42. Dia Bebas

1620 Words

"Kenapa kamu berpikir demikian?" Pevita bertanya pelan. Menengadah menatap pria itu. Gara mengedikkan bahu. "Seandainya tidak bertemu saya, dia mungkin masih hidup saat ini, menjalani kehidupan yang baik dan dipenuhi kebahagiaan." Pria menatap lurus, jauh ke depan. Pada satu titik fokus dengan seulas senyum samar bermakna sedih. Pevita berdiri dari duduknya. Berjalan beberapa langkah ke hadapan Gara, membuat pria tersebut harus menghentikan menatap kosong ke depan. "Kalau kalian nggak ketemu, Thalia nggak akan ada di dunia ini. Bukannya semua hal sudah Tuhan atur? Kehilangan dan mendapatkan. Kamu kehilangan Vanilla, tetapi mendapat malaikat seperti Thalia," jelas Pevita, mensedekapkan tangannya di d**a. Gara mengembuskan napas panjang. "Jika tahu Vanilla harus kehilangan nyawa untuk mem

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD