Herald

1534 Words
Siang ini tak begitu terik, udara panas yang membakar kulit nampak lebih bersahabat, terlihat Josie yang tengah menarik tangan Bianca begitu kasar menuju sebuah halaman gedung yang berada di luar. "Ayo ikut, kenapa kau begitu lelet? Di tempat ini tidak ada yang boleh mengeluh dan bersantai," ucap Josie nampak sangar padahal sebelumnya ia sangat takut akan kehadiran Bianca. "Lepaskan aku wanita jelek, kau bisa mematahkan tangan ku jika kau tarik sekuat itu? Aku akan mengatakan pada Paul agar kau cepat dipecat dari kantor ini, lepaskan aku sekarang!" ucap Bianca tampak berteriak. "Hahaha kau pikir aku takut? Dengar, ya, di tempat ini penguasa tertinggi cleaning servis adalah aku, Josie More, siapapun yang bekerja di bawah struktur pekerjaan ku maka orang itu harus patuh dan taat padaku," ucap Josie nampak lebih berani semenjak ia tahu jika Bianca itu bukanlah atasan yang menyamar tetapi, kedudukannya sama seperti dirinya. "Baiklah stop! Aku akan melakukan yang kau minta tapi, tolong lepaskan tanganmu dari tangan ku sialan!" ucap Bianca nampak kesal dan marah. Ia tak dapat melakukan apapun di dalam tubuh yang lemah itu, kekuatan yang dulu ada di dalam tubuh pria kini menghilang dan hanya ada tubuh yang rapuh. "Sial, tubuhku begitu lemah menjadi seorang wanita, bagaimana para wanita itu tahan dengan tubuh selemah ini? Aku benar-benar ingin kembali ke wujud asliku," ucap Bianca yang malah terlihat aneh di mata Josie. "Dasar wanita aneh, kau pikir, kau sedang berada di dalam sebuah pentas drama? Tidak usah banyak alasan, tugas pertama mu hari ini adalah menyapu lapangan ini dengan bersih sampai jam istirahat berbunyi," ucap Josie melepaskan cengkeramannya lalu menunjukkan hamparan lapangan tenis dan futsal yang cukup luas. Bianca nampak melongok saat melihat lapangan di depannya, lapangan itu terlalu luas jika hanya dibersihkan seorang diri sehingga Bianca meminta bantuan agar ia tidak melakukannya sendirian. "Hah? Apa kau gila? Bagaimana bisa aku membersihkan lapangan seluas ini sampai jam istirahat? Aku tidak mau," ucap Bianca mencoba pergi dari hadapan Josie. Josie lekas menarik kembali tangan Bianca yang mencoba pergi dari hadapannya. Josie memarahi Bianca sekali lagi karena dia melawan saat diberi tahu. "Hei, mau kemana, kau? Aku bilang kau harus membersihkan taman ini sampai jam istirahat selesai, aku tidak ingin tahu yang jelas area yang ada di hadapan ku harus bersih," ucap Josie menarik paksa pergelangan tangan Bianca. "Lepaskan aku, aku tidak mau melakukannya, derajat ku lebih tinggi dari perempuan rendahan seperti dirimu," ucap Bianca malah semakin membuat Josie murka. "Apa kau bilang? Wanita rendahan? Apanya yang rendah? Coba katakan? Sekarang kau tidak perlu banyak alasan dan cepat pergi ke sana lalu bersihkan, waktumu di mulai dari sekarang!" ucap Josie meninggalkan Bianca seorang diri di sana. "Hei! Apa kau tega melihat aku melakukannya sendiri? Hei! Jangan pergi!" teriak Bianca yang melihat Josie terus melangkahkan kakinya dan menjauh. Bianca kemudian melihat hamparan di depannya yang terlihat begitu luas, dia melihat ke kanan dan ke kiri, daerah itu benar-benar sangat luas. "Apa-apaan wanita itu? Dia pikir dengan bersikap begitu padaku, aku akan luluh? Tentu tidak!" ucap Bianca yang nampaknya belum bisa menjalankan tugasnya. Beralih kepada Ellena yang saat ini nampak cemas karena barusan Bianca sudah berani memarahi Paul. Sebagai orang yang saat ini tinggal satu apartemen dengan Bianca, Ellena