Chapter 7

1185 Words
Acara grand opening di toko baju Bram cukup lancar pagi ini.  Beberapa orang spesial yang ia undang, hampir semuanya datang untuk memberikan ucapan selamat. Sebenarnya Bram sendiri tidak berkeinginan untuk membuka toko offline. Baginya toko online saja sudah cukup. Akan tetapi karena partner kerjanya adalah seorang Angel yang memiliki ide cukup brilian, maka Bram pun menuruti saran gadis itu untuk membuka toko offline. Lagi pula tidak ada ruginya. Setidaknya Bram memiliki tempat tongkorangan sekarang. Bram melihat Elsa yang tengah menatap beberapa baju yang berada di etalase. Ia pun segera menghampiri perempuan berperut besar itu. "Hai, Elsaa!" Sebenarnya Bram sudah terbiasa memanggil Elsa dengan sebutan Elsayang. Sebutan yang ia sematkan pada gadis itu sejak jaman keduanya begitu akrab di masa perkuliahan. Lebih tepatnya semenjak Elsa menjadi penyelamat Bram dalam beberapa mata kuliah. Elsa adalah orang yang sangat berjasa besar bagi kuliah Bram selama ini.  Mengingat sekarang mereka tengah berada di keramaian dan juga karena kondisi Elsa yang sudah menikah dan akan memiliki dua anak maka Bram berusaha untuk mengurangi intensitas memanggil Elsa seperti itu. Kebiasaan akan sulit dihilangkan namun Bram akan mencoba dan berusaha sebaik mungkin. "Hai, Brambang!" Perempuan itu menoleh dan tersenyum kepada Bram. "Makasih banget lo udah dateng kesini. Gue pasti ngerepotin banget." "Iya, ngerepotin banget. Gue kesini perjuangan, loh." "Dianter Devan atau supir?" "Supir. Devan nemenin Rendra jalan-jalan sama Lano. Jadi gue bisa kesini deh." Bram pun terkekeh hambar dan benar-benar berterima kasih kepada Elsa yang sudah menyempatkan datang kemari padahal ia tengah hamil besar. "Senyum lo nggak usah sesumringah itu, Bram. Gue bela-belain kesini karena Angel." Bram pun terkekeh. "Oke, oke." "Btw. Sorry, ya." Bram pun mengernyitkan keningnya karena tidak mengerti apa maksud ucapan Elsa. Elsa kemudian mendekatkan dirinya kepada Bram dan berbisik di telinga lelaki itu. "Kak Vani masih di Jogja. Jadi nggak bisa dateng. Tapi gue udah kabarin ke dia." Bram tersenyum dan kemudian langsung menganggukkan kepalanya. Ia juga tahu bahwa gadis itu masih berada di Jogja dan sudah jelas tidak bisa datang kemari. Padahal kemarin Bram bertemu dengan gadis itu akan tetapi dirinya justru tidak mengatakan apapun mengenai acara hari ini dan lebih mengandalkan Elsa untuk menyampaikannya kepada Vani. Ia baru sadar betapa pengecut dirinya. Bila seperti ini, bagaimana bisa dekat? "Oke. Santai." Bram belum menceritakan apa yang terjadi di Jogja kepada Elsa. Dirinya sungguh ingin namun kemarin Devan mengabarkan bahwa Elsa sedang sering pusing akhir-akhir ini.  Meskipun dirinya dan Elsa bersahabat cukup dekat, dirinya harus tahu kapan timing yang tepat berbagi cerita dengan perempuan yang sudah memiliki suami. Jadi untuk saat ini, Elsa belum tahu apapun. Bram akan menceritakannya ketika Elsa telah melahirkan nanti. Dengan begitu apapun masalah yang Bram ceritakan mengenai Vani, Elsa tidak akan merasa terbebani.  Ya, lebih baik seperti itu. "Kecewanya jangan terang-terangan gitu dong, Bram." Elsa mulai bereaksi meledek. Bram pun hanya bisa terkekeh atas hal tersebut.  Ponselnya di atas saku pun bergetar. Ia segera mengeluarkan ponselnya dan menatap pop up pesan yang muncul. Dirinya langsung mendongak dan menatap ke arah Elsa. "Kenapa, Bram?" tanya Elsa bingung. Melihat senyum sumringah Bram yang lebih lebar dari sebelumnya, Elsa pun menjadi semakin bingung.  Akan tetapi setelah teringat akan sesuatu, dirinya kemudian ikut tersenyum menatap Bram. Ia juga ikut berbahagia atas lelaki itu. -------------------- From : Bram Iyaa... Terima kasih banyak yaaa... Vani kemudian meletakkan ponselnya di atas meja dan langsung menikmati makan siang yang ada. Ia baru sempat memeriksa ponsel setelah tadi bekerja. Memang sebenarnya ia tidak sepenuhnya liburan disini karena harus ada beberapa hal yang dikerjakan disini.  Selain itu, Vani memang tipe yang tidak bisa tidak melakukan pekerjaan apapun. Rasanya bila tidak bekerja, sama seperti tidak makan saja dalam satu  minggu. Ia memang benar-benar seperti duplikat dari Bayu yang gila bekerja. "Bram itu emang keren banget ya. Padahal perusahaan Papanya bagus tapi dia kerja sendiri." Flora memulai perbincangan mengenai Bram setelah beberapa menit ia kembali dengan sepiring udang balado hasil masakannya.  "Iya, pekerja keras." Vani hanya menyahut sedikit karena tidak banyak yang ia ketahui mengenai lelaki itu. "Risa belum keluar?" tanya Flora kemudian. "Sebentar lagi dia keluar, Ma." Gadis itu tengah tidur siang karena tidak ada yang bisa ia lakukan bila Vani sudah berkutat dengan laptopnya. "Nanti kalo udah balik ke Bogor, Papamu itu pasti ngajakin Bram main lagi. Katanya Papamu suka sama si Bram. Satu frekuensi mereka." Vani pun kini menatap mamanya itu. Ia sudah diberitahu mengenai Bayu yang kecewa karena Bram tidak bisa berlibur bersama disini padahal Bayu sangat mengharapkannya. Entah apa yang membuat papanya merasa satu frekuensi dengan Bram. Sepengetahuan Vani, papanya tidak memiliki hobi lain selain bekerja. "Tapi karena Bram ternyata ada acara grand opening, Papamu juga kesel kecewa karena nggak bisa dateng." "Papa nggak diundang?" tanya Vani. "Enggak. Mereka baru-baru ini aja deketnya. Waktu Bram nginep disini." Vani pun membentuk mulutnya seperti huruf O. Padahal seingatnya, saat itu Bram dan Bayu hanya berbincang sebentar saja. Tidak terlalu lama. "Mama jadinya kapan balik ke Bogor, Ma?" "Minggu depan mungkin. Mama juga belum tahu pasti." "Nggak kangen Rendra?" tanya Vani. "Kangen banget dong. Holiday sebentar, ya?" Vani pun hanya bisa tersenyum. ---------------- Acara grand opening hari ini berjalan cukup lancar dan Bram pun memutuskan untuk mentraktir Angel makan malam. Gadis itu sudah bekerja begitu keras untuk mempersiapkan toko offline milik Bram.  Tadinya Angel seolah merajuk karena mengabaikan semua pesan dan telepon yang dikirimkan oleh Bram. Akan tetapi sepertinya sekarang gadis itu telah baik-baik saja. Bram harap Angel tidak benar-benar marah kepadanya karena ia tidak tahu bagaimana cara untuk meredakan amarah gadis itu bila Angel benar-benar marah kepadanya. Bram merasa bahwa sepertinya Angel bukanlah tipe yang mudah merajuk seperti itu. "Jadi udahan kan ya ngambeknya?" tanya Bram. Angel masih menikmati makanannya dengan lahap saat Bram bertanya sehingga lelaki itu menanti jawaban Angel dengan sabar. "Ngambek apa, sih?" "Karena gue tadinya mau mundurin pelaksanaan grand opening." "Siapa yang ngambek, Bram? Lo juga ngapain tiba-tiba udah di Bogor aja? Kapan baliknya?" tanya Angel. Mereka cukup sibuk hari ini sehingga belum sempat berbincang santai. "Tengah malem." "Gilak emang," gumam Angel. "Makan banyakin," ucap Bram kemudian. "Iya ini makan banyak! Makasih banget teraktirannya." Bram kemudian memeriksa ponselnya dan tidak bisa menahan senyum ketika muncul pesan masuk dari Vani.  Gadis itu mengirimkan begitu banyak pesan dan Bram yakin itu adalah foto kemarin di jalan Malioboro. Bram pun segera melakukan screenshoot atas riwayat chat dari Vani dengan total mencapai belasan tersebut. Kapan lagi ia bisa mendapatkan pesan sebanyak ini dari Vani. Jika saja berkesempatan, Bram tidak akan pernah keberatan bila mendapatkan spam pesan dari Vani. Dirinya kemudian membuka setiap foto yang ada. Gerakan jarinya pun terhenti pada foto dirinya dan Vani. Senyum Bram kembali mengembang melihat foto mereka berdua yang saling berpandangan.  Bagi orang lain mungkin itu hanya sebuah jepretan kamera, namun bagi Bram itu sangat berharga. Bram akan mencetak semua foto itu dan menyimpannya baik-baik di kamar. "Jadi kebayang kalo prewedding gimana," gumam Bram. "Prewedding apaan?" tanya Angel bingung seraya menatap Bram. Bram pun menggelengkan kepalanya dan meletakkan ponselnya di atas meja. Ia segera melanjutkan kegiatan makannya.  Sikap aneh Bram yang tidak bisa berhenti tersenyum pun membuat Angel menatapnya dengan aneh. Akan tetapi ia memilih untuk mengabaikan hal tersebut dan asik menikmati makan malamnya saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD