Pertolongan Allah

3356 Words
Hidup tak akan berubah jika bukan kita yang merubahnya, Mencobalah untuk menjelajahi Bumi Allah. terdapat banyak rahmat yang tersimpan di dalamnya. Kreek.. “fah..” “Ya Bu” (Afifah menoleh ketika sang ibu memanggilnya dan mengalihkan matanya dari tumpukan pakaian yang telah ia keluarkan dari lemari) Ibu melangkah mengahampiri Afifah yang duduk dipojok lemari dan sambil mengusap rambut anaknya yang tak tertutup jilbab. “ibu hanya bisa berdoa yang terbaik buatmu nak , bagi ibu dan ayah ini hal terberat merelakan kamu pergi tapi ibu tahu kami tidak bisa egois dengan melarang kamu pergi yang akan mengubur mimpi terbesarmu. Pergilah dan kejar cita – cita mu nak” ucap ibu sambil meneteskan air mata. “Ibu....” Langsung memeluk ibunya dan menangis sejadi jadinya “Afifah janji buk akan dengar nasihat ibu dan Afifah janji suatu saat nanti Afifah akan membuat harum nama keluarga kita buk” ucap Afifah dan tekadnya dalam hatinya. Setelah tangis reda Afifah menoleh kenapa tidak ada adik kesayangan nya. Karena dimana ibunya berada pasti adiknya selalu ngintil kemana mana . “Buk mana Ara?” tanya Afifah “ Ara tidur tadi habis menonton film kesayangannya” sambil terkekeh pelan Ya Afifah tau adiknya itu penggemar film spongebob bahkan dikamarnya penuh boneka spongebob dari berbagai ukuran . Adik Afifah juga pernah berkata padanya suatu saat dia ingin punya mobil bentuk spongebob.membayangkannya membuat ia tertawa dalam lamunanya. “ fah biar ibu bantu ya milah – milah bajunya”tawar ibu. “ Ya buk” Malam semakin larut waktu menunjukkan angka 11 malam ,waktu terasa berjalan sangat cepat karena sangking asiknya ia dan ibunya bercerita banyak hal dan kejadian lucu masa SMA ibunya. Walaupun ayahnya tidak dalam obrolan mereka karena Ayahnya sedang jadwal bulanan ngeronda malam.sangking asiknya bercerita sampai ia ketiduran di pangkuan ibunya. “ibu dan ayah sangat menyayangimu nak” ujar ibu sambil mengecup dahi Sang anak dan berlalu pergi meninggalkan kamar . **** Kicauan burung Saling bersahut – Sahutan , Semburat cahaya matahari menerobos masuk kamar sang gadis yang terlihat sangat sibuk mengemas sesuatu . Afifah terlalu bersemangat pagi ini karena Pagi ini dia akan pergi kekota untuk menuntut ilmu di sekolahnya yang baru. sesuatu hal yang akan menjadi lembaran baru untuknya. “Fah..gimana udah selesai semuanya?” sahut ibunya dari arah belakang “ udah kok buk semua udah beres dan udah Afifah cek lagi semua udah lengkap” Jawab Afifah yang sambil menoleh kearah kopernya. “ oh syukurlah..udah yuk ke depan soalnya ayah sudah nunggu kamu dari tadi” ucap sang ibu. Sesampainya di depan ,Ayah menatap Afifah dengan pandangan berat melepaskan anaknya pergi.Tapi disisi lain ia tidak bisa egois dengan melarang anaknya untuk tetap disini, itu sama saja bagi dirinya mengubur mimpi anaknya. Tentu itu akan terlihat jahat ia di mata anaknya. “Yuk yah kita berangkat takut nanti bu jihan nunggu kelamaan.”ucap Afifah dengan girang,yang sebelumnya telah menyalami dan memeluk ibunya. “ yaudah yuk,sudah tidak ada yang tertinggal lagi kan?” “tidak yah..” Ayahnya dengan segera menaiki kereta butut yang sudah menemaninya selama 15 tahun dalam suka maupun duka, walaupun umur usia keretanya sudah hampir mau menyamai usiaanaknya.kereta ini adalah saksi perjuangan yang mengantarkan anaknya untuk meraih kesuksesan. “udah fah ayo naik, takutnya nanti buk Jihan kelamaan nunggu lagi”ucap sang Ayah yang sekaligus memberikan helm kepadanya. “Bismillahi, tawakkaltu ’alallah, laa haula wa laa quwwata illaa billaah.”Lafadz Afifah dalam hati . Afifah teringat sesuatu hal yang selalu Ibunya ajarkan supaya ketika ia hendak melakukan perjalanan hendaknya membacakan doa tersebut. “Bismillahi tawakkaltu ‘alallah laa haula wa laa quwwata illaa billah (Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah).” sepanjang jalan Afifah menikmati udara kota bandung, menghirup sebanyak - banyaknya yang ia bisa. kota yang menjadi tanah kelahiran dan tempat ia di besarkan. Tapi sekarang ia harus pergi meninggalkannya, Banyak kenangan disini . " Fah?" " Ya , Yah?" " ingat pesan Ayah!, jaga kepercayaan ayah, buat ayah dan ibu di rumah bangga kepadamu" kata ayah di balik kemudi. " Iya Yah, Afifah baka ingat dalam - dalam pesat ayah" jawab Afifah. **** ~Terminal bus Sesampainya di Terminal Bus Afifah turun dari kereta dan melepaskan helmnya sambil mata nya mencari – cari buk Jihan, sebelumnya kemarin buk Jihan mengabari jika bertemu langsung saja di Terminal Bus . Tak berselang lama Buk Jihan muncul dari arah depan dengan melambaikan tangan kepadanya. “ Fah..udah nya.nyampek dari tadi ya?,maaf ya ibuk telat” ucap buk Jihan sambil membenahi Jilbabnya yang yang kusut karena tertiup angin saat naik kereta tadi. “belum lama kok buk”.jawab Afifah “oh syukurlah,,yaudah yuk kita masuk Bus ..bentar lagi busnya mau berangkat”. Ucap buk Jihan yang matanya mengarah kepada Jejeran Bus yang menuju Jakarta. “ Yah..Afifah berangkat ya!, doain Afifah supaya Afifah bisa berhasil mewujudkan cita – cita Afifah” . Ucap Afifah dengan nada pelan sambil menahan isak tangis. Sebenarnya ia berat untuk pergi meninggalkan keluarganya dalam waktu yang mungkin tidak sebentar. “ya nak pasti! Ayah dan ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk mu” jawab Ayah yang sambil menarik Afifah kedalam pelukannya. “yuk Fah.” Ucap buk Jihan dengan menepuk pelan bahunya. “Ayo buk”. Ucap Afifah dan melepaskan pelukan Ayahnya. Afifah dan Buk Jihan bergegas melangkah menuju bus dan memasukinya dengan segera ,sebelumnya ia sudah menyerakan karcis sehinga dibolehkan masuk. “sini Fah kita duduk situi aja”. Ucap Buk jihan menunjuk bangku nomor 3 dari depan. “iya buk” Mereka menaiki Bus Harum Prima jurusan Bandung – Jakarta. Dengan Bus kelas ekonomi tanpa AC .Alasannya Buk Jihan memilih Bus kelas ekonomi supaya lebih murah biaya ongkosnya, karena ia tahu bahwa ia sangat – sangat mengerti Bagaimana hidup di perantauan harus pandai -pandai mengatur keuangan ,ia memikirkan Afifah takut Apabila uangnya kurang nanti. Bus kelas eksekutif sangat lah mahal tentulah uang Afifah akan habis nanti jika ia menaiki bus tersebut tentu uangnya nanti selama untuk sebulan di Jakarta bakalan menipis. Ayahnya berkata jika Ayahnya akan mengirimi uang sebulan sekali, itu sebabnya ia harus pandai – pandai mengatur keuangan. Selama perjalanan dari Bandung ke Jakarta hanya musik dangdut yang di putar oleh supir bus untuk memecah keheningan yang ada. Bu Jihan yang di sebelah Afifah tertidur lelap , Sepertinya Bu Jihan kelelahan ketika di rumah mengurusi anaknya yang masih Balita. Bagaimana tidak anak Buk Jihan yang begitu Aktif sekali sampai – sampai Buk Jihan kewalahan mengurusnya. Ia tahu karena ia pernah datang ke rumahnya ketika di suruh Bu Jihan mengantar Buku rekap nilai nya yang di tinggal dikelas. Afifah mengalihkan matanya kearah kaca jendela menatap hamparan sawah yang membentang di ufuk timur , melihat sawah yang menghijau dengan orang – orangan sawah yang berdiri di tengah – tengah sawah, melihatnya Afifah merasa nyaman apalagi ditambah dengan angin semilir yang membuatnya merasa mengantuk membayangkannya . Tak terasa sudah 2 jam perjalanan namun matanya tetap enggan memejamkan mata,dirinya begitu antusias ingin segera sampai ke tempat sekolahnya yang baru. Ia ingin segera sampai tujuan. Dan satu hal lagi ia tak ingin menyia – nyiakan momen perjalanan dari Bandung ke Jakarta, itu sebabnya ia tak tertidur selama perjalanan, ini hal pertama kalinya ia pergi ke Jakarta. Dulu teman sekelas pernah bercerita kepadanya bahwa Jakarta begitu indah apalagi Tugu Monas yang menjadi pusat dikunjungi banyak orang ,ketika malam hari nuansa cahaya lampu yang berwarna – warni terlihat begitu indah. “ Jakarta...Jakarta...” Teriak teriak kernet bus dengan lantang. “ Terminal Rambutan...Terminal Rambutan” lanjut kernet bus. “Fah bentar lagi kita mau sampai..nanti coba periksa lagi jangan sampai ada yang teringgal” Ucap Buk Jihan . “ iya Buk” Sampailah di Terminal Rambuatan. Para penumpang berdesak desakan ingin keluar. Afifah menunggu dengan sabar sampai lengang agar tidak berdesak desakan ia tak mau jika sampai bersentuhan dengan yang bukan mahramnya. “ Afifah.. Maaf ya ibu gak bisa mengantar kamu sampai ke kosan kamu . Soalnya ibu ada urusan yang harus ibu urus” ucap Buk Jihan. “ yang penting nanti kamu naik angkot Grima ,lalu turun disimpang Melati lalu nanti kamu lanjut lagi naik ojek ya Fah.” Pesan Buk Jihan panjang lebar. “dan satu hal lagi alamatnya udah ibuk tuliskan dibuku kamu ,udah ibuk taruh didalam tas kamu. “ lanjut Buk Jihan “ Baik buk,,, iya buk gak papa kok , Afifah sudah diantar sampai sini aja Afifah sudah sangat bersyukur kali buk” “ yaudah yuk kita turun” Setelah kepergian Buk Jihan , Afifah dengan hati gelisah ia sangat takut sendirian di Terminal ini tapi dengan Bismillah ia yakinkan bahwa Allah akan melindunginya dan selalu bersamanya. “ Allahu Akbar.....Allahu Akbar” Suara kumandang Azan zuhur bergema dengan merdu dari kejauhan dengan segera Afifah mencari ojek untuk sampai di mesjid terdekat .ia dari dulu bertekad bahwa ia harus selalu menjaga sholat di awal waktu. Tak berselang lama ojek menghampirinya. “ Ojek neng?” “ iya mas ojek” Afifah segera menaiki ojek tersebut tak lupa ia melafadzkan Bassmalah supaya Allah selalu memberkahi setiap perjalanannya. “Tujuan mana neng?” “ mesjid sekitar sini aja mas!” Pandangan Afifah tertuju pada bangunan di depannya yaitu mesjid Nurul Hikmah mesjid besar dijakarta dengan nuasana arab yang melekat disetiap bangunan dengan pilar – pilar kokoh yang menjadi Pondasi mesjid dengan ukiran arab menambah kecirikhasan negera arab saudi juga disepekitaran halaman mesjid yang di tanami pohon kurma berasa seperti berada di negara arab. Afifah memasuki mesjid dengan sambil membawa barang – barangnya yang begitu banyak, namun karena dia tidak memperhatikan jalan akibatnya ia menabrak seorang wanita yang seumuran dengannya. Afifah memandang wanita itu dengan perasaan kagum,dari segi pakaiannya yang syar’i terus juga wajahnya yang memancarkan aura cerah terlihat bahwa gadis itu sangat menjaga wudhunya. “Maaf ya ,aku gak sengaja”. Ucap Afifah dengan nada bersalah. “tidak apa – apa ,tadi juga aku terburu – terburu jadi gak merhatikan jalan juga.”ucap gadis itu. “Sekali lagi saya minta maaf ya,yasudah saya pamit duluan ya”.Ucap Afifah “iya..” ~Kos “Ya Allah Afifah benar – benar takut berada disini sendirian Ya allah”gumam Afifah sedih.ia benar – benar merasa takut dan rasanya ingin menangis Bagaimana tidak tadi sehabis dari mesjid ia menaiki angkot Grima namun ia tertidur selama di perjalanan dan akibatnya ia nyasar kelewatan jauh dari jalan yang Buk Jihan sebutkan tadi. Supir angkot tadi juga tidak mau mengantarkan ia sampai kesimpang tadi ,padahal ia sudah menawarkan akan membayar uang lebih namun tetap supir tersebut tidak mau mengantarkannya.Ini ulahnya sendiri siapa suruh ia tertidur diperjalanan akibatnya ya seperti ini nyasar dikota yang ia sendiri baru pertama kali ia memijakkan kakinya disini. “Lebih baik aku kemesjid daerah sini saja”gumam Afifah. Ia ingin mencurahkan segala kesedihan dan ketakutannya kepada Allah,ia harap Allah memberikannya pertolongan ,ia benar – benar merasa takut dan ingin menangis. Namun Afifah ingat dengan kata – kata ustadzahnya jika kita dalam keadaan sedih,gelisah,terluka kuncinya adalah sholat. Dari kejauhan Afifah melihat ada segerombolan anak – anak yang ingin pergi mengaji,Jadi Afifah bisa tanya Mesjid dekat sini.Dengan segera Afifah melangkah dengan cepat menghampiri anak – anak tersebut. “ dek..dek ,kakak mau nanya mesjid dekat sini dimana ya?” Anak tersebut memandang Afifah dafi atas ke bawah, mungkin berfikir jika aku adalah orang pendatang“Engga jauh kok kak,kebetulan kami juga mau ke mesjid Kak ,yuk kak!” ucap salah satu anak perempuan yang terlihat lebih tua diantara segerombolan anak tersebut. “Terima kasih ya dek” Afifah mengikuti langkah kaki anak itu. “iya kak sama – sama” Di atas sajadah Afifah mengadu kepada Allah dengan segala kerendahan hatinya dan ketidakberdayaan dan memohon ampun atas segala dosa yang ia perbuat dan ia meneteskan air mata karena mengingat begitu banyak dosa yang ia perbuat. Setelah menyelesaikan shalatnya Afifah segera melepaskan mukenah dan melipatnya. “ Dek ..kenapa menangis”.Ucap salah satu ibu – ibu dengan gamis navy yang menjulur sampai lantai. “Adek bisa cerita mana tau ibu bisa bantu?”lanjut ibu itu dengan senyum menghiasi wajahnya. Dengan Gamblang Afifah menjelaskan semua permasalahannya dari awal ia pergi ke Jakarta hingga berakhir ia nyasar, sebetulnya ia bukan lah orang mudah terbuka, apalagi kepada orang baru, tapi karena wanita itu menyakinkan dirinya bahwa ia bukan orang jahat, maka Afifah pun mempercayai itu, dan satu hal ternyata orang yang menolongnya adalah Seorang Ustadzah sekaligus guru ngaji di mesjid ,Afifah disuruh memanggilnya dengan ummi Salmah. “Hmm ummi bisa bantu kamu,Bagaimana jika kamu lebih baik ikut dulu kerumah ummi ,Mandi dulu dan makan biar kamu lebih fresh,kamu pasti capek banget kan?” “Tapi Ummi!..Afifah tidak mau merepotkan Ummi” Tolak Afifah “ Tidak apa – apa Afifah,ummi malah tidak merasa direpotkan sana sekali ummi malah senang bisa membantu kamu,bukankah kita sesama manusia harus tolong menolong?” “Baiklah Ummi”.Ucap Afifah pasrah,dirinya juga benar – benar merasa lelah dan butuh istirahat apalagi cacing di perutnya sudah berbunyi - bunyi minta dikasih makan.Lagipula hari sudah mau maghrib dan tentu Akan banyak kejahatan dimalam hari apalagi inikan Jakarta kota metropolitan ,Tentu banyak Preman – Preman yang berkeliaran dimalam hari .Afifah membayangkannya saja sudah bergidik takut,ia tidak mau mengambil resiko yang membahayakan dirinya tentunya. Selama perjalanan hanya kebisuan yang mendera mereka berdua,ya Afifah adalah model orang yang sulit bergaul dengan orang baru dan tidak banyak cerita. “Ini rumah Ummi ,ya maklumlah rumah ummi sangat kecil”. ucap Ummi Salmah merendah. Afifah memperhatikan rumah yang di bilang katanya sangat kecil ternyata rumah yang sangat bagus dibandingkan rumahnya di kampung, Rumah tersebut lumayan luas dengan perkarangan yang penuh dengan bunga mawar warna warni dan beraneka jenis bunga lainnya ,membuat mata sejuk melihatnya apalagi ditambah pohon – pohon mangga yang rimbun tumbuh di sekelilingnya menambah kesan rindang yang tentu membuat orang betah berlama – lama disana. “Afifah..Afifah”Ucap ummi sambil mengibaskan tangannya diwajah Afifah. “Eeeh iya ..iya ummi ,tidak apa – apa ummi,malah rumah ummi bagus,Afifah sudah sangat bersyukur sudah dikasih tumpangan malam ini,Afifah gak tau lagi harus bagaimana jika tidak ada ummi mungkin Afifah udah tidur di emperan toko “. ucap Afifah sedih. “Yaudah jangan sedih lagi lebih baik kamu istirahat ,pasti kamu sangat lelah” Afifah ditempatkan dikamar depan yaitu kamar milik anak Ummi Salmah,karena rumah tersebut hanya memiliki 3 kamar, satu kamar depan kamar anak ummi Salmah dan kamar tengah kamar ummi Salmah dan yang terakhir kamar gudang. anak Ummi Salmah sedang melanjutkan S2 nya Al – Azhar Kairo ,Ummi Salmah hanya memilik satu Anak yaitu anak laki – laki. Afifah memandang kamar tersebut yang menurut Afifah sangat monoton dengan cat dinding warna Abu – Abu ,kain horden warna hijau botol ,disamping tempat tidur terdapat foto laki – laki yang Afifah yakini anak ummi Salmah. Afifah memperhatikan seksama foto tersebut yang Memperlihatkan tampilan anak ummi salmah dengan memakai Toga dan selempang yang bertuliskan Hafidz Qur’an. “ Masyaallah jadi anak ummi salmah seorang Hafidz Qur’an.” decak kagum keluar dari mulut Afifah. “Fah..” “Eh iya saya ummi”Ucap Afifah Gagap karena begitu sibuk memperhatikan seisi kamar. “Yuk makan malam dulu,Oom udah nunggu di meja makan tuh,yuk kita makan bareng – bareng” “iya Ummi ,Afifah nantik nyusul kok ,sekarang Afifah mau mandi dulu" “Yaudah,Ummi tinggal ya” “Iya Ummi” Selepas kepergian Ummi Salmah Afifah bergegas cepat untuk mandi ,ia takut Ummi Salmah kelamaan menunggu, Apalagi disini kehadirannya hanya seorang tamu ,ya tentunya tamu tak di undang. Afifah mengambil baju gamis berwarna biru dongker dari kopernya di padukan dengan jilbab selobokkan berwarna coklat s**u. ~Meja Makan “Tambah lagi nak,jangan sungkan – sungkan” “Terima Kasih om, Tapi Afifah udah sangat kenyang sekali om” “ Afifah alamat kos kamu dimana kalo ummi boleh tahu” “ Simpang melati g**g duku jalan kemayoran ummi” “Hmm ..yaudah in syaa Allah Ummi dan Abi besok akan mengantarkan kamu kesana” “Terima Kasih banyak ya ummi udah bantu Afifah” Ternyata tidak seperti yang di katakan di luar sana bahwa orang jakarta itu cuek kepada sesama,kita tidak bisa menyimpulkan dengan hanya satu persepsi ucapan saja. “Ya sama – sama nak,yaudah abis makan nanti kamu langsung istirahat ya biar besok kamu lebih fresh” “iya ummi” Sesuai perkataan Ummi kemarin ,Pagi ini Abi Syamsul dan Ummi Salmah mengantarkan aku ke alamat kossanku ,Kami berangkat agak siang supaya menghindari macet,kata Abi Syamsul jalan Jakarta pada pagi hari begitu macet, dengan hilir mudik orang – orang yang sibuk pergi kekantor,berjualan ,dan anak sekolahan .sudah menjadi makanan sehari - hari pandangan macet di kota ini. Ternyata Keluarga Ummi Salmah bisa di bilang keluarga orang kaya ,seperti siang ini Abi dan Ummi mengantarkan aku menggunakan mobil kijang innovanya. Suara Ummi Salmah memecahkan keheningan “Oh iya Fah yang nyarikkan kossan kamu di Jakarta siapa Fah?”tanya ummi Salmah. “Guru saya Ummi yang nyarikkan,cuma beliau gak bisa ngantarkan saya sampai kossan karena beliau ada urusan yang harus beliau urus “ “ ooo Lalu kenapa orang tua kamu tidak ikut mengantarkanmu fah” “ Afifah hanya tidak mau merepotkan Ayah dan Ibu”. Ucap Afifah “ Hmm gitu ya” “ Oh iya nanti kalau apa sering – sering ya main ke rumah Ummi,soalnya Ummi sering merasa kesepian di rumah” Ucap Ummi Salmah sedih. “In syaa Allah Ummi Afifah akan sering – sering main – main ke rumah ummi” Ummi Salmah merasa kesepian karena beliau sering ditinggal suaminya keluar kota untuk berdakwah, biasa abi syamsul dalam seminggu hanya 3 hari berada di rumah ,selebihnya waktunya ia habiskan di luar kota untuk berdakwah, ditambah lagi anaknya yang juga kuliah diluar negeri membuat Ummi Salmah merasa kesepian dirumah. Namun ummi Salmah menghabiskan waktunya dengan kesibukan ,jika pagi hari ummi Salmah mengurusi tanamannya dan sore hari ia barulah mengajar anak – anak muridnya mengaji. “ Fah ini kita sudah sampai di g**g duku, Kossan kamu yang mana Fah?”. Tanya Abi Syamsul. “ Afifah juga kurang tau om, Cuma kata Buk Jihan jika udah sampai di g**g ini , Afifah disuruh hubungi ibu kos itu om” “ yaudah coba Afifah hubungi dulu” “ iya om” ~Kos Sampai lah kami di kossan ibu Hajjah Romlah , ternyata ibu pemilik kossan tersebut sangat ramah, pertama kali kami datang disambutnya dengan senyum ramah dan disuguhkan dengan berbagai hidangan cemilan. Tidak seperti yang ada dalam bayanganku, selama ini aku membayangkan jika ibu kossan itu semuanya galak dan kejam . “ Fah ummi dan abi pulang ya, kamu istirahat sana . Sekolah yang bagus – bagus ya nak, jangan sampai telat makan”. Ucap ummi Salmah sambil mengelus kepalaku yang tertutup hijab.Aku merasa seperti ibu yang mengelusku. “ iya ummi, sekali lagi Afifah benar – benar berterima kasih sama ummi dan abi, Afifah tidak membalasnya semoga Allah lah yang membalas kebaikan ummi dan Abi” “ Aamiin ..yaudah ya Fah Ummi dan Abi pamit ya” “ iya ummi,.. Hati – hati ya ummi di jalan” ucap Afifah sambil melambaikan tangan. Selepas kepergian ummi salmah, hanya tersisa aku sendiri , kossan nya terlihat sangat sepi . Ibu kos juga sudah kembali ke rumahnya sehabis menyerahkan kunci kamar. Ternyata ibu kos itu adalah bibinya Bu Jihan, pantesan saja Bu Jihan dengan mudah mendapatkan kossan di Jakarta, sebelumnya Bu Jihan belum ada cerita sama sekali kepadanya. “ Lebih baik aku berbenah – benah aja deh, “ gumam Afifah bermonolog Afifah memasuki kamar kosnya , ia memperhatikan sekeliling kamar yang menurutnya sangat kecil dibandingkan dengan kamarnya. Afifah kira – kira kamar kosnya hanya selebar 4x4 meter ,semua digabung menjadi satu tempat seperti kamar mandi dapur dan kamar.tapi yasudahlah ia harus lebih banyak bersyukur masih mempunyai tempat untuk berteduh. Jika kita lihat orang di luar sana masih ada yang tidak mempunyai rumah,tidur di bawah kolong jembatan dengan beralaskan kardus bekas sungguh menyedihkan dan mengiris hati jika melihatnya. Setelah 2 jam lamanya ia berbenah kamar kosnya Afifah merasa lapar ,Cuma di kossannya belum ada peralatan dapur yang dapat ia gunakan untuk memasak, mungkin besok hari saja dirinya akan membeli semua keperluan kosnya. “ Hmm sepertinya aku beli makanan di luar aja,sekalian mengenal lingkungan sekitar”ucap Afifah
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD