BAB 5

835 Words
        Marsya mendapatkan film terbaru kali ini, dan saat ini sambil menunggu take dia membaca naskahnya dan makan siang. Fani kali ini tidak bisa menemaninya karna Fani harus menemani sang Bunda ke Bandung. Maka hari ini hanya asistennya saja yang menemani Marsya. Hp Marsya berdering menandakan adanya pesan masuk. Marsya membuka pesan itu dan mengernyitkan keningnya.     Saya mau ajak kamu ketemuan, apa kamu bisa hari ini?   -Arga           Itu merupakan wa dari Arga. Dari mana Arga bisa mendapatkan nomer Marsya itu yang Marsya pikirkan. Mungkin dari Mamanya pikirnya.   Saya tidak bisa hari ini. Kalau besok gimana?           Marsya memang tidak bisa hari ini karna jadwalnya padat sekali tapi karna besok sudah mulai weekend makanya Marsya bisa. Biasanya Marsya meminta jadwalnya di kosongkan tapi tidak selalu. Tak lama Marsya mendapatkan balasan dari Arga.   Oke jam 10 pagi saya jemput dirumah.           Marsya menghela nafas. Tidak berniat untuk menjawabnya. Marsya akan mencoba untuk mengenal dekat dengan Arga. Semoga kali ini keputusannya benar untuk sang Mama. Semoga dengan ini Mamanya bisa bahagia.   *****           Arga sudah berada di rumah Marsya, hal itu membuat Mama Marsya kesenangan bukan main karna akhirnya Marsya beneren mau menerima untuk kenalan dengan Arga. Tak lama akhirnya Marsya turun dan menghampiri Arga. Marsya memakai celana jeans, baju crop top berwarna putih, tas diletakkan di punggung berwarna putih dan sepatu keds berwarna putih. Marsya sangat menyukai warna putih makanya dia suka sekali menggunakan apapun jikalau itu berwarna putih. “Kita pergi sekarang?” Tanya Arga pada Marsya. Marsya menganggukkan kepalanya dan mereka pamit pada Mama Marsya.         Dalam perjalanan mereka hanya diam saja, tidak ada yang memulai percakapan sama sekali hingga akhirnya Marsya yang memulai percakapan. “Kita mau kemana?” Arga menatap Marsya sejenak kemudian kembali menatap jalanan. “Entahlah, saya gatau apa yang kamu suka. Saya hanya menebak-nebak, mungkin kamu suka belanja jadi saya berpikir mengajak kamu ke mall untuk belanja mungkin?” Marsya menggelengkan kepalanya. “Kamu udah makan?” Tanya Marsya pada Arga. “Belum ga sempat tadi kesiangan bangun.” “Sama saya juga gimana kalau kita makan aja, mending kita ngobrol aja.” Arga menganggukkan kepalanya. Akhirnya mereka berhenti di sebuah café, mereka memilih bangku dipojokan. “Kamu tunggu sebentar disini.” Marsya menganggukkan kepalanya. Arga pergi ke arah kasir sedikit berbicara sesuatu kemudian datang menghampiri Marsya. “Saya udah pesanin makanan untuk kita.” Marsya tadinya bingung kenapa tapi akhirnya Marsya hanya menganggukkan kepalanya. “Café ini milik saya, jadi saya udah pesanin makanan terbaik di café ini.” Marsya tersenyum karna sedikit demi sedikit Arga mau terbuka padanya ini tujuannya mengajak Arga untuk makan saja. “Sebenernya tujuan saya ajak makan supaya kita bisa ngobrol satu sama lain. Saling terbuka dan cerita apa yang di suka dan yang ga disuka.” “Saya setuju sama ide kamu. Kita mulai darimana?” Arga mulai berani untuk menatap ke manik mata Marsya. “Kalau boleh tau kerjaan kamu apa?” Arga tersenyum dengan pertanyaan Marsya, dia berpikir Marsya sama dengan wanita lain ingin tahu pekerjaan apakah bisa membuat hidupnya aman atau tidak. “Kamu takut saya gabisa nafkai kamu?” Marsya sedikit tersinggung dengan perkataan Arga bukan itu maksud dari pertanyaan Marsya. “Bukan itu maksud saya. Salah saya ingin tahu apa pekerjaan dari calon suami saya?” Arga tersenyum entah mengapa saat Marsya bilang calon suami saja udah membuat Arga senang, Arga tidak tahu kenapa saat ini dia sedang deg-degan seperti remaja labil yang sedang kasmaran. Ada apa dengan jantungnya? Apa dia mulai ada perasaan dengan Marsya? “Saya punya bisnis. Saya punya beberapa bengkel, beberapa café juga. Terkadang saya juga bantuin Papa di kantornya.” Marsya mengangukkan kepalanya. “Bagaimana kalau kita mengubah panggilan kita? Kayak kata kamu kita mau coba saling kenal dan dekatkan? Berawal dari panggilan kita “saya” diganti jadi “aku”. Jadinya aku kamu gimana?” Tanya Arga pada Marsya. “Boleh saya setuju.” Arga tersenyum karna Marsya setuju dengan idenya.         Pelayan datang membawakan pesanan mereka Marsya sangat tergiur dengan makanan yang berada dihadapannya. “Kamu ga ada halangan apapun setelah ini kan? Jadi kamu bisa makan dong ya?” Arga tersenyum jahil pada Marsya karna teringat dengan pertemuan pertama mereka, Marsya tertawa mendengar perkataan Arga. “Kamu tenang aja, aku bakalan makan. Ini aku sendiri juga sanggup kok.” Arga tertawa mendengar perkataan Marsya. “Kita makan dulu ya, nanti kita lanjut.”         Setelah makan mereka melanjutkan pendekatan mereka tentang cerita satu sama lain. Hampir tiga jam mereka menghabiskan waktu untuk mencoba saling mengenal. Marsya merasakan nyaman saat bersama dengan Arga. Arga berbeda dengan pria yang lain yang selama ini di jodohkan oleh Mamanya.         Arga juga orang yang sedikit humoris yang bisa membuat Sarah tertawa. Walaupun terkadang Arga suka menjengkelkan dengan kata-kata yang sedikit menyindir. Tapi semua itu karna Arga belum mengenal banyak mengenai Marsya. “Kamu jadi mau belanja? Waktu kita masih banyak.” “Satu yang perlu kamu tau, aku bukan kayak wanita lain yang hobbynya belanja. Belanja boleh tapi bukan suatu kebutuhan. Lagian aku kerja aku punya uang kalau aku mau belanja aku bisa pakai uang aku.” Arga tersenyum dengan perkataan Marsya. “Tapi nanti kalau kamu nikah sama aku, kamu ga pake uang kamu sendiri. Kamu harus pake uang yang dari aku.” Marsya tersenyum mendengar perkataan Arga. Belum menikah saja omongan mereka udah seperti ini. “Kamu mau temani aku buat ke acara teman aku ga besok? Teman aku ada yang nikah.” Arga menanyakan kesediaan Marsya. Marsya menganggukkan kepalanya. “Yaudah kalau gitu besok aku jemput ya jam 7 malam.” Marsya tersenyum dan akhirnya mereka pergi melanjutkan perjalanan mereka.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD