Malamnya kedua suami istri itu benar-benar pergi mengunjungi rumah Ayu, guna mengambil perlengkapan sehari-hari gadis itu. Sebenarnya beberapa kali Mama Ayu sudah melarang, katanya ia sendiri yang akan membawakan baju-baju milik anaknya. Namun, Ayu menolak. Lagipula ia juga tak punya baju satupun di rumah Bima, barang yang berada dalam kopernya juga tak mungkin ia pakai kan?
Alhasil setelah azan isya' berkumandang, mobil Bima sudah terparkir di depan rumah Ayu. Rencananya juga mereka akan ikut makan malam bersama. Ayu yang tau jika ibunya pasti akan memasak makanan yang enak, segera turun dari mobil tanpa menunggu suaminya terlebih dahulu. Ia dengan acuhnya turun dari mobil dan langsung berjalan masuk ke dalam rumah tanpa melihat ke arah Bima sedikitpun.
Bima yang sudah tak heran hanya menggeleng kepala kecil, sifat Ayu memang seperti itu jika sedang menjaga jarak pada seseorang. Ayu selalu akan mengacuhkan orang yang menurutnya patut untuk dijauhi, seolah tak ingin punya urusan apapun pada orang tersebut, dan sekarang dirinyalah menjadi orang yang sedang gadis itu jauhi.
Setelah memastikan mobilnya terkunci, Bima menyusul langkah Ayu masuk ke dalam rumah. Langsung menuju ruang makan karena menurut pesan Mama Ayu tadi, mereka hanya tinggal menunggu Ayu dan Bima sampai.
"Mbak Ayu, lama banget!" seru sosok gadis kecil yang duduk bersedekap di samping Kakaknya.
"Kan jauh rumahnya Mas Bima, makanya Mbak juga lama perjalanannya." jawab Ayu sambil mengambil duduk menghadap langsung pada gadis kecil itu.
"Assalamualaikum... " salam Bima yang sudah berada tepat di samping meja makan.
"Waalaikumusalam, duduk, Bim!" itu Mama Ayu yang langsung sumringah menatap ke arah Bima.
Ayu yang melihat itu tampak sinis, tapi meskipun begitu dia tetap mengambilkan nasi untuk Bima saat Mamanya mengambilkan nasi untuk Ayah dan Anggia. Tentu saja dengan terpaksa, kentara sekali saat Ayu menaruh piring nasi tersebut matanya melotot tak suka ke arah Bima yang dibalas dengan senyuman geli. Bima tau, Ayu akan bersikap baik jika di depan kedua orang tua mereka.
"Bim-"
"Kok manggilnya gitu sih, Yu? Yang sopan sama suamimu!" sela Mama sambil menatap marah ke arah Ayu.
Ayu seketika ciut, mendumel sendiri tanpa suara. Bima dibuat semakin geli.
"Mau lauk yang mana?" tanya Ayu, masih dengan nada sewotnya.
"Tongseng," jawab Bima singkat.
Ayu mengambilkan lauk untuk Bima terlebih dahulu, sebelum untuk dirinya sendiri. Bima memang menyukai makanan berbau daging, apalagi daging kambing. Padahal Ayu menilai daging kambing itu bau, lebih enak ikan. Apalagi ikan bakar, tapi tampak dari menu malah ini Mamanya khusus memasak untuk Bima bukan dirinya.
"Mas, Gian ikut study tur kan?" ini pertanyaan dari Awan yang dari tadi diam menikmati makanannya.
"Wahh, Mas gak tau. Kamu tanya aja sama dia," balas Bima.
"Yaudah deh."
"Emang mau kemana, Dek?" Ayu ikut bertanya tertarik dengan topik yang Awan tanyakan pada Bima.
"Bali," singkat Awan setelah itu menyuapkan satu sendok nasi masuk kedalam mulutnya.
"Minta tuh uang saku dari Mbak mu!" usul Ayah sambil menunjuk ke arah Ayu, "Banyak duitnya abis dapet amplop banyak," sambungnya.
"Iya nanti Mbak kasih, berapa? Seratus?" Ayu mengangkat dagunya pada Awan, meminta jawaban.
"Dihhh gaji banyak, ngasih uang saku cuma seratus. Dasar pelit!"
"Hahahaha... Pelit pangkal kaya, Dek!"
Semua orang di atas meja makan tersenyum, geli dengan percakapan kakak adik ini. Kecuali Anggia yang sibuk menikmati ayam goreng buatan Mamanya. Bima yang melihat itu tersenyum, sudah berapa lama dia tak ikut makan malam bersama keluarga? Hari-harinya selalu disibukkan oleh urusan kantor, bahkan bisa dibilang Bima lebih sering makan malam dengan klien ketimbang kedua orang tua dan adiknya.
Lama Bima termenung, dia baru dibuat sadar akan kerinduan pada keluarganya setelah melihat bagaimana hangatnya keluarga Ayu. Bahkan Bima sudah satu tahun tak berkunjung ke rumah, selain karena ia bisa bertemu dengan kedua orangtuanya yang sering berkunjung di kantor, Bima juga selalu menjemput adiknya sepulang sekolah tiap hari. Meskipun begitu ia tak pernah berkunjung, Bima hanya akan berhenti sebentar untuk menurunkan adiknya di depan rumah.
Mungkin nanti Bima akan mengajak Ayu untuk ikut makan malam di rumahnya, karena Ayu bisa menjadi pemecah kecanggungan diantara mereka. Apalagi Bima sudah lama sekali tak ikut makan malam di rumah. Ia memanfaatkan Ayu? Hey kenapa tak boleh? Ayu istrinya kan? Jadi tak salah Ayu ikut makan malam mereka, lagi pula itu juga bisa menjadi usaha pendekatan antara mereka.
Meskipun Bima tau orang tuanya akan selalu menerima Ayu dengan senang hati, kalau tidak bagaimana mungkin mereka ngotot meminta Bima mempersunting Ayu.
"Hey!"
"Eh!"
"Ngelamun aja, makan!"
Bima ternyata sudah melamun sejak tadi, baru tersadar saat Ayu menepuk pundaknya. Dia juga bisa melihat semua orang yang ada di atas meja makan menatap heran ke arahnya, lebih ke arah khawatir sih. Bima membalas tatapan itu dengan mengatakan jika dirinya baik-baik saja.
Setelah makan malam selesai Ayu memilih untuk segera membereskan barang-barang yang akan ia bawa ke rumah Bima, sedangkan Anggia diajak ke kamar oleh Mamanya untuk tidur. Bima yang masih terduduk di sofa ruang tamu bersama Awan dan Ayah, memilih menyusul Ayu setelah setengah jam gadis itu berpamitan ingin mengambil barangnya.
Saat Bima masuk ke dalam kamar Ayu, lelaki itu melihat istrinya masih sibuk memilah baju dari lemari. Bima mengernyit bingung, kenapa gak langsung dibawa semua? Itu lebih praktis ketimbang memilih satu per satu baju kan?
"Kenapa ga langsung dibawa semua?" tanya Bima gusar dengan pemikirannya sendiri.
"Kalo gue nginep di sini gimana?" tanya balik Ayu sambil memasukkan terakhir yang akan ia bawa.
"Iya juga."
Ayu menatap remeh Bima, seolah mengejek pemikiran lelaki itu yang tak bisa menebak perkara sepele.
Bima tak peduli, ia memilih duduk di atas kasur Ayu sambil memperhatikan gerak-gerik Ayu yang sibuk kesana kemari demi mengambil satu per satu barangnya. Bima tak membantu, lagi pula Ayu juga tak meminta bantuannya kok.
"Eh, Yu! Besok kita makan malam ke rumah gue ya?" Bima teringat hal yang menjadi pikirannya tadi saat makan.
"Lah? Kan emang gue tinggal di rumah elu," balas Ayu tak menangkap maksud Bima.
"Ck! Maksudnya rumah orang tua gue!"
"Ohh makanya kalo ngomong yang jelas!"
Bima memutar matanya jengah sedangkan Ayu masih sibuk melihat dan mempertimbangkan apa barang yang harus benar-benar ia bawa. Wanita itu bahkan tak menyadari saat suaminya yang sudah berbaring nyaman jatuh dalam tidur lelapnya. Hingga Mamanya masuk dan menghampiri Ayu, lalu menepuk pundaknya.
"Liat Bima tidur," bisik sang Mama sambil menaruh telunjuk di bibirnya, memberi isyarat agar Ayu tak berisik.
"Yaudah nanti biar Ayu bangunin kalo mau pulang," balas Ayu tak acuh, malah berbalik kembali menatap barang-barangnya.
"Eh!" Mamanya menepuk keras pundak Ayu lagi, "Tidur sini aja! Awas kalo kamu bangunin, dia itu kecapekan," sambung Mamanya.
Ayu tersenyum miring lalu mengangguk menyetujui ucapan Mamanya, tak ada salahnya juga mereka menginap di sini. Lagi pula mereka masih memiliki waktu libur cukup lama. Lantas Mamanya meninggalkan mereka berdua di dalam kamar, tak lupa menutup pintu kamar milik Ayu.
"Dasar kebo!"
×××