Part 7 Tidak Bisa Bersama

1560 Words
Bia memeluk erat handphonenya, senyumnya terlukis indah dibibir manis perempuan itu, Bia memejamkan matanya membayangkan adanya Satria saat ini dihadapannya. Perempuan itu lalu beranjak duduk, menatap keluar jalanan yang ramai dengan warga yang berlalu lalang. Selang beberapa detik Bia merasakan pergerakan disampingnya. "Gua seneng kalau lo tersenyum gini.” Bia mengangguk menutupi rona diwajahnya, matanya melihat Nunu yang sudah duduk disebelahnya. "Kamu tahu?” "Apa?” "Aku selalu berdoa semoga aku bisa bertemu sama Satria, nggak hanya lewat mimpi di malam atau siang hari, tapi juga secara nyata aku bisa liat dia, peluk dia, dan aku bisa pegang wajah dia dengan tangan aku. Sekarang, doa aku terkabul Nunu, besok lusa, Satria mau ke sini dan nemuin aku.” ucap Bia dengan ekspresi bahagianya. Nunu yang melihat raut itu juga turut merasa bahagia, walau di hatinya sungguh tidak terkontrol lagi, sakit hati itulah yang Nunu rasakan. Sudah berapa banyak kalimat, rayuan, bahkan ungkapan yang Nunu berikan pada Bia, namun hasilnya tetaplah sama, kekalahan yang lagi-lagi dia dapatkan. "Aku bahagia banget, akhirnya aku bisa ketemu sama Satria.” pekiknya terlampau senang. "Bahagia banget lo, Bia.” "Tentu saja. Aku itu sudah lama menunggu hari itu tiba, aku ketemu sama Satria, dia bakal aku kenalin sama Bapak sama Mamak, dan sama kamu juga. Aku berharap pertemuan pertama kami bukan untuk pertemuan terakhir, kalau bisa ya pertemuan sampai ke pelaminan, haha.” "Gua ikut seneng dengernya Bia, kalau Satria serius sama lo gini, gua jadi lebih lega dan tenang membuang perasaan gua sama lo.” "Maksud kamu, kamu masih suka sama aku Nunu?” tanya Bia yang langsung mengerutkan keningnya. "Bia.. perasaan gua tulus sama lo, dan rasa tulus itu nggak mudah buat gua buang secara cuma-cuma. Gua belajar perlahan buat hapus perasaan ini, sambil gua liat juga apa Satria bener-bener tulus cinta sama lo. Kalau Satria cuman main-main, gua nggak akan biarin perasaan gua, tulus cinta gua buat lo itu hilang. Gua akan terus jaga perasaan gua, walaupun lo nggak terima. Karena gua sayang, bukan hanya sebatas kata sayang.” kata Nunu dengan melihat Bia yang juga melihatnya dalam diam. "Aku nggak suka sama kamu, Nunu.” "Gua tau Bia. Lo cuman suka dan cinta sama Satria kan, gua paham, ngerti gua.” Bia memalingkan wajahnya, situasi yang sangat tidak ia sukai. "Terus kenapa kamu tetap pertahankan perasaan kamu itu? Penantian bodoh kamu itu bakal sia-sia Nunu.” Bia lalu berdiri dari duduknya. Melihat Nunu yang kemudian menyusul berdiri di depannya. "Nggak ada alasan buat gua pertahankan perasaan gua buat lo. Karena cinta dan rasa gua tulus meskipun lo nanti anggap gua apa, gua terima Bia. Gua mencoba terima dan tetap sama tujuan gua, meski gua hancur. Dan gua paham bahwa gua udah buat kesalahan yang semakin hari semakin besar, karena gua yang semakin mencintai lo, yang semakin sayang sama lo.” ucap Nunu yang kemudian bergerak menjauh, Bia menundukkan kepalanya. Bia memejamkan matanya, tetesan air mata di kedua matanya membuatnya tersadar bahwa dia sudah menyakiti Nunu sejauh ini. Bia berlari menuju kamarnya, menutup pintu kamar dan berbaring di ranjang. Bia terisak kencang sambil memegangi dadanya. Bia lalu berbaring miring, memangku kepalanya dengan tangannya, Bia semakin terisak saat kata-kata Nunu terus berputar di kepalanya. Bia mengusap wajahnya yang sudah penuh dengan air matanya, perempuan itu mengigit bibirnya terisak saat teringat lagi ucapannya kepada Nunu. "Maafin aku Nunu. Aku udah nyakitin kamu sejauh ini.” Saat Bia masih merasa bersalah karena sikapnya pada Nunu, tiba-tiba pintu kamar terbuka. "Bia?” Bia mengangkat wajahnya, berbalik dan lalu menundukkan kepalanya, dia tidak sanggup melihat wajah Nunu yang hanya akan membuatnya sedih sekaligus merasa bersalah. "Maaf Bia. Gua nggak bermaksud ngomong gitu sama lo, gua kebawa emosi.” Bia hanya mengangguk masih menundukkan kepalanya. "Gua mau liat muka lo, Bia.” Bia menggigit bibirnya, menggelengkan kepala. "Oke. Nanti kita bisa bicara, tentang perasaan gua yang mungkin buat lo tersiksa, tentang rindu lo yang menggebu tentang cinta lo yang hanya untuk Satria.” Nunu perlahan duduk di tepi ranjang ia mencoba melihat wajah Bia, namun perempuan itu selalu menutupi wajahnya. "Lo mau terus diam, tenggelam dalam perasaan bersalah lo sama gua.” Nunu tersenyum saat Bia yang mulai mengangkat kepalanya, dan kedua mata mereka saling menatap. Tanpa diduga pun Bia yang langsung memeluk Nunu dan tersenyum, dia merasa hatinya tenang dan damai saat memeluk bahu kokoh milik laki-laki itu. Begitupun Nunu, dia merasakan hatinya damai dan ada banyak kupu-kupu yang berterbangan memenuhi perutnya. "Jika sewaktu-waktu aku sedih karena laki-laki lain. Apa yang akan kamu lakukan Nunu?” "Dan gua nggak akan diam, gua akan buat laki-laki itu lebih merasakan sedih seperti dia yang buat lo sedih.” "Kamu akan merasa kecewa karena aku." ucap Bia. Nunu masih memeluk Bia, kedua matanya tertutup merasakan suara detak jantung yang sangat nyata ia dengar, itu suara jantungnya dan Bia. Nunu menghirup bau khas perempuan yang dia sayangi itu, Nunu sungguh tidak bisa melihat Bia bersama dengan laki-laki selain dirinya. Namun Bia tidak mencintainya, namun Bia tidak menginginkan perasaannya. Namun Bia mencintai Satria, namun Bia menginginkan Satria, bukan dirinya. "Bia, sejujurnya gua capek terus kayak gini, hati gua bukan terbuat dari baja yang akan selalu kuat bila terus dipukul besi, gua jujur manusia yang sama seperti lo, gua punya kumpulan air mata yang siap jatuh kapanpun gua mau, gua bukan dari tim Avengers yang punya kekuatan dalam diri mereka, yang diciptakan untuk melindungi dunia, melindungi orang-orang di dunia ini. Tapi Bia, walaupun gua bukan baja, bukan laki-laki yang nggak pernah nangis, bukan superhero, bukan pahlawan dunia. Gua Nunu, gua akan menjadi kekuatan untuk lo, gua akan menjadi wadah untuk semua kesedihan lo, gua akan melindungi lo, walaupun sudah ada Satria yang bakal selalu melindungi lo, bahagiain lo. Tapi gua ingin selalu melindungi lo, kalau lo mengijinkan gua untuk terus kasih lo kebahagiaan. Gua nggak papa meski lo anggap hanya halusinasi lo, karena salah gua berada ditengah-tengah lo dan Satria. Dan gua terima itu, gua akan selalu menerima takdir gua, apapun itu. Bersama atau tidak bersama lo.” Nunu tersenyum usai melepaskan semua beban di hatinya, memang semua belum terungkap sepenuhnya, karena Nunu ingin Bia mendengarnya dan berbicara akan semua rasanya itu, bukan hanya sebagai pendengar seperti sekarang ini. Nunu bergerak melepaskan pelukan Bia pada tubuhnya, perlahan ia membaringkan Bia dan membuatnya senyaman mungkin dalam tidurnya. "Gua nggak terbiasa ngucapin kata selamat tidur sama perempuan. Paling sekedar selamat malam. Tapi kalau sama lo, bawaannya gua bukan cuman sekedar mau ucapin kata selamat malam tapi juga ini..” Penuh dengan perlahan dan tanpa suara sebuah kecupan dengan berani Nunu layangkan pada kening Bia. Nunu mengangkat kepalanya dan tersenyum. "Selamat tidur, bermainlah bersama mimpi indah yang lo rangkai. Ingat, gua akan ada disini yang selalu nungguin lo, meskipun gua sadar bahwa gua nggak pernah lo tunggu. Dan semoga lo masih terjaga agar mendengar semua kata-kata gua, karena gua bukan laki-laki yang gengsian yang hanya bermain kata lewat lidah tapi gua juga bermain kata lewat hati.” Nunu menghembuskan napasnya. Nunu menatap handphone Bia yang menyala, ia pun menghampiri handphone tersebut dan melihatnya. Nunu memalingkan wajahnya, memandang kepada Bia yang tertidur tak terusik, kedua sudut bibirnya lalu terangkat. Nunu duduk di kursi depan rumah, dia tersenyum saat adik Bia yang bernama Nur datang sambil membawakannya setangkai bunga. "Kak Nunu, ini buat kak Nunu.” ucapnya dengan sangat imut, sampai Nunu tidak tahan untuk tidak mencubit pipi gembul gadis kecil itu. "Terima kasih ya.”bcium Nunu pada pipi Nur. Gadis kecil itu lalu berlari menjauh, Nur menghampiri ibunya yang sedang bersama Riska, adik kedua Bia. Saat ia sedang berlari kecil, tiba-tiba kakinya tersandung dan terjatuh ke tanah. "Nur..!” pekik semua orang sampai Nunu tersentak berdiri dan langsung mendatangi Nur yang terjatuh di tanah. "Mamak huhu, hiks hiks.” Rosita langsung memeluk tubuh Nur dan menenangkan putri kecilnya itu. Begitupun dengan Riska yang mengusap punggung adiknya dan membersihkan baju Nur yang kotor. Nunu berdiri dan seketika menepi ke samping saat Bia datang dari dalam rumah, mungkin penasaran karena suara tangisan Nur yang nyaring. "Mak, adek kenapa kok nangis?” "Adek tadi jatuh, kak.” jawab Riska pada pertanyaan Bia. Bia tersenyum, mengusap rambut Nur. "Adek kan kuat, masa nangis sih cuman jatuh. Superhero, dia selalu jatuh kalau kalah, sampai terguling-guling, sampai jauh terbang ke awan. Adek kan katanya mau jadi Ciptain Marvel, berarti nggak boleh nangis..” ucap Bia yang langsung membuat Nur menghentikan tangisnya, dan tiba-tiba berdiri merapikan rambutnya, kemudian bergaya seperti superhero yang siap melawan siapa saja dihadapan sana, Nur mengangkat satu tangannya, dan satunya lagi dia letakkan di pinggang. Hingga membuat semua yang masih disana, tertawa melihat tingkah menggemaskannya itu. Nunu tertawa menggelengkan kepalanya, Nunu sangat bersyukur bisa bertemu dengan keluarga ini, keluarga yang meski di setiap harinya ada saja waktu untuk bertengkar walau hal sepele, tetapi disaat satu diantara mereka ada terluka, semua berperan saling menguatkan dan mengobati. Rasa sayang dalam keluarga yang jarang dia temukan pada keluarga lain bahkan dari keluarganya sendiri, yang cenderung cuek dan hanya mementingkan diri mereka sendiri, kecuali dua orang yang selalu mendukungnya, yaitu Mama dan Kakak sepupunya. Hari ini siapa sangka, akan banyak hal yang terjadi secara tidak sengaja. Melihat bagaimana bentuk rasa itu mengalir meski larut dalam kesedihan air mata. Tentang kesabaran dan kekuatan, dalam diri sendiri dua rasa itu saling berpegang, belajar dan mengembangkan diri dari hari kemarin. Karena hati saat ini telah tenang, telah menentukan pilihan. Bertahan dalam kesakitan atau pergi dalam penyesalan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD