Chapter 2

1527 Words
"Maaf banget ya, Bram." Vani tadinya sedikit cemas ketika mengakui Bram sebagai pacaranya di hadapan Jay. Terlebih ia melakukannya secara mendadak tanpa membicarakannya terlebih dahulu dengan Bram. Tadi itu adalah refleknya agar dapat mengamankan diri dari Jay. "Nggak papa." Vani jadi merasa tidak enak karena lelaki itu tetap memberikan senyuman manisnya sejak tadi. "Yang tadi itu siapa?" "Dia Jay. Temen aku dari jaman kuliah." "Temen kuliah? Aku kira mantan," ucap Bram dengan berani. "Sebenarnya dia ngejar-ngejar aku banget si. Anaknya emang terlalu percaya diri dan gayanya emang agak sedikit arogan. Aku juga kaget karena dia ada disini. Jadi daripada nanti ada apa-apa, aku ngaku-ngaku deh jadi pacar kamu." Bram pun tersenyum. "Aku minta maaf ya ke pacar kamu udah main ngaku-ngakuin kamu aja. Cuma buat tadi aja, kok. Dan lumayan berhasil juga karena akhirnya Jay pindah ngobrol sama yang lain. Makasih ya kamu udah bantuin akting padahal aku engga briefing sebelumnya." Bram pun tidak bisa menahan tawanya. Setahunya, Vani yang ia kenal selama ini adalah Vani yang terlihat anggun dan tegas. Bukan yang terlihat begitu panik seperti ini hanya karena bertemu dengan lelaki yang terus mengejarnya. "Kok ketawa?" tanya Vani bingung. "Nggak, nggak papa. Iya sama-sama. Tenang aja, aku nggak ada pacar." Vani pun membentuk mulutnya berbentuk o setelah mendengar ucapan Vani tadi. "Pacar benerannya emang nggak ikut kesini?" tanya Bram dengan satu alis terangkat. "Nggak ada pacar." Bram kemudian tersenyum simpul setelah mendengar kejujuran Vani tersebut. Itu artinya yang dikatakan oleh Devan benar bahwa kakaknya saat ini tengah alvailable untuk didekati. "Oke." Vani pun nampak menatap ke belakang Bram. Hal itu membuat Bram leluasa untuk menatap gadis itu sepuasnya dari jarak sedekat ini. "Kamu diundang juga dateng kesini?" Bram pun menganggukkan kepalanya. "Kebetulan banget ya. Pokoknya makasih banyak ya karena udah mau bantuin." Bram pun menganggukkan kepalanya. "Sama-sama," ujarnya disertai senyum semanis mungkin. "Oke. Aku mau lanjut ngobrol sama kenalan lainnya. Makasih banyak ya." "Ini beneran udah aman dari Jay?" tanya Bram. "Aman. Makasih banyak ya." ----------- Vani merasa sangat lega malam ini karena ia telah berhasil membuat Pak Handoko mengatur jadwal pertemuan dengannya. Mereka akan bertemu lusa malam. Tentunya Vani juga telah mengatakan bahwa Vani akan datang bersama Bayu dalam pertemuan tersebut. Mengingat urusannya telah selesai karena tujuan utamanya tercapai, Vani pun memilih untuk pamit dari acara tersebut. Dirinya tadi berangkat dengan mengendari taksi kemari. Sebenarnya ada mobil, hanya saja Vani sedang malas menyetir sendiri dan juga malas meminta di antar supir.  Itu sebabnya Vani tadi berangkat dengan mengendarai taksi online dan saat pulang ini pun ia akan mengendarai taksi online. Ketika dirinya tengah memainkan ponsel untuk memesan taksi online, sebuah mobil berhenti di sebelahnya. "Hai, Van. Kok disini? Mau pulang ya?" Vani rasanya ingin memutar bola matanya malas ketika jendela mobil terbuka sepenuhnya dan munculah  Jay yang berada di balik kemudi. Ia sedikit heran mengapa lelaki itu harus menjumpainya disini sekarang. Tepatnya di keadaan seperti ini. Sangat tidak mungkin bagi Vani untuk meminta pertolongan Bram dalam bentuk apapun. Hal itu tentu sangat tidak mungkin. Tidak mungkin juga bagi Vani untuk mengandalkan kebetulan yang tiba-tiba muncul saat ini. Siapapun itu atau apapun itu, peluangnya tentu sangatlah kecil. "Pulang sama siapa? Nggak pulang sama pacar?" Vani tahu dengan baik bahwa apa yang baru saja diucapkan oleh Jay bukanlah sebuah pertanyaan. Hal itu lebih condong ke sebuah cemoohan. "Aku-" Ucapan Vani di potong oleh sebuah mobil yang muncul dan kemudian berhenti tepat di depan mobil Jay. Ketika melihat Bram keluar dari sana dan menghampiri Vani. Hal itu membuat Vani benar-benar merasa terkejut tadi. "Sayang, sorry ya lama ngambil mobilnya. Ayo." Vani masih mematung seketika untuk kedatangan Bram yang terkesan sangat tiba-tiba. Bukan hanya Vani yang terkejut, Jay pun terkejut menatapnya. Bram kemudian mengalihkan pandangan kepada Jay. "Oh, halo." Jay pun kemudian tersenyum terpaksa dan menganggukkan kepalanya untuk membalas sapaan Vani. "Yuk," ajak Bram dengan mengenggam tangan Vani. Vani kemudian tersenyum kepada Bram. "Jay. Duluan ya," ujarnya. "Iya, iya." Jay menganggukkan kepalanya. Bram kemudian menarik tangan Vani dan mereka berdua melangkah menuju mobil. Jay memperhatikannya dengan detail. Ia memukul setirnya ketika Bram membukakan pintu mobil untuk Vani dan gadis itu masuk ke dalam mobil Bram. ------------ "Makasih banget deh pokoknya." Vani tidak mengerti mengapa timing-nya begitu tepat. Bram muncul disaat yang benar-benar tepat. Lagi, lagi. Vani merasa takjub dengan kemampuan akting lelaki itu. Bram bahkan dengan alami bersikap seolah mereka adalah kekasih sungguhan. Hal itu menandakan akting keduanya berhasil karena Jay terlihat benar-benar terkejut. "Iya, sama-sama. Ini aku anterin pulang beneran loh, ya. Nganternya kemana?" "Nggak papa, aku turun di depan aja. Abis itu mau pesen taksi online." "Nggak papa sekalian aja. Aku nggak bisa nurunin cewek malem-malem. Harus dianter sampe pulang." Vani kemudian tersenyum. Dirinya pun membalikkan tubuh dan menatap ke belakang. "Jay kayaknya penasaran banget sampe kita diikutin." "Diikutin?" tanya Bram terkejut. "Iya." Bram sebenarnya sedikit penasaran mengapa Vani menghindari lelaki itu sampai sebegitunya. Dirinya memang tidak mengetahui apapun dan Vani juga tidak menjabarkan lebih lanjut alasan ia menghindari lelaki itu dengan cara seperti ini. Meski penasaran, dirinya tidak ingin mencari tahu lebih lanjut. Ia memilih untuk menanti sampai Vani sendiri yang nanti akan menceritakannya. "Karena diikutin. Aku anter sampe tempat tujuan ya. Kalo turun di jalan, terus aku tinggal nanti malah disamperin lagi." "Iya, juga si. Makasih banyak ya, Bram. Maaf jadi ngerepotin." "Nggak papa. Santai." ------------------- "Ini?" "Iya." Bram pun mengendarainya mobilnya hingga masuk ke dalam pekarangan villa tersebut. Flora dan Bayu yang berada di taman untuk menikmati malam pun segera menatap mobil yang baru saja memasuki villa mereka. "Itu Vani kan ya?" tanya Flora. Bayu menyipitkan mata untuk menatap mobil itu. Dirinya memutuskan untuk menghampiri mobil yang baru saja tiba. Flora pun mengikuti langkah Bayu. "Makasih banyak ya. Oh, itu ada Papa Mama. Mampir dulu yuk." Bram kemudian menoleh ke arah jendela. Flora dan Bayu nampak melangkah menghampiri mobil. Karena merasa tidak enak, Bram pun menganggukkan kepalanya kemudian turun dari mobil. Turunnya Bram dari mobil membuat Flora merasa terkejut. "Wah, ada Bram. Kok bisa? Bram lagi di Jogja juga?" tanya Flora. Bram pun tersenyum dan langsung menghampiri Flora serta Bayu yang dekat dengan pintu mobilnya. Ia kemudian menyapa orang tua Vani itu. "Malem, Om. Malem, Tante." Bram kemudian menjabat tangan keduanya. "Kamu di Jogja juga, Bram?" tanya Bayu mengulangi pertanyaan Flora yang tadi. "Iya, Tante. Iya, Om. Kebetulan ada acara disini." Vani kemudian menghampiri mereka. "Masuk dulu yuk, Bram." "Iya, masuk dulu yuk." Bram tersenyum canggung. Ini sebenarnya sudah terlalu malam dan bahkan sudah lewat dari jam sepuluh. Perjalanan menuju villa ini lumayan juga karena mereka terjebak macet.  Bayu kemudian tersenyum kepada Bram. "Masuk aja ngga papa. Ayok," ajak Bayu kemudian merangkul pundak Bram dan mengajaknya memasuki villa. ------------- "Wiguna berkabar juga kalo anaknya katanya ikut acara yang di Jogja." Flora langsung menoleh kepada suaminya itu. "Kok Papa nggak bilang?" tanyanya dengan nada penuh protes. "Ini baru bilang." "Iya, Om. Aku nyampe kemaren malem terus nginep di hotel deket bandara." "Kemaren malem? Vani juga nyampe kemaren malem dan langsung nginep di hotel deket bandara dulu karena kecapekan. Kalian flight bareng dan di hotelnya bareng?" Pertanyaan dari Flora itu terjawab dari tersedak yang dialami oleh Vani. Gadis itu langsung tersedak setelah meminum teh dan mendengar pertanyaan dari Flora. "Beneran bareng?" tanya Flroa kembali memastikan. Vani tengah meredakan batuknya. Berkat pertanyaan dari Flora, dirinya pun teringat akan insiden yang menimpa dirinya dan juga Bram kemarin malam di hotel. Mereka tidak flight bersama namun menginap di hotel yang sama. Lalu atas kelalaiannya, Vani jadi tidur satu kasur dengan lelaki itu. Ia langsung menatap Bram dan berharap lelaki itu tidak mengatakan apapun terkait kejadian yang menimpa mereka. "Flight-nya nggak bareng, Tante. Hotelnya, kebetulan nginep di hotel yang sama." Flora pun langsung menatap Bayu begitu juga sebaliknya, Bayu juga menatap Flora. Mereka bertatapan sebentar sebelum akhirnya memutus pandangan dan kembali menatap ke arah Bram. "Bram sekarang nginepnya masih di hotel deket bandara?" tanya Bram. Bram pun menganggukkan kepalanya. Ia memang belum sempat pindah atau lebih tepatnya memang tidak berencana pindah karena ia datang ke Jogja untuk acara ini saja dan sisanya berlibur. Berlibur adalah hadiah dari Papanya. Akan tetapi sepertinya Bram akan memanfaatkan waktunya untuk bekerja dari kamar hotel. Vani menatap ke arah Bram sejenak dan berpikir. Itu artinya lelaki itu menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk menuju tempat terselenggaranya acara tadi. Belum lagi, Bram harus mengantar dirinya kemari. Tentu saja jarak dari sini menuju hotel tempat Bram menginap sangatlah jauh. Hotel itu tentu masih sama dengan hotel yang yang tadi pagi Vani tinggalkan. "Itu jauh banget dari sini. Ini juga udah malem banget. Nyetir malem sendiri juga nggak baik. Jadi nginep disini aja, ya? Pulangnya besok pagi," ujar Bayu. Bram pun terkejut dengan ucapan itu. "Tapi, Om-" "Iya, nginep disini aja. Masih ada banyak kamar kosong. Ini udah malem, bahaya." Flora pun setuju dengan ucapan Bayu. Bram merasa tidak enak karena harus menginap. Ia sungguh tidak apa bila pulang sekarang meskipun sendiri. Lagi pula sejak awal, dirinya merasa tidak masalah bila pulang selarut apapun dengan menyetir sendiri menuju hotel. "Saya pu-" "Bram," ucap Vani. Bram pun kemudian menoleh kepada gadis itu. "Nginep disini aja. Bener kata Mama sama Papa. Ini udah malem banget. Itu hotelnya juga jauh. Besok pagi aja pulangnya," ujar Vani.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD