berguna. Jingmi bersedia mengabulkan permintaan Yaoshan kala itu sehingga semua kemampuan yang dia kuasai pun diajarkan para Yaoshan. Mungkin memang benar Yaoshan memiliki bakat yang luar biasa sehingga dalam waktu singkat dia berhasil menguasai semua yang diajarkan Jingmi, mungkin hal ini juga dikarenakan Yaoshan yang begitu gencar berlatih seolah tak kenal lelah dan kata menyerah. Kini kekuatan Yaoshan tak diragukan lagi oleh semua murid sekte Tao, setara dengan kekuatan yang dimiliki Jingmi. Sang pangeran juga telah menguasai kultivasi tingkat Golden Immortal yang sama persis dengan Jingmi. Kini tak ada lagi yang berani berbuat semena-mena pada Yaoshan di sekte tersebut. Lagi pula semenjak menjadi murid sekte Tao, kepribadian Yaoshan perlahan tapi pasti mulai berubah. Dia yang dulu manja, sombong, angkuh dan arogan kini berubah menjadi mandiri, pemberani, pejuang tangguh dan tahu cara beradaptasi dengan sekelilingnya. Dia tak pernah lagi meremehkan orang lain hanya karena kedudukan dan status. Yang paling utama dia tak pernah lagi membahas statusnya yang merupakan seorang putra mahkota dari kerajaan Qing. Sosok Yaoshan pun berubah tiga ratus enam puluh derajat menjadi sosok yang baru yang tentunya jauh lebih baik dibandingkan dirinya di masa lalu. Hubungan Yaoshan dan sang mentor pun sangat dekat karena kebersamaan mereka setiap hari selama lima tahun ini. Terlalu dekat sehingga alih-alih hubungan sebagai mentor dan anak asuh, atau sebagai senior dan junior, hubungan mereka justru terlihat layaknya sahabat karib. Sore ini setelah menyelesaikan semua kegiatannya, Yaoshan sedang berada di kantin untuk menyantap makan malam yang biasanya dilakukan sebelum sesi belajar mengendalikan tenaga dalam bersama mentor masing-masing dilakukan oleh semua murid sekte Tao. Namun, ada keanehan yang terjadi karena Yaoshan yang biasanya selalu bersama mentornya, kini tampak duduk sendirian di kantin tersebut. Ya, Yaoshan tak tahu di mana Jingmi berada saat ini karena mentornya itu bagai ditelan bumi, hilang entah ke mana. Pergi ke suatu tempat tanpa memberitahu Yaoshan. Sedangkan sosok Jingmi yang dicari-cari oleh Yaoshan itu rupanya tengah berjalan seorang diri menuju suatu tempat. Saat tiba di tempat tujuan, seseorang yang memanggilnya untuk datang ke tempat itu kini sedang duduk sambil membuat kaligrafi berisi puisi China yang sangat khas dan indah. “Guru, saya Jingmi datang untuk menghadap,” ucap Jingmi, memberi hormat dan salam pada orang yang begitu dia hormati, Guru Zhao yang telah menyelamatkan nyawanya di masa lalu sekaligus pendiri sekte Tao. Guru Zhao meletakan kuas yang sejak tadi dia gunakan untuk membuat kaligrafi. “Bagaimana perkembangannya sekarang?” Walau pertanyaan Guru Zhao terdengar ambigu, tapi rupanya Jingmi memahaminya dengan jelas. “Seperti yang anda minta, saya sudah mengajarkan banyak hal padanya Semua ilmu dan kekuatan yang saya kuasai, sudah saya ajarkan juga padanya.” “Apa sekarang dia sudah menguasai semua ilmu dan kekuatan yang kau ajarkan padanya?” Jingmi mengangguk. “Sudah, Guru,” sahutnya kemudian. Guru Zhao pun mengangguk-anggukan kepala dengan tatapannya yang tertunduk karena sedang menatap hasil kaligrafinya yang belum selesai dia buat. “Lalu kepribadiannya, apa dia sudah menjadi lebih baik dibandingkan dirinya yang dulu?” “Ya, Guru. Dia sudah banyak berubah.” “Bagus sekali, Jingmi. Kau sudah menjalankan tugasmu dengan baik. Untuk kedepannya aku akan menitipkan dia padamu, kau harus selalu menemani dan membimbingnya ke jalan yang benar. Bantu dia saat dia membutuhkan bantuanmu. Apa kau paham, Jingmi?” “Ya, Guru. Semua perintah anda ini akan selalu saya ingat dan akan saya patuhi semampu saya.” “Bagus. Tidak salah aku mempercayakannya padamu. Kau tidak pernah mengecewakanku.” Keheningan pun melanda karena baik Guru Zhao maupun Jingmi tak lagi bersuara. Mereka sama-sama diam membisu karena sibuk dengan pemikiran masing-masing. “Guru, maaf menanyakan ini, tapi apakah semuanya sudah dekat? Sesuatu yang anda rencanakan sejak lama, mungkinkah sebentar lagi tiba untuk melaksanakannya?” “Kau memang cerdas, Jingmi. Tampaknya kau menyadari alasan aku memanggilmu dan menanyakan banyak hal tentangnya.” “Jadi, benar semuanya akan segera terjadi. Kapan anda akan melaksanakan seperti yang anda rencanakan, Guru?” “Tidak lama lagi, dan saat itulah sekali lagi aku mengharapkan bantuanmu, Jingmi. Aku harap kali ini pun kau menjalankan tugasmu dengan sangat baik.” “Saya akan berusaha semampu saya, Guru.” Setelahnya percakapan penuh misteri dan penuh rahasia di antara mereka pun berakhir sudah karena Jingmi sudah diizinkan untuk pergi dan kembali ke asrama. Di sepanjang jalan menuju asrama, Jingmi memasang raut sendu seolah dia sedang bersedih akan sesuatu. Entah apa sebenarnya yang tadi dibicarakannya dengan Guru Zhao, yang pasti sesuatu yang besar tampaknya akan segera terjadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD