Masuk unit apartemen yang ditinggali Mira, indra penciumanku langsung disambut dengan bau gurihnya masakan. Tadinya aku ingin segera merebahkan badan ke empuknya kasur, tapi cacing dalam perutku sepertinya tidak sabar meminta pajak. Berjalan ke dapur, rasa laparku langsung teralihkan dengan keberadaan Mira di sana. Rambut panjangnya telah digulung tinggi, juga apron yang masih melekat di tubuhnya. Penampilannya seolah memanggilku untuk mendekat padanya. "Hai, sayang?" sapaku pada Mira yang masih tampak berkutat pada bak cuci di dapur. Ia seperti menggosok-gosok panci penggorengan, dan tidak menyadari kehadiranku. Kuselipkan kedua tangan diantara lengan Mira, dan mencium belakang kepalanya. "Lagi ngapain?" Ia hampir berjingkat karena terkejut dengan keberadaanku yang sudah memeluknya da