Chapter 27

2204 Words

“Tumben yang satu itu pulang,” ujar sang papa. Bram hanya terkekeh ketika disindir oleh ayahnya tersebut. Meski sama-sama tinggal di Bogor, Bram memang memutuskan untuk tinggal sendiri. Rasanya lebih menantang saja. Ia memang sangat suka tantangan. Ucapan papanya itu sebenarnya hanyalah sindiran keras karena Bram terhitung jarang berkunjung padahal rumahnya sangat dekat dengan rumah orang tuanya. Berbeda dengan kakak-kakaknya yang tinggal di luar kota. Mereka tentu lebih jarang berkunjung.    “Iya dong.” Bram lantas duduk di kursi makan.   Rasanya sedikit sepi karena mereka hanya makan malam bertiga saja. Biasanya berempat juga dengan Alan. Kali ini hanya Bram, ibunya, dan ayahnya. Pantas saja ibunya itu selalu mengeluh bila tidak ada anak-anaknya di rumah. Ternyata suasananya mem

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD