Mereka mendapatkannya, sebuah kos kecil yang layak ditempati. Uang Arka dan Neta digabung jadi satu agar bisa bayar kosan selama satu bulan. Kamar itu pun Arka bantu bersihkan. Hingga kini Arka duduk di kasur yang terbentang tanpa alas dalam ruangan. “Pakaian kamu, gimana?” Arka bertanya. Neta mengedikkan bahu. “Nggak mungkin aku ambil di rumah itu, kan? Ceritanya aku lagi kabur.” Dia terkekeh, padahal hati merindu ingin pulang. Sayang, tatapan papa membuat dia enggan. Neta inginnya menghilang. Dia menunduk. Hidupnya semakin tidak tertata, apa sebaiknya Neta mati saja? Yang Arka usap kepalanya. “Nanti sore aku ke sini lagi, aku pinjamin baju Aira. Atau baju aku juga nggak pa-pa.” Neta meliriknya. “Makasih.” Arka mengangguk. Oh, iya, Arka lupa. “Neta.” “Hm?” Arka telan ludahnya deng