Bab Sepuluh

636 Words
Akhirnya semua keluarga yang tersisa di hotel pulang juga, termasuk simbak sepupu vincent yang telah membuatku menjadikan dia sebagai orang yang harus aku hindari dikemudian hari. Baru juga menjadi bagian dari keluarganya telah membuatku punya musuh dalam tanda kutip. Aku masih akan menunggu perkembangan hubungan kami kedepannya sebelum melampiaskan pada pria itu rasa tidak suka yang aku rasakan. Aku bukanlah orang yang pintar menutupi perasaan. jadi tentu saja aku tidak akan berpura-pura baik pada wanita itu dimasa mendatang pun pada pria disampingku ini. Begitu mobil yang membawa orang tua Vincent menghilang dari pandanganku, aku pun segera balik badan menuju kamar. Aku juga harus segera berkemas untuk pulang. " mau berenang?" tawar Vincent yang mengekoriku sejak dari tadi. Aku menatapnya heran? jangan bilang dia akan mengikuti saran orangtuanya untuk berdiam di hotel satu atau dua malam lagi. " nggak." jawabku pelan. Ada tamu lain yang ikut masuk ke dalam lift yang sama dengan kami. " aku mau pulang." Aku terpaksa menjawab melihat wajah penuh tanya itu. " masa langsung pulang?" aku tidak segera menjawab. pintu lift terbuka sehingga aku memilih keluar lebih dulu dan berjalan sedikit tergesa menuju kamar. " kamu nggak serius mau pulangkan?" kembali Vincent bertanya setelah kami berada di dalam kamar. " ngapain bercanda, kalau kamu mau tetap disini ya terserah kalau aku sih ogah." mulai hari ini aku tidak akan bisa lagi memanggil elu padanya. cukup sudah ultimatum dari mama dan papaku tadi seusai sarapan. mereka terlalu mengenal anaknya ini, sampai- sampai mereka tidak percaya kalau aku sudah mengganti panggilan pada pria itu meskipun aku tidak pernah keceplosan memanggilnya begitu didepan mereka sejak kemarin. Bukan hanya mama yang bawa- bawa agama plus dosa saat menasehatiku tapi papa juga. Kenapa laki- laki seasyik papa jadi ikut menyebalkan seperti mama ya? " suami isteri itu harus memanggil dengan panggilan yang baik dan penuh dengan rasa kasih sayang, terkhusus buat isteri harus memanggil suaminya dengan rasa tahzim. suami adalah imam jadi kamu wajib menghormatinya. bagaimana mungkin kamu bisa menghormatinya dengan panggilan 'elo' itu?" kalau sudah papa yang berkata, tamatlah sudah. Mau tidak mau, suka ataupun tidak aku akan melaksanakannya juga. " mbak sih, dibilangin dari awal nggak peduli." Damar ikut juga memojokkanku seperti biasa. Tapi rasa protesku jadi berubah haru saat mendengarkan ucapan dia selanjutnya. " mbak memang harus hormat padanya karena dia suami mbak, begitu juga aku. aku akan menghormatinya sebagai abang ipar tapi mbak juga harus tahu, semua itu hanya terjadi selama dia baik sama mbak, jika terjadi hal yang sebaliknya... aku pasti akan berada dipihak mbak." Sejak kapan Damar jadi dewasa begini? hatiku menghangat saat dia memelukku dengan erat," aku sayang banget sama,mbak." bisiknya pelan tapi dengan nada bergetar. Aku balas memeluknya tak kalah eratnya. Mungkin dikemudian hari kami tidak akan sebebas ini lagi. Kami akan tinggal terpisah tapi semoga tidak harus berjarak.... semoga. Papa juga memelukku dengan tubuh bergetar. Mama yang biasanya lebih cuek kali ini memelukku dengan berlinang air mata. perasaan kali ini terasa lebih haru daripada sungkeman kemarin. mungkin karena kali ini hanya ada kami berempat saja diruangan itu dan juga suasana perpisahannya lebih nyata. berbeda dengan saat acara berlangsung yang disaksikan oleh banyak pasang mata. " masa aku tinggal sendiri? ngenes banget." " ya itu sih pilihan kamu." " trus kamu mau pulang kemana? mau kerumahku sendirian terus kamu jawab apa saat mama nanya?" " aku bisa pulang kerumahku saja. lebih masuk akal." " Sasi... Sasi." ujar Vincent sambil menggelengkan kepalanya," jangan bilang kamu mau kabur ya, kita ini baru nikah masa udah pisah rumah. belum juga malam pertama." Bukan saja nada dan ucapannya yang mengancam tapi juga pergerakannya. Pria itu berjalan mendekat dan memaksaku mundur hingga mentok ke dinding. Aura mendominasi yang tiba- tiba memancar darinya membuatku tercekat. Aku membeku ditempat saat tubuh kami kian merapat dan kepalanya menyusup diperpotongan leherku. hangat dan menghilangkan kesadaran. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD