Jatayu mengangguk kecil kepada Pak Dewo Bumi. Pemuda itu juga menyertakan sesungging senyum penuh makna kepada ayah kandung Kinanti tersebut. Sejujurnya, ia sangat berterima kasih kepada lelaki baya itu. Sebab, keberatan yang dikemukakannya telah mewakili kegelisahan yang melanda dirinya beberapa saat lalu. Jatayu merasa, setidaknya mereka satu pemahaman. Tak seberapa lama kemudian, Kinanti telah muncul kembali dengan lima buah gelas tinggi di atas nampan. Sengaja, ia menghidangkan minuman dingin dan bukannya minuman panas atau hangat. Sebab ia memperkirakan, pembicaraan yang akan segera berlanjut, tak lama lagi, adalah pembicaraan yang akan menaikkan temperatur udara, baik itu di dalam ruang d**a maupun ruang kepala. Kinanti berharap, minuman dingin yang ia buat akan bisa berguna nantiny