benar-benar merasa tidak enak hati dan malu, bahkan ia terlihat meminta maaf berkali-kali pada Paul. "Tuan, maafkan kesalahan Bianca, dia memang orang yang seperti itu terkadang dia selalu berhalusinasi seakan memiliki dunianya sendiri, aku harap kau memakluminya karena aku benar-benar merasa tidak enak hati," ucap Ellena yang dibalas senyuman oleh Paul. "Tidak masalah, aku menyukai sikap wanita yang aneh dan itu membuat ku terhibur, baiklah Ellena kau boleh kembali ke meja mu lagi dan Minggu depan kau sudah berjanji akan menemaniku, kan?" tanya Paul membuat Ellena sedikit malu. Sebenarnya hubungan mereka hanya sebatas bos dan bawahan tetapi, banyak orang yang mengatakan mereka sudah resmi pacaran karena sering terlihat berduaan. Namun, baik Ellena maupun Paul sebenarnya mereka tidak pernah mengumumkan secara resmi jika mereka pacaran. "Aku terserah tuan saja," ucap Ellena membalas dengan senyuman. Ellena kembali ke mejanya dan ia nampak menutupi wajahnya serta mengingat kejadian yang baru saja ia alami. "Dia, kenapa dia aneh sekali? Kenapa dia menghancurkan hariku? Pulang dari sini aku harus bertanya padanya," gumam Ellena kembali lagi bekerja. Sementara itu Bianca nampak kebingungan dan berceloteh sendiri. "Apa-apaan ini? Bagaimana bisa aku membersihkan semuanya hanya dalam waktu yang singkat? Dia benar-benar membuat aku marah, aku akan membalasnya ketika kembali menjadi pria! Lihat saja!" ucap Bianca yang nampak kesal dan berteriak bahkan melemparkan sapu yang ia pegang. Seseorang nampaknya mendekati Bianca, dia adalah seorang laki-laki yang memiliki seragam sama seperti Bianca, sepertinya pria itu juga bagian dari petugas kebersihan yang ada di perusahaan itu, pria itu mendekat dan menyapanya. "Apa kau perlu bantuan?" tanya pria yang tampak lugu dan malu-malu itu. Dia adalah Herald, anak baru yang bekerja kurang dari tiga bulan, sebelumnya Josie selalu menyuruh-nyuruh dirinya tetapi, sekarang Bianca seperti meringankan bebannya sehingga Herald memberanikan diri mendekati Bianca. "Apa kau juga bagian dari petugas kebersihan?" tanya Bianca tang saat ini nampak terduduk di bawah pasir kering. "Iya, namaku Herald, aku adalah pekerja baru, dan aku biasa menyapu halaman lapangan ini sendirian," ucapnya membuat Bianca nampak terkejut. "Hah? Apa kau yakin? Bagaimana caranya kau membersihkan tempat seluas ini sendirian?" tanya Bianca. "Tidak ada yang mustahil sebelum kita mencoba," ucapnya membuat Bianca nampak jengkel. Harald mengulurkan tangannya mencoba membantu Bianca untuk bangun. "Apa?" tanya Bianca tak mengerti. "Ulurkan tanganmu, ayo berdiri," ucap pria yang berperawakan cungkring itu. Herald memang terkenal dengan tubuh tipisnya bahkan Josie menyebutnya Herald si triplek berjalan. "Sial, biasanya aku tidak pernah segeli ini ketika ada lelaki yang mengulurkan tangannya tetapi, kenapa sekarang aku malah merasa mual? Sial, aku benar-benar sudah tidak tahan, aku ingin kembali lagi seperti semula," gumam Bianca nampak mengeluarkan ekspresi wajah yang aneh. "Ada apa? Apa kau lelah?" tanya Herald yang sekarang memegangi gagang sapu halaman. Bianca tidak melihat sedikitpun ke arah Herald, dia mengerti apa yang dilakukan Herald. "Aku mau ke toilet, kau lakukan saja tugasmu," ucap Bianca pergi meninggalkan Herald ke toilet. Sepanjang perjalanan menuju toilet, dia melihat beberapa orang petugas kebersihan tengah membersihkan lantai. Mereka kembali membicarakan Bianca yang tadi pagi sempat menghebohkan mereka. "Josie bilang, wanita itu bukan atasan yang menyamar tetapi, imigran gelap yang ingin dilaporkan pada polisi," ucap seorang pria yang tampak mengobrol dengan rekannya. "Kau benar, bahkan aku sempat mengira dia akan memarahi kita tapi nyatanya dia hanyalah seorang cleaning servis belaka," ucap dua orang itu yang terdengar jelas oleh kuping Bianca. "Apa yang kalian bicarakan tentang ku di belakang? Apa aku nampak seperti lelucon?" ucap Bianca kesal. Mereka kemudian tertegun tak berani membalas ucapan bianca. "Sudahlah tidak ada gunanya aku memarahi kalian, lagipula ada hal yang lebih penting dari yang aku ingin lakukan," ucap bianca. Tiba di toilet dia malah masuk ke toilet pria dan menggunakannya di sana membuat orang yang ada di dalam sana mengingatkan Bianca. "Nona, toilet perempuan ada di sebelah," ucap pria yang ada di dalam toilet itu. "Ya ampun aku lupa," gumamnya kemudian dia pergi dan menuju toilet sebelahnya. Di sana Bianca mendengar suara Josie yang tengah bernyanyi dari dalam toilet sehingga muncul ide untuk mengerjainya. "Suara ini? Wanita yang menyeret ku dan menyuruh ku membersihkan halaman, lihat saja, aku akan membuat perhitungan dengan mu," ucap Bianca kemudian ia masuk ke dalam toilet dan mengeluarkan air seninya. Setelah selesai kemudian ia menyiramkan air ke toilet tempat Josie berada melalui atas toilet itu membuat Josie basah kuyup lalu dengan cepat Bianca berlari dalam toilet. "Hai! Siapa yang melakukannya?" ucap Josie terkejut dengan pakaian yang basah. Bianca berlari kembali ke tempatnya sembari tertawa. "Hahaha rasakan itu dasar wanita gila, berani-beraninya dia melakukan ini padaku, rasakan sendiri akibatnya," ucap Bianca kemudian ia kembali ke tempatnya. Bianca melihat Herald yang tengah membersihkan halaman, ternyata pekerjaan Herald cukup cepat sampai ia telah berada jauh dari posisi sebelumnya. "Orang itu cepat sekali membersihkan lapangan, aku harus ke sana dan pura-pura tidak tahu telah terjadi apa di toilet," ucap Bianca berlari mendekati Herald. "Apa kau telah selesai dengan aktivitas mu?" tanya Herald. "Iya, lanjutkan saja pekerjaan mu, aku hanya akan membantu sebisa ku," ucap Bianca yang dibalas senyuman oleh Herald. Sementara itu Josie yang basah kuyup, nampak pergi ke ruang ganti, di sana ada beberapa orang yang melihatnya dan menertawakannya. "Hahaha apa yang terjadi padamu? Apa di luar sedang terjadi hujan?" tanya pria yang juga bekerja sebagai petugas kebersihan. "Diam kau, aku dikerjai seseorang, aku akan membuat perhitungan dengan orang itu, awas saja jika aku berhasil menemukannya," ucap Josie dengan ekspresi wajah yang cukup kesal. Hari pertama bekerja, membuat Bianca begitu kelelahan, rupanya ia juga ikut membersihkan halaman dengan Herald dan berhasil membersihkannya. "Hei, terimakasih sudah membantu ku," ucap Bianca mengelap keringat yang keluar dari dahinya. "Tidak masalah, ini semua sebenarnya tugasku," ucap Herald. "Kau benar, seharusnya aku memang tidak pernah berada di sini dan bekerja sebagai petugas kebersihan," ucap Bianca yang masih kesal gara-gara ia di tempatkan sebagai cleaning servis di perusahaan milik rivalnya itu. "Tapi sebenarnya aku jadi tahu struktur bangunan ini dan cara Paul mengelola perusahaannya, aku harus berterimakasih pada Ellena sebenarnya, setelah pulang nanti aku akan mengatakannya dan yang terpenting aku harus mengenalkan sosok Bryan padanya tanpa harus dia mencurigai ku," gumam Bianca setelah ia akhirnya selesai dengan tugasnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD